Showing posts with label Budidaya. Show all posts
Showing posts with label Budidaya. Show all posts

Secuil Proses Persiapan Panen Kelapa Sawit

Bagaimana proses persiapan panen kelapa sawit dilaksanakan? Waktu panen adalah saat yang paling ditunggu-tunggu selama kita membudidayakan tanaman kelapa sawit. Pada masa ini, penanganannya harus dilakukan dengan benar serta menekan kesalahan panen semaksimal mungkin. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mempersiapkan panen tersebut agar semuanya bisa berjalan dengan baik dan lancar.
persiapanan-panen-kelapa-sawit.jpg
Ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan dalam menyiapkan proses pemanenan kelapa sawit. Di antaranya yaitu penetapan seksi panen, penetapan luas hancak kerja kemandoran, penetapan luas hancak kerja pemanen, dan penyediaan alat penen. Selanjutnya penetapan luas hancak ini akan berpengaruh pada penetapan kebutuhan tenaga kerja dan ala-alat panen.
Sebelum proses pemanenan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit dimulai, para pekerja juga perlu melakukan kegiatan pemotongan TBS yang tidak layak setiap hari. Begitu pula dengan mandor panen yang juga harus melakukan persiapan-persiapan awal seperti mengabsen tenaga pemanen, mengecek kelengkapan peralatan, dan menyiapkan media transportasi untuk keperluan pengangkutan. Yang tidak kalah penting adalah penyesuaian antara kebutuhan tenaga kerja dan taksasi panen harian dalam rangka memaksimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia.

Seksi Panen
Seksi panen merupakan pengelompokkan area panen menjadi blok-blok tertentu sebagai area kerja. Nantinya area kerja yang berisi tanaman-tanaman kelapa sawit yang menghasilkan tersebut harus diselesaikan oleh tenaga pemanen setiap hari. Di dalam setiap afdeling biasanya terdapat enam seksi panen yang penetapannya dilakukan berdasarkan rumus-rumus berikut ini :

  • Luas area produksi per seksi per rotasi panen (ha/seksi/rotasi)
  • Luas awal rata-rata per seksi : luas satu afdeling per enam seksi = a (ha)
  • Luas rata-rata per 5 jam kerja : (5 jam/7 jam) x a (ha) = b (ha)
  • Koefisien panambah luas are : ((a-b)/6) = c (ha)
  • Luas rata-rata seksi panen hari biasa : a (ha) + c (ha) = d (ha)
  • Luas rata-rata seksi panen hari Jumat : b (ha) + c (ha) = e (ha)

Semoga bermanfaat!

Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit

Apa saja pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam penanganan pasca panen kelapa sawit? Kelapa sawit adalah tanaman yang termasuk keluarga Arecaceae dan merupakan sumber minyak nabati yang penting. Oleh karena itu, tidak sedikit para petani yang memilih membudidaykan tumbuhan bernama latin Elaeis guineensis Jacq ini. Bahkan Indonesia sendiri tercatat sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia karena mampu memproduksi lebih dari 31 juta ton per tahun.

Pohon kelapa sawit mulai menghasilkan bunga pada saat umurnya telah mencapai 2-3 tahun. Dalam kurun waktu 5-6 bulan sejak proses penyerbukan, bunga sawit tersebut bakal berkembang menjadi buah matang yang ditandai dari warna kulitnya merah kejinggaan. Buah yang terlalu matang secara otomatis akan terjatuh dari tangkainya. Peristiwa ini dinamakan membrondol. Pemanenan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit biasanya didasarkan pada kriteria seberapa banyak buah yang membrondol.
pasca-panen-kelapa-sawit.jpg
Setelah pemanenan TBS dilaksanakan, proses berikutnya adalah mengangkut buah-buah kelapa sawit ini ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) dan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) serta mengolahnya menjadi minyak kelapa sawit.

Pengangkutan TBS ke TPH dan PKS
Pada dasarnya, proses pengangkutan dilakukan dengan memindahkan TBS kelapa sawit dari lahan ke TPH untuk diperiksa dan dipilah-pilih. Kemudian TBS tersebut kembali diangkut menuju ke PKS untuk memasuki tahap pengolahan menjadi minyak sawit. Alat transportasi yang biasa digunakan untuk mengangkut TBS tersebut bisa berupa truk maupun lori.
Pertama, penyortiran dilakukan dengan memisah-misahkan antara buah yang masih terpasang di tandannya dan buah yang sudah terlepas. Kedua, hasil penyortiran tadi kemudian dikirimkan ke TPH untuk dikelompokkan masing-masing 5-10 TBS per baris. Ketiga, TBS tersebut harus segera diangkut ke PKS dan diolah maksimal dalam waktu 8 jam setelah dipetik untuk mencegah terbentuknya asam lemak bebas/free fat acid (ffa) dalam kadar yang cukup tinggi. Di pabrik, TBS ini akan diproses sedemikian rupa hingga berubah wujud menjadi minyak kelapa sawit yang siap pakai.

Pengolahan TBS Menjadi Minyak Sawit
Pengolahan TBS kelapa sawit yang telah dipanen paling lambat dikerjakan dalam waktu 8 jam setelah pemetikan. Semakin lama TBS tersebut disimpan, semakin banyak pula kandungan asam lemak bebas di dalamnya sehingga kualitasnya pun bakal menurun. Proses pengolahan sepenuhnya dilakukan di dalam pabrik dan diawasi oleh beberapa mandor pabrik dan diatur oleh seorang manager pabrik kelapa sawit. Tahap-tahapnya meliputi perebusan TBS, perontokkan buah, pelumatan buah, pengempaan minyak, dan pemurnian minyak.

Mula-mula TBS kelapa sawit yang telah diterima akan segera dipindahkan ke sterilizer untuk direbus selama 50-60 menit menggunakan air bertekanan 2,5-3 atm dan suhu 130 °C. Proses berikutnya, buah sawit dipisahkan dari tandannya dengan memakai bantuan mesin thresher. Buah-buah sawit selanjutnya dibawa ke mesin pelumatan, sedangkan tandan kosongnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau pupuk kompos.

Pada tahap pelumatan, buah-buah kelapa sawit dipotong dan dicacah menggunakan mesin steam jacket bersuhu 85-90 °C yang dilengkapi pisau berputar. Kemudian hasil pelumatan ini akan melewati proses pengempaan untuk mengeluarkan minyak sawit. Pengerjaan tahap ini dilakukan dengan menekan dan memeras pulp sedemikian rupa memanfaatkan temperatur 95 °C. Metode ekstraksi minyak kelapa sawit lainnya yaitu dengan sentrifugasi, bahan pelarut, dan tekanan hidrolis.
Minyak kelapa sawit yang diperoleh dari rangkaian proses di atas umumnya masih dalam kondisi yang kotor dan mengandung 40-45% air. Maka dari itu, minyak tersebut harus melalui tahapan pemurnian terlebih dahulu sehingga mutunya bagus. Agar lebih lengkap dan detail, proses pemurnian minyak kelapa sawit ini akan kami uraikan secara rinci pada artikel mendatang. Ditunggu saja ya!

Penyebab Kelapa Sawit Tidak Berbuah dan Cara Mengatasinya

Apakah penyebab kelapa sawit tidak berbuah? Bagaimana pula cara mengatasi tanaman kelapa sawit yang mandul? Saat ini, kelapa sawit menjadi bahan baku utama untuk menghasilkan minyak nabati. Minyak sawit diklaim mengandung asam lemak jenuh yang rendah serta minim kandungan kolesterol sehingga lebih sehat. Hal ini berbeda dengan minyak kelapa yang kadar asam lemak jenuh dan kolesterolnya cukup tinggi.

Jadi tidak terlalu mengherankan kalau minyak sawit kini mendominasi pasar minyak pangan dunia. Peluang tersebut lantas dimanfaatkan oleh para petani lokal untuk membudidayakan pohon Elaeis ini. Yang diharapkan adalah tanaman sawit peliharaan mereka mampu menghasilkan buah sebanyak-banyaknya. Dengan demikian keuntungan yang akan diperoleh pun semakin bertambah besar.
penyebab-kelapa-sawit-mandul.jpg
Hanya saja, tumbuhan kelapa sawit kadangkala juga berisiko mengalami kemandulan. Kalau sudah begini, tanaman tersebut sama sekali tidak mau memproduksi buah sawit barang satu biji pun. Beberapa penyebabnya antara lain kelapa sawit tersebut memang sudah mandul secara genetik, adanya serangan penyakit tertentu yang menjangkiti pohon, dan perawatan yang Anda berikan kurang maksimal.

Adapun kiat-kiat untuk mengatasi kelapa sawit yang tidak mau menghasilkan buah adalah sebagai berikut!

  1. Pilih bibit kelapa sawit yang berkualitas unggul. Walaupun harganya lebih mahal, bibit yang mutunya sudah sesuai standar ini tidak akan membohongi Anda.
  2. Tanam bibit kelapa sawit pada lubang tumbuh yang ideal yakni 1,5 x 1,5 m dengan jarak tanam sekitar 3 meter. Hindari menanam pohon sawit terlalu rapat karena akan meningkatkan persaingan antarpohon dalam pengambilan hara dan air sehingga pertumbuhannya kurang optimal.
  3. Kebutuhan zat hara yang tidak tercukupi khususnya saat pembungaan sampai pembuahan juga bisa mengakibatkan tumbuhan sawit mengalami kemandulan. Selain dipupuk, untuk mempertahankan kandungan unsur hara juga bisa dilakukan dengan penyiangan gulma.
  4. Wajib hukumnya memupuk kelapa sawit secara teratur. Berikan pupuk NPK lengkap dengan kadar berimbang setiap dua kali per tahun untuk memicu pertumbuhan bunga kelapa sawit.
  5. Secara periodik, tanah juga perlu dilakukan pencangkulan. Tujuannya yaitu untuk memperbaiki struktur tanah tersebut sehingga gembur serta mudah menyerap air dan pupuk.
  6. Jumlah daun yang terlalu banyak akan menyebabkan kebutuhan mineral tanaman yang seharusnya dipakai untuk pembungaan malah diserap habis oleh daun. Itu sebabnya, Anda juga perlu melakukan pemangkasan cabang daun sehingga ketersediaan mineral dapat meningkat.
  7. Penyerbukan bunga sawit secara alami dilakukan oleh kumbang sehingga populasinya harus dilestarikan. Proses ini juga bisa dibantu oleh manusia, walau cukup menguras biaya namun hasilnya sepadan dengan buah sawit yang terbentuk.
  8. Basmi hama kelapa sawit terutama jenis penggerek yang senang merusak bunga, daun, dan bakal buah. Penanggulannya bisa dilaksanakan dengan menyemprotkan pestisida seminggu sekali atau meningkatkan populasi predator hama tersebut.
  9. Pohon-pohon kelapa sawit yang sudah tidak mau lagi menghasilkan buah sebaiknya lekas diganti dengan tanaman yang baru. Dalam melakukan peremajaan ini, perhatikan tingkat efektivitas tanaman sawit tersebut dalam menghasilkan buah yang berkualitas bagus.

Metode Pemangkasan Pelepah Kelapa Sawit

Pemangkasan pelepah kelapa sawit (pruning) adalah pekerjaan kultur teknis yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas tanaman. Pekerjaan ini harus dilakukan secara hati-hati mengingat jumlah pelepah sangat mempengaruhi banyaknya TBS (Tandan Buah Segar) yang mampu dihasilkan oleh pohon sawit. Beberapa penelitian telah membuktikan semakin banyak pelepah yang dimiliki tanaman, maka semakin tinggi pula daya produksinya karena proses fotosintesisnya semakin besar.
Namun di sisi lain, pelepah yang terlalu banyak juga akan menimbulkan kesulitan tersendiri pada saat proses pemanenan, termasuk banyak berondolan yang tersangkut di pelepah. Sedangkan apabila jumlah pelepahnya terlalu sedikit, maka jumlah bunga jantan yang dimiliki oleh pohon sawit tersebut malah akan semakin meningkat. Idealnya, jumlah pelepah yang dimiliki oleh pohon sawit muda yaitu 48-56 pelepah serta 40-48 pelepah pada pohon sawit tua. Perlu diketahui, kelapa sawit menghasilkan 18-30 pelepah per tahun, di mana yang menghasilkan TBS hanya sekitar 8-22 pelepah dan sisanya sama sekali tidak.
pemangkasan-pelepah-kelapa-sawit.jpg
Di bawah ini merupakan ragam dari pemangkasan pelepah kelapa sawit yang patut Anda ketahui.

A. Pemangkasan Sanitasi
Pemangkasan sanitasi dilaksanakan untuk membersihkan tanaman kelapa sawit dari pelepah-pelepah yang mengganggu dan menjaga tingkat keseimbangannya. Waktu pengerjaan pemangkasan ini bertepatan dengan saat melakukan kastrasi yakni ketika tanaman sudah berusia sekitar 17-19 bulan. metode pelaksaannya ialah membuang pelepah-pelepah sawit yang tampak mengering.

B. Pemangkasan Pertama
Pada umumnya, pemangkasan pertama dilakukan sebelum proses pemanenan yang pertama kali dilaksanakan. Caranya adalah membuang seluruh pelepah yang terletak di bawah TBS yang posisinya paling rendah sehingga pertumbuhan TBS akan lebih optimal. Setelah pelakasanaan pemangkasan pertama, maka tidak perlu dilakukan lagi pemangkasan lanjutan hingga usia pohon mencapai 4 tahun atau letak TBS yang terendah minimal berada 1 meter di atas permukaan tanah.

C. Pemangkasan 4 Tahun
Setelah 4 tahun berlalu sejak dilakukannya pemangkasan pertama, tanaman kelapa sawit harus dipangkas lagi. Biasanya pada umur di kisaran ini pohon sawit sudah mempunyai pelepah dalam jumlah yang cukup banyak. Jika dilaksanakan pemangkasan secara besar-besaran berisiko mengakibatkan pohon kelapa sawit mengalami stres. Oleh karena itu, metode pemangkasannya wajib dilakukan melalui dua tahap. Tahap pertama yaitu membuang 4 lingkaran pelepah apabila tanaman memiliki 8 lingkaran pelepah. Selanjutnya pada 2-3 bulan kemudian, 4 lingkaran pelepah sisanya tadi dibuang asalkan hanya sampai pada 2 pelepah di bawah TBS yang matang.

D. Pemangkasan 5-7 Tahun
Kelapa sawit yang telah berusia 5-7 tahun perlu dipangkas secara berkala setiap setahun sekali. Metode pelakasanaannya yakni membuang semua pelepah yang berada sampai 2 pelepah di bawah TBS yang masak. Demi menjaga tingkat keseimbangan struktur pohon kelapa sawit, usahakan pohon tersebut masih mempunyai 48-64 pelepah.

E. Pemangkasan 8-14 Tahun
Pada dasarnya, proses pengerjaan pelakasanaan pemangkasan tumbuhan sawit yang berumur 8-14 tahun mirip seperti pemangkasan pada usia 5-7 tahun di atas. Yakni seluruh pelepah yang tumbuh sampai 2 pelepah di bawah TBS yang masak perlu dibuang. Tetapi bedanya jumlah pelepah yang masih tertinggal di pohon kelapa sawit berkisar antara 40-48 pelepah atau 5-6 lingkaran pelepah.

F. Pemangkasan 15 Tahun
Pelaksanaan pruning tanaman kelapa sawit yang berusia 15 tahun juga masih sama seperti pemangkasan 8-14 tahun. Namun harus dicatat, jumlah pelepah yang tetinggal setelah pengerjaan pemangkasan dan pemanenan harus 32 pelepah atau 4 lingkaran pelepah. Ingat, proses pemangkasan ini wajib dilakukan secara bertahap dan terus-menerus sesuai dengan ketentuan-ketentuan di atas agar hasilnya maksimal.

7 Cara Memelihara Kelapa Sawit agar Berbuah Banyak

Bagaimana caranya memelihara kelapa sawit agar berbuah banyak? Tujuan utama membudidayakan kelapa sawit adalah untuk mendapatkan buah. Semakin banyak buah yang diperoleh, maka semakin besar pula keuntungan yang didapatkan oleh petani.

Faktanya tingkat produktifitas tanaman kelapa sawit berbanding lurus dengan bentuk pemeliharaannya. Apabila pohon sawit dipelihara dengan benar, maka pohon tersebut pun akan menghasilkan buah dalam jumlah yang melmpah. Begitu pula sebaliknya jika pohon sawit kurang mendapatkan perawatan, buah yang dihasilkan oleh pohon tersebut pun menjadi kurang maksimal.
kelapa-sawit-berbuah-banyak.jpg
Namun sebagai pebisnis, kita juga wajib memperhatikan biaya yang dikeluarkan selama merawat kelapa sawit. Pemakaian anggaran dapat dikatakan tepat bila biaya tersebut mampu menghasilkan tanaman kelapa sawit yang menghasilkan buah yang optimal. Perhatikan faktor-faktor berikut ini untuk memaksimalkan penggunaan anggaran biaya pemeliharaan kelapa sawit :

1. Penyesuaian Metode dengan Lingkungan
Metode pemeliharaan kelapa sawit harus disesuaikan dengan kondisi lingkungannya. Mungkin saja bentuk perawatan pohon sawit di suatu daerah berbeda dengan daerah lainnya. Sebagai contoh, tanaman yang dipelihara di lahan gambut membutuhkan unsur hara mikro seperti Cu dan Fe dalam jumlah yang melimpah. Kelapa sawit di daerah gambut juga memerlukan sistem drainase yang baik untuk mencukupi kebutuhan airnya. Hal ini berbeda dengan kelapa-kelapa sawit yang ditanam di lahan mineral yang tidak terlalu membutuhkan mineral Cu dan Fe.

2. Penggunaan Alat Berteknologi Tinggi
Seiring berjalannya waktu, dunia terus mengalami perkembangan. Tak terkecuali dengan alat-alat pertanian. Saat ini sudah banyak alat pertanian yang ditanami dengan teknologi bersistem mekanis. Walaupun biaya pengadaannya lumayan mahal, namun jika dihitung dengan membandingkannya terhadap alat manual, peralatan mekanis mampu memberikan hasil yang lebih maksimal. Jadi sebagai seorang investor yang baik, Anda harus selalu memperbaharui informasi tentang peralatan pertanian yang modern ini dan membelinya jika memang benar-benar diperlukan.

3. Pengendalian Gulma secara Intensif
Gulma adalah tanaman pengganggu yang tumbuh di area lahan kelapa sawit. Adanya gulma akan mengurangi unsur hara yang tersimpan di dalam tanah yang notabene sangat dibutuhkan oleh pohon sawit dalam mendukung pertumbuhannya. Gulma yang paling berbahaya bagi pohon sawit yakni gulma di kelas A seperti bambu, pisang, ilalang, senduduk, dan sebagainya. Pengendalian gulma dapat dilakukan baik secara mekanis maupun kimiawi.

4. Pemeberantasan Hama dan Penyakit
Terdapat cukup banyak hama dan penyakit yang sering ditemukan menyerang tanaman kelapa sawit. Hama dan penyakit tersebut dapat menyerang sekujur pohon kelapa sawit mulai dari akar, batang, pelepah, daun, bunga, hingga buah. Pemberantasan yang tepat terhadap hama dan penyakit ini sejak dini mampu mempertahankan produktifitas pohon sawit yang Anda pelihara.

5. Pemupukan dengan Jadwal dan Dosis yang Tepat
Pemupukan kelapa sawit tidak boleh dilakukan sembarangan. Pemupukan ini harus dikerjakan menurut jadwal yang telah disusun sebelumnya dan menggunakan dosis yang tepat. Beberapa pupuk yang sering dipakai untuk pohon sawit antara lain urea, ZA, KCI, dolomit, TSP, dan borate. Tak ketinggalan beberapa petani kerap pula memberikan pupuk berupa cuprum dan ferrit.

6. Penunasan yang Diatur
Tujuan penunasan adalah untuk mempertahankan struktur pohon kelapa sawit, membersihkan tanaman, dan meningkatkan produktifitasnya. Pegerjaan penunasan wajib disesuaikan terhadap umur dari tanaman tersebut. Contohnya tanaman yang berumur kurang dari 9 tahun maka tunasannya harus songgo 3, sedangkan pada tanaman yang berumur sekitar 9-15 tahun perlu ditunas dengan songgo 2. Sementara itu, tanaman yang sudah berusia lebih dari 15 tahun membutuhkan tunasan songgo 1.

7. Prosedur Pemanenan yang Benar
Proses pemanenan buah kelapa sawit harus dilaksanakan dengan teknik yang benar. Jika salah, maka besar kemungkinan hal tersebut dapat menyebabkan tanaman mengalami stres. Akibatnya pun dapat ditebak yaitu pohon sawit enggan mengeluarkan bunga lagi sebagai calon bakal buah.

Pedoman Teknik Budidaya Kelapa Sawit

Teknik budidaya kelapa sawit mencakup segala bentuk usaha yang perlu dilakukan terkait dengan pembudidayaan tanaman kelapa sawit. Tahapan tersebut di antaranya meliputi pembibitan, penanaman, pemeliharaan, dan pemanenan. Proses budidaya kelapa sawit yang dilaksanakan dengan tepat dan sesuai prosedur yang benar tentu akan menghasilkan TBS (Tandan Buah Segar) yang sesuai dengan harapan.
budidaya-kelapa-sawit.jpg
Teknik 1 : Pembibitan
Kecambah kelapa sawit yang akan disemai harus ditanamkan ke dalam polybag berukuran 12 x 23 cm atau 15 x 23 cm yang telah diisi tanah lapisan atas sebanyak 1,5-2 kg. Penanaman tersebut dilakukan dengan membenamkan kecambah sawit sedalam 2 cm. Jaga supaya media tanam di polybag selalu dalam kondisi yang lembab. Simpan polybag ini di bedengan sementara yang memiliki diameter 120 cm.

Memasuki usia 3-4 bulan, bibit kelapa sawit yang sudah mempunyai 4-5 helai daun perlu dipindahkan ke polybag yang lebih besar dengan ukuran 40 x 50 cm. Polybag ini sebelumnya diisi dahulu dengan tanah lapisan atas sejumlah 15-30 kg. Kemudian atur polybag-polybag tersebut membentuk segitiga sama sisi yang berjarak 90 x 90 cm.
Selama proses pembibitan berlangsung, bibit sawit harus selalu dirawat dengan ruitn. Penyiraman dikerjakan setiap dua kali sehari atau menyesuaikan kondisi media tanam. Sesekali penyiangan juga perlu dilakukan untuk menghilangkan gulma-gulma yang tumbuh di dalam polybag. Seleksi bibit untuk dipindahkan ke lahan penanaman dilakukan pada saat usianya mencapai 4-9 bulan.

Teknik 2 : Penanaman
Bibit kelapa sawit bisa ditanam menggunakan pola monokultur dan tumpangsari. Lahan juga perlu ditanami tumbuhan penutup tanah untuk memperbaiki karakteristik media tanam, mencegah terjadinya erosi, mempertahankan tingkat kelembaban tanah, serta menekan pertumbuhan gulma. Tumbuhan penutup tanah ini biasanya berasal dari tanaman kacang-kacangan. Tanaman tersebut harus ditanam sesegera mungkin selepas lahan selesai digarap.

Lubang tanam yang dipakai untuk penanaman bibit kelapa sawit memiliki ukuran 50 x 40 cm dengan kedalaman 40 cm. Lubang-lubang tanam tersebut dibuat dengan jarak sekitar 9 x9 cm. Pisahkan antara sisa galian tanah atas dan bawah. Apabila kontur tanah ternyata tidak rata, sebaiknya dibangun teras yang melingkari bukit dengan jarak 1,5 meter dari sisi lereng.

Disarankan untuk menanam bibit kelapa sawit pada awal musim hujan, di mana curah hujan cukup tinggi. Sehari sebelum proses penanaman bibit dilaksanakan, bibit kelapa sawit tersebut perlu disiram secukupnya. Kemudian lepaskan polybag dengan hati-hati, lalu masukkan bibit sawit ke dalam lubang tanam. Taburkan pupuk kandang ke dalam lubang tadi, berikutnya segera timbun lubang dengan galian tanah atas.

Teknik 3 : Pemeliharaan
Seluruh bibit kelapa sawit yang tidak dapat tumbuh dengan baik perlu diganti dengan bibit baru yang berumur 10-14 bulan. Usahakan populasi tanaman per hektar berkisar antara 135-145 pohon sehingga tidak terjadi persaingan antar-tanaman dalam memperebutkan sinar matahari. Secara rutin, gulma yang tumbuh di area sekitar pohon perlu disiangi agar tidak mengganggu pertumbuhan kelapa sawit.
Detail pemupukan kelapa sawit bisa Anda pelajari secara lengkap di sini.

Teknik 4 : Pemanenan
Pada umumnya, kelapa sawit akan mulai menghasilkan buah pada saat umurnya mencapai 2,5 tahun. Buah sawit ini biasanya muncul dalam waktu 5,5 bulan sejak berlangsungnya proses penyerbukan bunga. Buah tersebut lantas bisa mulai dipanen setelah umur tanaman sekitar 31 bulan dan memiliki 60% buah matang.

Biasanya dari 5 pohon kelapa sawit yang telah berusia dewasa terdapat 1 tandan buah yang siap untuk dipetik. Ciri-cirinya yaitu jika ada minimal 5 buah sawit yang terlepas jatuh dari tandan, maka tandan buah tersebut berarti sudah layak untuk dipanen. Secara tradisonal, proses pemanenan tandan buah kelapa sawit dilakukan dengan bantuan egrek.

Cara Pemberian Pupuk Urea pada Kelapa Sawit

Bagaimana cara pemberian pupuk urea? Proses budidaya kelapa sawit tidak bisa hanya ditumpukan pada proses pemupukan saja. Ada faktor-faktor lain yang juga berpengaruh besar terhadap tingkat pertumbuhan tanaman seperti pemilihan benih, pengolahan lahan, perawatan tanaman, serta pengendalian hama dan penyakit.
Tidak dipungkiri, pupuk memberikan andil yang sangat penting dalam rangka meningkatkan produktivitas tanaman kelapa sawit. Pemupukan harus dilakukan sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lokasi secara spesifik. Oleh karena itu, penting sekali mempertimbangkan pemberian pupuk secara bijak menurut kemampuan tanah dalam menyerap unsur hara dan prosentase kebutuhan hara pada tanaman sawit sehingga penggunaan pupuk lebih efisien.
cara-pemberian-pupuk-urea.jpg
Guna meningkatkan hasil dan kualitas buah yang dihasilkan, pohon kelapa sawit membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang banyak antara lain nitrogen, fosfat, kalium, dan belerang. Tak hanya itu, tanaman juga memerlukan unsur hara sekunder seperti kalsium, magnesium, serta unsur hara mikro misalnya seng, tembaga, dan besi. Salah satu pupuk yang berguna untuk pohon kelapa sawit ialah pupuk urea. Ini merupakan pupuk anorganik tunggal yang mengandung unsur nitrogen dalam kadar yang tinggi.

Pupuk urea bersifat higroskopis yakni gampang menguap di udara, khususnya pupuk urea yang berbentuk prill. Jadi pupuk ini mudah larut dalam air serta cepat diserap oleh tanaman. Pupuk urea biasanya diberikan kepada pohon kelapa sawit dengan jalan memasukkannya ke dalam lubang yang telah dibuat mengelilingi batang pokok dengan kedalaman sekitar 20-30 cm. Sedangkan dosis pemberiannya harus disesuaikan dengan kebutuhan tanaman dan kondisi lahan.

Secara garis besar pupuk urea mengandung unsur nitrogen hingga mencapai 46 persen. Hal ini berarti dalam 100 kg pupuk urea tersimpan unsur N sebanyak 46 kg. Pupuk urea memiliki manfaat yang sangat besar sebab unsur nitrogen di dalamnya berperan penting dalam mendukung pertumbuhan kelapa sawit, khususnya pada fase vegetatif. Tanaman yang kekurangan unsur ini akan menyebabkan pertumbuhannya menjadi terhambat.

Tanaman kelapa sawit yang diberikan pupuk urea dalam dosis yang tepat akan menunjukkan ciri-ciri pertumbuhan yang baik. Di antaranya tanaman terlihat lebih subur, kondisi batangnya tampak kokoh, dan warna daunnya hijau segar karena banyak mengandung klorofil. Sebaliknya tanaman yang kekurangan unsur nitrogen memiliki daun yang berwarna hijau pucat sampai kekuning-kuningan, jaringan di dalam daunnya akan mati dan mengering, serta pertumbuhannya mengalami keterlambatan. Buah yang dihasilkan oleh kelapa sawit yang kekurangan unsur N juga mempunyai bentuk yang tidak sempurna.

Cara Membuat Bibit Kelapa Hibrida

Bagaimana cara membuat bibit kelapa hibrida? Kelapa hibrida adalah hasil perkawinan silang antara varietas kelapa genjah dengan kelapa dalam. Kelapa ini termasuk varietas yang unggul karena mempunyai sifat-sifat yang baik dari perpaduan indukannya. Tak ayal, kelapa hibrida mampu menghasilkan buah dalam kuantitas dan kualitas yang lebih baik.

Kelapa hibrida bisa ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi. Namun dari pengalaman beberapa petani menunjukkan kelapa yang dibudidayakan di dataran rendah memiliki tingkat produktivitas yang lebih bagus. Kelapa hibrida biasanya ditanam di lahan yang mempunyai pH antara 5,2-8 dan mendapatkan sinar matahari hingga 120 jam/bulan. Hanya saja, pohon yang ukurannya sudah terlalu tinggi akan rentan terhadap angin.

Suhu yang cocok untuk mendukung pertumbuhan tanaman ini berkisar antara 22-30 derajat celsius. Tanaman akan menjadi kurang produktif jika ditanam di daerah yang bersuhu rata-rata di bawah 20 derajat celsius. Kelapa hibrida paling bagus dibudidayakan di tempat yang mempunyai curah hujan yang sedang sekitar 1300-2300 mm/tahun. Kondisi cuaca yang terlalu kering bisa menyebabkan menurunnya hasil panen tanaman. Sedangkan jika kondisi terlalu lembab akan memicu serangan jamur.
membuat-bibit-kelapa-hibrida.jpg
Langkah awal dalam budidaya kelapa hibrida ialah pengadaan bibit. Bibit kelapa hibrida bisa Anda beli di toko tanaman yang terpercaya. Beberapa petani juga kerap membuat bibit sendiri dengan alasan bibit tersebut memiliki asal-usul yang lebih jelas. Bila Anda juga tertarik untuk membikin bibit kelapa hibrida, Anda bisa mengikuti langkah-langkah sebagai berikut!

Langkah 1. Pemilihan Indukan
Benih kelapa hibrida yang bagus tentu harus berasal dari tanaman kelapa bervarietas unggul. Pohon indukan ini setidaknya harus berusia di atas 20 tahun dan maksimal 40 tahun. Pohon juga harus mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi, batangnya lurus dan kokoh, daun dan tangkainya kuat, serta memiliki mahkota bunga yang berbentuk bola/setengah bola. Perhatikan pula faktor kesehatan tanaman indukan. Sebab tanaman indukan yang baik tentu harus bebas dari hama dan penyakit.

Langkah 2. Pemilihan Benih
Benih untuk membuat bibit kelapa hibrida adalah buah kelapa yang sudah matang dari pohonnya. Buah tersebut minimal berumur 6-12 bulan tergantung jenisnya. Hampir semua lapisan kulit buah juga telah berwarna cokelat. Buah kelapa yang bagus umumnya berbentuk bulat agak lonjong dan memiliki lapisan kulit yang mulut. Panjang buah berkisar antara 22-25 cm dan lebar buah sekitar 17-22 cm. Pastikan buah dalam kondisi sehat atau tidak terserang hama dan penyakit. Anda bisa mencoba mengguncang-guncang buah kelapa tersebut, buah yang baik biasanya akan mengeluarkan bunyi nyaring.

Langkah 3. Pembuatan Kecambah
Benih kelapa hibrida terpilih selanjutnya akan melewati proses perkecambahan. Di dalam proses ini, buah-buah kelapa dimasukkan ke dalam karung goni dalam jumlah yang secukupnya. Kemudian karung tersebut diletakkan di ruangan khusus perkecambahan. Ruangan ini diberi dasar berupa susunan batubata dan naungan dari atap jerami. Karung goni yang telah berisi buah kelapa lantas diletakkan di ruangan ini. Anda perlu menyiram kerung goni setiap 2 kali sehari agar terjaga kelembabannya sehingga memicu tumbuhnya tunas dan akar.

Langkah 4. Persiapan Pembibitan
Media tanam yang digunakan dalam pembibitan kelapa adalah tanah dan pasir dengan perbandingan 2:1. Tanah yang dipakai harus subur dan pasir yang digunakan adalah pasir halus. Kedua bahan ini lantas dicampur sampai merata,lalu dimasukkan ke dalam polybag. Anda dapat memakai polybag yang berukuran 50 x 40 cm dan mempunyai ketebalan minimal 0,2 mm. Jangan lupa membuat lubang di bawah polybag ini sebagai saluran drainase air.

Langkah 5. Penanaman Benih
Penanaman benih kelapa dilakukan di polybag terlebih dahulu dengan tujuan untuk penyemaian. Benih kelapa yang sudah mempunyai tunas dan akar ditanamkan ke dalam media tanam hingga seluruh bagian buahnya tertutup oleh tanah. Pastikan posisi tunas menghadap tegak ke atas sehingga bisa tumbuh sempurna. Selama masa persemaian berlangsung, benih harus disiram sebanyak 2 kali/hari dan diberikan pupuk kandang setiap sebulan sekali.

Inilah Komposisi Minyak Kelapa Sawit

Minyak kelapa sawit terbuat dari lapisan daging buah kelapa sawit yang diproses sedemikian rupa untuk diambil kandungan minyak di dalamnya. Dibandingkan dengan produk minyak-minyak nabati lainnya, minyak kelapa sawit memiliki kelebihan utama yaitu kaya akan kandungan beta karoten yang membuat warnanya nampak kekuning-kuningan. Minyak ini juga sebenarnya rendah kolesterol. Mengingat Indonesia merupakan produsen minyak sawit terbesar di dunia, harga minyak di sini dapat dikatakan murah.
Produk olahan minyak kelapa sawit yang paling banyak digunakan oleh masyarakat ialah minyak goreng. Selain itu, minyak kelapa sawit tersebut juga biasa dijadikan sebagai bahan baku dalam pembuatan lilin, sabun, dan produk kosmetik. Begitu pentingnya minyak kelapa sawit bagi perekonomian di negara kita. Sayangnya terdapat banyak sekali kampanye negatif yang bertujuan untuk mematikan industri kelapa sawit ini.
Sebagai masyarakat yang cerdas, sudah sepatutnya kita mengetahui komposisi dan kandungan yang terdapat di dalam minyak kelapa sawit agar dapat memberikan penilaian secara tepat. Pada dasarnya, minyak kelapa sawit tersusun atas lemak dan minyak alam. Di antaranya meliputi trigleserida, digleserida, dan monogleserida. Selain itu, ada pula kandungan asam lemak bebas, moisture, pengotot, dan komponen-komponen minor.
minyak-kelapa-sawit.jpg
Adapun asam-asam lemak penyusun minyak/lemak tersebut terdiri dari :
  • Asam Lemak Jenuh atau Saturated Fatty Acid (SFA) tidak mempunyai kandungan ikatan yang rangkap. Secara umum, penyusun lemak ini didominasi dari sumber hewani.
  • Asam Lemak Tak Jenuh atau Unsaturated Fatty Acid (UFA) memiliki kandungan ikatan rangkap. Sebagian besar dari penyusun lemak ini berasal dari sumber nabati. Ada dua macam asam lemak tak jenuh antara lain Asam Lemak Tak Jenuh Tunggal dan Asam Lemak Tak Jenuh Ganda.
Berikut ini kami tampilkan tabel tentang komposisi asam lemak yang terkandung di dalam minyak kelapa sawit.
Asam LemakPersen KomposisiBerat MolekulTitik Didih
Asam Laurat (12:0)0,0 – 0,4200,32180˚C
Asam Miristat (14:0)0,6 – 1,7228,38250˚C
Asam Palmitat (16:0)41,1 – 47,0256,43271˚C
Asam Stearat (18:0)3,7 – 5,6284,49232˚C
Asam Oleat (18:1)38,2 – 43,6282,47260˚C
Asam Linoleat (18:2)6,6 – 11,9280,45176˚C
Asam Linoleat (18:3)0,0 – 0,6278,44180˚C
Berdasarkan informasi yang termuat pada tabel di atas, maka kita bisa menarik kesimpulan bahwa asam lemak yang paling dominan terdapat di dalam minyak kelapa sawit adalah asam palmitat dan asam oleat. Kedua asam lemak tersebut memiliki manfaat yang bagus bagi tubuh manusia. Di samping mengandung asam lemak, minyak kelapa sawit juga mengandung zat gizi minor dalam jumlah sedikit seperti karoten, vitamin E, hidrokarbon alifatik, sterol, terpen, fosfolipid, dan glikolipid.

Pemanfaatan Lahan Kelapa Sawit untuk Peternakan

Salah satu bentuk pemanfaatan terhadap lahan perkebunan kelapa sawit ialah membangun area peternakan. Ide ini muncul mengingat begitu luasnya perkebunan kelapa sawit namun pemanfaatannya belum dilakukan secara maksimal. Terutama untuk area di bawah tanaman kelapa sawit yang dibiarkan menganggur begitu saja. Padahal jika para petani mau menggunakan lahan tersebut sebagai tempat peternakan kambing atau sapi, maka akan memberikan manfaat positif yang cukup besar.

Tentu saja, dengan membangun area peternakan di dalam kebun kelapa sawit, kita bisa mendapatkan keuntungan yang berlebih. Kotoran-kotoran hewan ternak juga bisa diolah sedemikian rupa menjadi pupuk kandang yang berguna bagi pertumbuhan tanaman. Selain itu, kambing dan sapi pun dapat mengendalikan tingkat pertumbuhan tanaman gulma dengan memakannya.
peternakan-di-kelapa-sawit.jpg
Pada umumnya, pemeliharaan binatang ternak di perkebunan sawit dilakukan secara umbaran. Hewan-hewan ini dilepaskan pada pagi hari untuk selanjutnya digembalakan. Memasuki waktu petang, binatang ternak kembali diiring ke kandang untuk mencegah terjadinya pencurian dan serangan predator.

Di bawah ini tips-tips membudidayakan hewan ternak di perkebunan kelapa sawit yang patut Anda coba!
1. Hindari Perkawinan Binatang yang Sedarah
Perlu diketahui, perkawinan binatang yang masih sedarah akan melahirkan bibit yang berkualitas buruk. Oleh sebab itu, Anda perlu mencegahnya agar hal tersebut tidak terjadi. Caranya adalah dengan memisahkan binatang-binatang ini berdasarkan jenis kelaminnya. Biarkan si pejantan merumput secara liar, sedangkan betinanya tetap dikurung di dalam kandang.

2. Jalin Kerjasama dengan Investor
Dalam memelihara kambing dan sapi di wilayah perkebunan, Anda tidak harus mengeluarkan kocek sendiri karena biayanya pasti akan sangat besar. Jauh lebih efektif apabila Anda menjalin kerjasama dengan para investor untuk mendatangkan ternak tersebut. Adapun sistem bisnisnya Anda bisa menerapkan bagi hasil atau sewa lahan. Namun pastikan Anda menyusun peraturan yang mengikat terlebih dahulu agar kerjasama berlangsung sesuai kesepakatan dan saling menguntungkan.

3. Ajukan Proposal ke Kementrian Pertanian
Jika Anda benar-benar niat menernakkan hewan, sumber dana bisa diperoleh dari mana saja. Selain investor, Anda pun dapat mengajukan ke pemerintah dalam hal ini Kementrian Pertanian. Biasanya ada alokasi dana khusus yang sudah dipersiapkan pemerintah untuk mendukung kesejahteraan petani. Agar proposal diterima, Anda harus bisa tampil percaya diri dan meyakinkan petugas tentang manfaat yang nyata dari kegiatan tersebut.

8 Langkah Budidaya Kelapa Sawit di Lahan Gambut

Pemanfaatan lahan gambut sebagai tempat penanaman kelapa sawit seyogyanya menjadi opsi terakhir jika tidak memungkinkan pembudidayaan di lahan mineral. Hal ini mengingat pentingnya keberadaan lahan gambut dalam mendukung keseimbangan ekologi dan ekonomi. Lahan gambut merupakan habitat bagi keanekaragaman hayati, penyedia hasil hutan, serta penyimpan air tanah.

Untuk menjaga kelestarian alam, pembukaan lahan gambut untuk kebun kelapa sawit hanya boleh dilakukan pada lahan-lahan yang telah mengalami degradasi. Sedangkan kawasan hutan gambut yang masih asri sebaiknya tetap dijaga kelestariannya. Jangan sampai demi mendapatkan keuntungan pribadi, Anda merugikan berbagai pihak lain.
budidaya-kelapa-sawit.jpg
Di bawah ini langkah-langkah dalam menanam kelapa sawit di lahan gambut!

1. Survei Kelayakan Lahan
Sebelum proses penanaman kelapa sawit dimulai, Anda perlu melakukan survei untuk menilai kelayakan lahan gambut tersebut digunakan sebagai tempat pembudidayaan. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan meliputi legalitas lahan dan karakteristik tanahnya. Lakukan juga penelitian guna mengetahui kematangan gambut, kedalaman gambut, frekuensi dan lama genangan, serta kedalaman lapisan pirit.

2. Pembukaan Lahan yang Benar
Yang benar, pembukaan lahan gambut wajib dilakukan dengan metode zero burning alias sama sekali tidak membakar hutan. Sebab lahan yang dibakar justru akan mengakibatkan tanahnya mengering dan tandus. Banyak unsur hara yang terkandung di dalam bahan organik musnah, hilangnya predator alami hama kelapa sawit, serta terjadinya pelepasan karbon yang berbahaya. Kondisi lingkungan pun turut mengalami degradasi seiring dengan penurunan kualitas lahan gambut dan rusaknya siklus hidrologi.

3. Pengelolaan Air
Perlu diketahui, lahan gambut yang sudah mengering akan sulit sekali dibuat basah kembali. Oleh karena itu diperlukan tata pengelolaan sumber daya air yang tepat. Caranya yaitu membangun benteng sebagai penahan air laut, parit untuk mengumpulkan dan menyalurkan air ke kebun, serta pintu air untuk mempertahankan muka air. Tujuan dari pengelolaan air antara lain mempertahankan muka air sekitar 50-75 cm, mencegah pengeringan lahan, mencegah oksidasi pirit, mencegah akumulasi garam, dan menghilangkan kandungan zat beracun.

4. Pemadatan Tanah Gambut
Pada umumnya, kondisi tanah di lahan gambut masih belum stabil sehingga jika ditanami kelapa sawit, maka arah pertumbuhannya akan doyong. Oleh karena itu, tanah perlu dipadatkan terlebih dahulu agar daya topangnya terhadap meningkat. Hal ini memungkinkan kedudukan kelapa sawit yang ditanam tidak gampang goyah dan memiliki postur yang tegak.

5. Pembangunan Sarana dan Prasarana
Pekerjaan pembangunan sarana dan prasarana pendukung kebun kelapa sawit meliputi pemasangan gambangan dari kayu, membran geoteks, dan penimbunan dengan tanah mineral. Kemudian lahan gambut juga harus diratakan, dipadatkan, serta dikeraskan memakai campuran kerikil, pasir, dan batu. Semakin bagus kondisi jalan di dalam kebun, hal ini akan memudahkan distribusi dan perawatan peralatan.

6. Pekerjaan Kultur Teknis yang Baik
Pekerjaan kultur teknis mencakup seluruh pekerjaan yang diberlakukan kepada tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan. Di antaranya upaya penggalian produksi, penunasan, pemeliharaan masa TBM dan TM, pengendalian gulma, pemberantasan hama dan penyakit, dan pemanenan. Diperlukan juga pengaturan terhadap pemeliharaan jalan, perbaikan kualitas panen, dan perawatan sarana panen.

7. Pemupukan Tanaman
Secara garis besar, pupuk yang digunakan pada lahan gambut yang subur sama seperti lahan mineral. Namun pada lahan gambut yang mengandung Ca dan Mg lebih tinggi daripada K maka perlu dilakukan teknik pemupukan tertentu. Misalnya tidak perlu dilakukan lagi pengapuran, pemberian KCL dengan dosis 3-5 kg/pohon/tahun, serta penambahan pupuk mikro seperti Cu, Zn, Fe, dan B.

8. Pemantauan Terhadap Api
Lahan gambut sangat rentan mengalami kebakaran. Perlu pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran lahan. Beberapa sarana dan prasarana pendukung yang perlu dibangun antara lain menara pengawas, alat pemadam api, marka tingkat bahaya api, serta organisasi pengendali api.



Cara Menanam Kecambah Kelapa Sawit yang Benar

Yang benar, penanaman kecambah kelapa sawit dilakukan terlebih dahulu di polybag. Namun sebelumnya kecambah tersebut perlu diseleksi kualitasnya dengan memilih benih yang berukuran 10-15 mm serta telah memiliki plumule dan radicle. Kemudian rendam kecambah ini ke dalam larutan fungisida berkonsentrasi 0,2 persen. Barulah kecambah siap ditanam di polybag yang berisi media tanam.
menanam-kecambah-sawit.jpg
Di bawah ini panduan langkah-langkah menanam kecambah kelapa sawit!

1. Persiapan Media Tanam
Agar proses penanaman bibit kelapa sawit lebih mudah, siram media tanam di polybag memakai air biasa sampai kondisinya menjadi jenuh. Setelah itu, buka kantong plastik kecambah dan pindahkan kecambah-kecambah tersebut ke baki yang sudah diberi alas karung goni. Sebelumnya karung goni ini direndam dalam larutan fungisida Thiram berkonsentrasi 0,2 persen untuk membunuh jamur dan mencegahnya tumbuh kembali.

2. Penyeleksian Kecambah Kelapa Sawit
Kecambah kelapa sawit dikatakan normal apabila calon akar dan batangnya terlihat jelas. Panjang kecambah berkisar antara 10-12 mm. Bagian radicule memiliki ujung yang tumpul dan agak kasar, sedangkan bagian plumule mempunyai ujung tajam layaknya tombak.
Kebalikannya, ciri-ciri kecambah sawit yang tidak normal yaitu mempunyai calon akar dan batang yang berwarna coklat, kondisinya patah, atau ukurannya terlalu panjang. Kecambah yang sudah terserang cendawan juga tidak layak untuk dipelihara. Dalam proses penyeleksian ini, perhatikan ruangan memiliki aliran udara yang lancar dan terhindar dari sinar matahari langsung.

3. Penanaman Kecambah Kelapa Sawit
Mulailah dengan membuat lubang penanaman di tengah-tengah polybag dengan kedalaman 2-3 cm. Posisikan bagian radikula mengarah ke bawah dan plumula menghadap ke atas. Tanamkan kecambah ke dasar lubang dengan posisi radikula di bawah dan tertutup tanah maksimal 1 cm. Selanjutnya berikan lapisan mulch seperti pecahan cangkang atau fiber dari pabrik pada polybag tersebut, lalu siram sedikit agar kondisinya lebih jenuh.

Kadangkala sebuah kecambah memiliki dua atau tiga titik tumbuh. Kondisi ini biasanya disebut doubleton. Kecambah doubleton harus ditanam di polybag kecil dan baru bisa dipisahkan saat akan dipindahkan ke polybag yang berukuran besar.

Setiap polybag yang sudah diisi kelapa sawit perlu diberikan tanda memakai plang yang dipasang di kedua ujungnya. Pada plang tersebut, memuat nomor seri boks, tanggal penanaman, kode identitas kecambah, dan jumlah bibit yang ditanam.

Pemeliharaan Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan

Pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan bertujuan untuk memperoleh tanaman-tanaman yang mempunyai tingkat produktivitas tinggi. Biaya yang digunakan untuk membuka lahan perkebunan sawit harus dicatat dan diperhatikan agar dapat ditekan seminim mungkin. Begitu pula dengan perawatan tanaman dan infrastruktur kebun diusahakan untuk memanfaatkan biaya secara efektif dan dilakukan dengan memperhatikan keramahan terhadap lingkungan.

Umumnya, kelapa sawit akan mulai berproduksi ketika umurnya sudah mencapai 3 tahun. Pada usia yang demikian biaya awal yang diinvestasikan bakal tertutupi oleh penghasillan dari buah-buah sawit. Kelapa sawit yang dipelihara dengan baik biasanya mampu menghasilkan tandan buah yang lebih melimpah. Sehingga justru tidak efektif jika biaya perawatan dalam tahap ini dikurangi.

kelapa-sawit-menghasilkan.jpg

1. Sensus Tanaman Kelapa Sawit

Sensus dilakukan secara berkala untuk mengetahui kondisi semua tanaman budidaya. Setiap tanaman sawit yang mati perlu dikumpulkan dan didata dengan benar. Begitu pula tanaman sawit yang diselingi sisipan TBM maupun titik tanam yang kosong perlu dicatat untuk dimasukkan di dalam data.

Untuk mempermudah, sensus dimulai dari kebun bagian barat menuju ke timur. Ada seorang kepala penyensus yang bertugas untuk mengatur kinerja sensus agar tidak saling tumpang tindih. Setiap penyensus mengamati setiap dua barisan tanaman. Hasil sensus kemudian diserahkan kepada manajer prakiraan.

Sensus populasi tanaman harus dilakukan secara rutin supaya tingkat pertumbuhannya terkendali. Sensus tahap pertama dilakukan selama penanaman untuk memetakkan titik tanam. Berikutnya sensus dikerjakan pada usia tanam 6 bulan untuk menentukan tingkat produktivitas tanaman. Kemudian setiap setahun sekali sensus dilakukan guna memantau jumlah tanaman yang produktif dan tidak produktif per tahun.

2. Membuat Peta Pohon di Perkebunan Sawit

Peta pohon merupakan peta yang menggambarkan kondisi riil dari perkebunan kelapa sawit. Tujuannya untuk memberikan informasi tanaman yang siap panen, menyediakan peta dasar untuk sensus berikutnya, dan membantu menentukan kelayakan panen kelapa sawit.

Standar peta pohon yang baik harus memuat informasi mengenai titik yang tidak ditanami, tanaman belum menghasilkan, tanaman menghasilkan, jalan, jembatan, sungai, dan topografi tanah. Peta pohon dirancang di kertas menggunakan tinta dan pensil khusus, meja gambar, rak peta, serta alat bantu hitung.

Proses pembuatan peta pohon diawali dengan mensurvei lahan budidaya. Setiap tanaman digolongkan menjadi tanaman belum menghasilkan (simbol titik) dan tanaman menghasilkan (simbol lingkaran). Hasil dari survei tersebut dipakai untuk menentukan kelayakan panen perkebunan sawit. Luas blok dihitung berdasarkan titik tanam yang dapat digunakan untuk menghitung prakiraan kapasitas produksi sawit. Pekerjaan pemetaan ini dilakukan setiap setahun sekali.

3. Penunasan Tanaman Kelapa Sawit

Penunasan dilakukan dengan menjaga tajuk tanaman yang sehat, membuang pelepah yang berlebihan, dan mempertahankan luas daun kelapa sawit. Daun yang menghalangi kegiatan pemanenan dan yang tidak dibuang selama pemanenan juga sebaiknya turut ditunas. Untuk melakukan pekerjaan ini diperlukan peralatan berupa dodos, egrek, dan batu asah.

Tanaman kelapa sawit muda yang pemanenannya menggunakan dodos, maka penunasannya dengan memotong seluruh pelepah daun yang terletak di bawah tiga lingkaran daun bawah tandan yang akan dipanen berikutnya. Sedangkan untuk tanaman yang dipanen memakai egrek, penunasannya dikerjakan pada 1-2 lingkaran pelepah daun di atas tandan yang akan dipanen berikutnya. Serabut yang berpotensi mengganggu kegiatan panen dibuat memakai dodos dan egrek.

Jangan lupa untuk membersihkan tumbuhan saprofit yang berada di pangkal pelepah. Begitupun dengan tanaman parasit yang tumbuh begitu cepat harus segera dibinasakan. Sedangkan tanaman yang tidak produktif juga perlu ditunas agar produksinya membaik. Idealnya penunasan dikerjakan setahun sekali terutama apabila hasil panen perkebunan cukup rendah.

4. Pengendalian Gulma, Hama, dan Penyakit

Tahap ini bertujuan untuk mempertahankan kualitas lahan budidaya demi mempermudah akses terhadap pemupukan, penunasan, pemeliharaan, pemanenan, dan pengumpulan buah. Gulma juga perlu dikendalikan untuk mengurangi kompetisi tanaman budidaya khususnya dalam mendapatkan nutrisi, air, dan sinar matahari. Proses pengendalian gulma, hama, dan penyakit ini dapat dilakukan dengan metode mekanik, biologis, maupun kimiawi. Pengendalian dikerjakan secara teratur dan tidak terikat oleh waktu.

Bagaimana Cara Persemaian Kelapa Sawit?

Metode cara persemaian kelapa sawit terbagi menjadi dua tahap yaitu pre nursery dan main nursery. Secara singkat, pre nursery adalah persemaian tanaman sawit tahap awal. Sedangkan main nursery ialah persemaian tanaman sawit tahap utama yang dilakukan setelah pre nursery.

cara-persemaian-kelapa-sawit.jpg

Berikut ini penjelasan lengkap tentang metode pengerjaan selama menyemai bibit kelapa sawit!

Persemaian Pre Nursery

Polybag yang dipakai dalam tahap ini yaitu polybag berwarna hitam yang berukuran 22 x 15 cm dan ketebalan 0,5 mm. Setiap polybag mempunyai lubang perforasi di bagian bawahnya yang berdiameter 3 mm sebanyak 10 buah. Lubang-lubang ini dibuat dalam 3 baris dengan jarak antarlubang 3 x 4 cm. Pada polybag tersebut selanjutnya diisi tanah top soil bercampur pupuk dolomit dengan dosis 50 kg pupuk untuk 1.500 polybag. Pastikan media tanam ini sudah diayak sebelumnya memakai kawat yang berukuran 1,5-2 cm.

Persemaian bibit kelapa sawit dilakukan dengan menanamnya di media tanam yang telah disediakan sebelumnya. Bagian cangkang sawit tertanam sedalam 1 cm dari permukaan tanah. Hindari menekan bibit terlalu keras untuk mencegah radikula mengalami patah.

Di dalam area persemaian lahan kelapa sawit dipasangi naungan setinggi 2 meter yang berguna untuk melindungi bibit kelapa sawit dari cuaca ekstrim. Untuk menghemat biaya, naungan ini dibuat dari daun pelepah daun sawit yang disusun sedemikian rupa sebanyak 4-5 lembar/meter. Setelah bibit sawit berumur sebulan, naungan dikurangi 1-2 lembar untuk memaksimalkan pancaran sinar matahari.

Dalam merawat bibit sawit selama masa persemaian, bibit-bibit tersebut disiram setiap hari pada pagi dan sore atau menyesuaikan curah hujan di daerah itu. Penyiraman menggunakan gembor untuk menghindari erosi di polybag. Selama tahap pre nursery, bibit sawit tidak perlu dipupuk kecuali untuk bibit yang kerdil boleh diberikan urea dengan kadar 2 gram/liter air untuk 100 bibit kelapa sawit.

Persemaian Main Nursery

Ketika bibit kelapa sawit berusia 3-3,5 bulan atau sudah memiliki 4 daun, bibit tersebut dipindahkan dari tahap pre nursery ke main nursery. Pada tahap main nursery, bibit kelapa sawit dipindahkan ke polybag yang berukuran 21 x 7,5 cm. Di bagian bawah polybag tersebut dibuat lubang peporasi berdiameter 0,5 cm. Jarak setiap lubang adalah 2 x 4 cm, di mana masing-masing polybag mempunyai 24 lubang peporasi. Berikutnya polybag-polybag ini diisi dengan media tanam yang sama seperti pada tahap pre nursery.

Selama persemaian main nursery, bibit diberikan pemupukan kelapa sawit berupa NPK yang ditaburkan secara merata pada jarak 5 cm dari bonggol untuk menghindari terjadinya plasmolisir. Pemupukan ini dikerjakan setiap 2 minggu sekali berturut-turut hingga tanaman berusia 8 bulan. Gulma yang tumbuh di dalam polybag bisa dicabut secara manual, sementara untuk membasmi gulma di luar polybag dapat disemprot menggunakan herbisida roundup. Penyemprotan fungisida, insektisida, dan pestisida juga harus dikerjakan untuk mencegah serangan hama serta penyakit kelapa sawit.

Metode Pembukaan Lahan Kelapa Sawit yang Benar

Pembukaan lahan kelapa sawit merupakan kegiatan awal dalam rangka membudidayakan tanaman sawit. Proses ini dilakukan mulai dari perencanaan tata letak dan ruang lahan hingga pembukaan hutan menjadi lahan. Dalam penerapannya, diperlukan upaya-upaya yang bersifat ramah lingkungan dan tidak berdampak negatif bagi area di sekitarnya.

Tahap perencanaan tata letak lahan dan ruangannya dikerjakan melalui serangkaian penelitian untuk mengetahui sifat dan karakteristik lahan tersebut. Penelitian yang dimaksud meliputi topografi, iklim, tanah, status, air, jalan, dan penduduk. Dengan dilakukannya penelitian ini, maka dapat ditarik kesimpulan tentang kelayakan suatu lahan untuk dijadikan perkebunan kelapa sawit.

metode-pembukaan-lahan-kelapa-sawit.jpg

Pengertian pembukaan lahan yaitu merubah fungsi lahan secara alami sehingga dapat dijadikan sebagai suatu area perkebunan. Untuk merealisasikan hal tersebut dibutuhkan sumber energi yang berguna untuk mendukung perwujudan fungsi ini. Sederhananya, pembukaan lahan dikerjakan dengan mengubah hutan menjadi perkebunan yang didukung oleh ketersediaan fasilitas-fasilitas tertentu.

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada di Indonesia, pembukaan lahan kelapa sawit harus dilakukan dengan metode zero burning atau tanpa pembakaran. Walaupun pembukaan lahan melalui pembakaran memakan biaya yang sangat murah, namun dampak negatifnya juga tidak kalah sedikit. Membakar hutan berarti merusak sumber daya alam, mengganggu iklim, dan mengorbankan kesehatan manusia. Lahan bekas pembakaran mengandung unsur hara yang berkurang drastis, karakteristik tanah menjadi rusak, mengandung unsur yang berbahaya bagi tanaman, dan rawan mengalami bencana alam.

Bagaimana proses pembukaan lahan kelapa sawit? Secara singkat, kami akan menjelaskan langkah-langkahnya berikut ini :

  1. Area hutan yang akan dibuka menjadi lahan perkebunan kelapa sawit dipasangi batasan dengan ukuran yang tepat.
  2. Dari area tersebut ditentukan mana lokasi yang digunakan untuk pembibitan kelapa sawit dan pemeliharaannya.
  3. Setelah dibuat rancangan sketsa perkebunan yang jelas, kemudian dilakukan tender terhadap kontraktor yang bersedia membuka lahan tersebut memakai metode yang bertanggungjawab dan sesuai peraturan hukum yang berlaku.
  4. Berikutnya membuatkan Surat Perintah Kerja yang nantinya akan diberikan kepada kontraktor terpilih sebagai landasan dasar kerja.
  5. Dibuat sekali lagi batasan blok-blok pekerjaan di dalam area yang bakal dibuka menjadi perkebunan tanaman sawit.
  6. Apabila diperlukan, dibangun juga saluran drainase yang dirancang sedemikian rupa agar sistem kerjanya efektif dan efisien.
  7. Saatnya membuka lahan dengan menghilangkan tumbuhan-tumbuhan yang berada di area perkebunan.
  8. Gulma-gulma dikumpulkan di satu tempat yang aman untuk digunakan sebagai pakan hewan ternak atau pembuatan pupuk kompos.
  9. Setelah itu dibuat jalan utama dan jalan pendukung untuk mempermudah aksesibilitas kegiatan di perkebunan.
  10. Dilakukan pemancangan untuk menentukan posisi penanaman bibit kelapa sawit.
  11. Area perkebunan yang sudah hampir jadi tersebut dibersihkan sekali lagi untuk membasmi tanaman dan binatang yang berpotensi mengganggu pertumbuhan kelapa sawit.
  12. Tumbuhan kacang-kacangan ditanam di lahan perkebunan untuk meningkatkan kualitas tanah dan mencegah tumbuhnya tanaman gulma.
  13. Terakhir adalah langkah penanaman bibit kelapa sawit pada lubang-lubang tanam yang sudah dibuat sebelumnya.

5 Pekerjaan yang Ada di TBM Kelapa Sawit

Di dalam budidaya kelapa sawit, istilah TBM (Tanaman Belum Menghasilkan) merujuk pada tanaman kelapa sawit berumur muda yang belum mampu menghasilkan TBS (Tandan Buah Segar) yang layak dipanen. Artinya usia tanaman tersebut di mulai sejak penanaman hingga mencapai 30 bulan. Tahap perawatan terhadap TBM merupakan kelanjutan dari tahap pembukaan lahan dan penanaman bibit kelapa sawit.

pekerjaan-yang-ada-di-tbm-kelapa-sawit.jpg

Usaha yang dilakukan dalam merawat kelapa sawit pada masa TBM berpengaruh besar terhadap keberhasilan budidaya. Hal ini mengingat pohon sawit di rentang usia tersebut masih memiliki kondisi yang belum stabil. Sangat besar kemungkinan tanaman yang dipelihara diserang oleh hama atau penyakit. Bahkan yang lebih buruk kelapa-kelapa sawit tersebut ternyata tidak terlalu produktif.

Berikut ini pekerjaan-pekerjaan yang ada di TBM kelapa sawit, meliputi :

1. Penunasan

Pekerjaan menunas dilakukan dengan memotong daun kelapa sawit yang sudah tua dan tidak bermanfaat bagi tanaman. Penunasan pertamakali dilakukan ketika tanaman berusia 15 bulan atau sudah memiliki daun sebanyak 48 helai. Tujuan dari pekerjaan ini adalah untuk mengefektifkan pertumbuhan tanaman dan menjaga kebersihan pohon. Peralatan yang digunakan dalam menunas yakni egrek, dosok, kapak, serta chicel berukuran 5-8 cm.

Terdapat tiga macam pekerjaan penunasan. Pertama adalah penunasan pendahuluan yang dilakukan sejak 6 bulan sebelum kelapa sawit dikategorikan menjadi TSM (Tanaman Sudah Menghasilkan). Kedua yakni penunasan periodik yang diberlakukan pada tanaman-tanaman sawit secara berkala dan bergiliran. Ketiga yaitu penunasan panen yang dikerjakan di waktu panen terutama saat kapasitasnya menurun.

2. Kastarsi

Pemotongan bunga kelapa sawit yang masih muda pada tahap pembungaan awal dikenal sebagai kastrasi. Pertumbuhan bunga pada masa permulaan ini tidak layak dipertahankan karena perkembangannya belum sempurna sehingga tidak menguntungkan. Pemotongan ditujukan pada tanaman berusia 14-20 tahun dan dilakukan selama 10-12 bulan dengan pergiliran sebulan sekali. Kastrasi dimulai jika 25 persen dari tanaman budidaya sudah mulai berbunga.

Tujuan dari diberlakukannya kartasi pada kelapa sawit antara lain merangsang pertumbuhan tanaman, menghemat air dan hara, menyeragamkan perkembangan buah, serta menghasilkan tandan yang sempurna. Di samping kastrasi juga dapat mempertahankan kebersihan tanaman sehingga dapat terhindar dari serangan hama dan penyakit.

Proses kastrasi dikerjakan dengan memotong bunga yang baru tumbuh ketiak pelepah daun kelapa sawit. Sebagai alat pemotongannya digunakan dodos yakni alat semacam linggis yang memiliki ujung berkait. Bunga dipotong melalui tanpa melukai pelepah dan batang. Setelah bunga terpotong, bunga tersebut ditarik lurus menggunakan pengait.

3. Konsolidasi

Konsolidasi yaitu pemantauan kebun kelapa sawit yang sudah ditanami untuk memastikan kondisinya. Tanaman yang roboh ditegakkan, tanah yang labil dipadatkan, pelepah yang mengering dipotong, bibit yang mati diganti, teras yang rusak diperbaiki, dan segala bentuk perawatan lainnya. Konsolidasi ini dilakukan pada masa TBM pertama.

4. Penyulaman

Penyulaman adalah penggantian tanaman kelapa sawit yang tumbuh tidak normal dengan bibit sawit baru. Sebaiknya gunakanlah bibit khusus yang memang sengaja disediakan untuk keperluan ini. Disarankan melakukan penyulaman pada masa TBM pertama dan TBM kedua, serta hindari pada TBM ketiga sebab justru dapat membengkakkan biaya investasi.

Kebanyakan bibit yang memiliki pertumbuhan kurang normal akan terlihat mulai dari usianya 6-12 bulan sejak penanaman. Tanaman yang diserang hama landak, babi, dan gajah perlu diganti. Sedangkan tanaman yang diserang tikus dan oryctes tidak perlu diganti sebab bakal sembuh dengan sendirinya. Sebagai penanda dari tanaman yang diserang biasanya digunakan pelepah berukuran tinggi yang ditancapkan di sekitar tanaman.

5. Pemeliharaan LCC

LCC (Legume Cover Crop) adalah tanaman-tanaman yang berfungsi untuk menutupi tanah di area perkebunan kelapa sawit. Kegunaan dari tanaman ini yaitu untuk memperbaiki sifat tanah, meningkatkan kandungan unsur nitrogen, menjaga kondisi tanah, mempertahankan kelembaban, mencegah erosi, dan menekan pertumbuhan gulma. Jenis tanaman yang sering dipakai sebagai LCC berasal dari kacang-kacangan seperti Centrosema pubescens, Pueraria javanica, dan Calopoginium mucunoides. Meskipun tidak diprioritaskan untuk diambil hasilnya, tanaman LCC perlu mendapatkan perawatan intensif selama enam bulan pertama.

5 Faktor yang Mempengaruhi Harga Lahan Kelapa Sawit

Tidak ada nominal yang pasti berapa harga lahan kelapa sawit. Hal ini disebabkan karena ada banyak faktor yang mempengaruhinya. Mulai dari lokasi, kondisi, legalitas, jenis, perawatan, dan usia lahan tersebut. Contohnya lahan yang berada di tempat yang dekat dengan pabrik mempunyai harga yang lebih mahal daripada lahan di pelosok. Oleh karena itu, diperlukan pertimbangan yang matang dalam memperhitungkan untung ruginya.

harga-lahan-kelapa-sawit.jpg

Sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia, perkebunan sawit di Indonesia membentang dari Sabang hingga Merauke. Minyak sawit dianggap sebagai emas cair yang keberadaannya terus diburu. Maka jangan heran apabila budidaya kelapa sawit begitu ramai di negeri ini.

Berbicara mengenai investasi kelapa sawit, salah satu persyaratan yang harus dimiliki oleh seorang investor adalah lahan. Seiring berjalannya waktu harga lahan semakin naik mengikuti peningkatan yang terjadi pada harga tanah. Itulah kenapa para investor harus menghitung baik-baik prosentase biaya yang akan dikeluarkannya untuk pengadaan lahan. Di satu sisi harga lahan kelapa sawit yang memiliki prospek bagus biasanya sangat mahal. Sedangkan lahan yang terletak di area sulit dijangkau seringkali ditawarkan dengan harga yang lebih miring.

Jika lebih cermat, Anda bisa mendapatkan lahan yang ideal untuk perkebunan kelapa sawit dengan harga yang lebih rendah. Pelajari faktor-faktor yang menentukan harga sebuah lahan berikut ini :

1. Di Mana Lokasi Lahan Tersebut?

Faktor lokasi berperan penting dalam mempengaruhi harga sebuah lahan. Lahan yang berlokasi di tempat yang dekat dengan pabrik dan mudah dijangkau umumnya cenderung mahal. Begitu pula jika lahan tersebut terletak di lokasi yang jauh dari pemukiman biasanya lebih murah. Sebagai ilustrasinya, lahan di lokasi yang gampang dicapai sekitar Rp120 juta/hektar sedangkan lahan di pelosok hanya Rp30 juta/hektar.

2. Bagaimana dengan Kondisi Tanahnya?

Para petani kelapa sawit pasti sudah menyadari kalau membudidayakan tanaman sawit di lahan mineral lebih menguntungkan daripada lahan gambut. Hal yang sama juga berlaku pada kontur tanahnya, lahan yang datar berharga lebih mahal ketimbang lahan yang miring. Sebagai tumbuhan tropis, kelapa sawit membutuhkan air yang cukup banyak. Lahan mineral yang datar bisa menjamin ketersediaan air tersebut setiap waktu.

3. Apakah Legalisa yang Dimiliki Lahan Tersebut?

Legalitas yang dimaksud adalah status lahan tersebut di mata hukum. Apakah SHM, SKGR, SKT, atau yang lainnya? Harga lahan akan kian mahal jikalau status lahan tersebut semakin tinggi. Tentu membeli lahan bersertifikat SHM jauh lebih baik daripada semuanya.

4. Apakah Jenis Bibit yang Dipelihara?

Terkadang ada lahan kelapa sawit yang sudah berisi tanaman-tanaman sawit yang dijual. Sebagai pembeli Anda tidak boleh langsung tergiur begitu saja. Apalagi bila penjual menawarkan harga murah yang tidak wajar. Kemungkinan besar lahan tersebut tidak mampu menutupi ongkos produksi dengan penghasilan panennya. Akhirnya pemilik pun menjadi telor. Ingat suatu lahan bisa dikatakan murah juga kualitasnya lebih tinggi daripada nominalnya.

5. Bolehkah Membeli Lahan yang Produktif?

Faktor terakhir yang mempengaruhi harga lahan kelapa sawit ialah tingkat produktifitasnya. Untuk Anda yang ingin memutar uang lebih cepat, membeli lahan yang produktif merupakan solusi yang tepat. Kendati demikian harga yang dibandrol pada lahan dengan spesifikasi ini umumnya di atas rata-rata. Lebih baik pilih lahan yang sudah berusia sekitar dua tahun karena tanaman kelapa sawit yang tumbuh di dalamnya sudah mulai belajar menghasilkan tanda buah segar kelapa sawit.

Pemupukan Kelapa Sawit yang Baik di Lahan Gambut

Secara prinsip, pemupukan kelapa sawit di lahan gambut tidak jauh berbeda dengan pemupukan pada umumnya. Pupuk disebarkan di sekitar tanaman melingkari batang pokok. Pupuk yang dipakai harus disesuaikan dengan tujuan pemupukan dan kondisi tanah serta mentaati petunjuk yang tercantum pada kemasannya.

pemupukan-kelapa-sawit-di-lahan-gambut.jpg

Pembukaan kebun kelapa sawit harus memperhatikan keramahannya terhadap alam. Lahan yang dibakar bukan solusi yang tepat untuk mendapatkan kebun yang siap tanam. Sebab hal tersebut justru menimbulkan dampak-dampak negati yang sangat banyak kandungan unsur hara di tanah yang hilang, musnahnya predator hama kelapa sawit, dan menimbulkan asap yang mencemari lingkungan. Pengembangan kebun kelapa sawit di lahan gambut juga sebaiknya dijadikan sebagai pilihan terakhir dengan memprioritaskan terhadap tanah yang sudah mengalami degradasi.

Pemupukan kelapa sawit di tanah gambut menggunakan pupuk dengan jenis yang sama seperti pada tanah mineral. Hanya saja dosis pupuk tersebut sedikit dilebihkan mengingat kondisi tanah gambut belum begitu stabil. Adapun pupuk yang dipakai contohnya yaitu TSP 300 gram (RP 500 gram) dan CuSO4 15 gram.

Untuk mengaplikasikan pupuk tersebut khususnya pada tahap penanaman bibit kelapa sawit, isilah lubang tanam dengan top soil setebal 25 cm lalu dipadatkan. Kemudian masukkan 1/3 dosis dari jumlah keseluruhan pupuk. Tanamkan bibit sawit dengan merobek dulu large bag-nya. Pastikan permukaan bola tanah sejajar dengan tanah di sekitarnya.

Timbun sekali lagi bibit kelapa sawit tersebut dengan tanah di lapisan top soil. Kemudian taburkan 1/3 dosis pupuk lagi di atasnya. Berikutnya timbun dengan tanah subsoil lalu sisa pupuk ke bibit sawit tersebut. Terakhir timbun lagi memakai sub soil di lapisan teratas.

Hal-hal yang harus diperhatikan ketika memupuk tanaman kelapa sawit di lahan gambut antara lain :

  1. Sebelum memberikan pupuk, bersihkan dahulu gulma yang tumbuh di area piringan yang mengitari batang pokok kelapa sawit.
  2. Untuk tanah yang datar, pupuk ditaburkan secara melingkar dengan jarak 50 cm dari batang sampai tepian.
  3. Pupuk harus disebarkan di tempat yang semestisnxa dan tidak boleh asal-asalan.
  4. Pupuk yang tidak boleh dicampur harus diberi rentang waktu dari pupuk-pupuk lain dalam penerapannya.
  5. Pupuk yang digunakan harus berbentuk remah, tidak boleh berupa gumpalan.
  6. Dosis pupuk yang diberikan juga harus tepat.

Contoh Perhitungan Biaya Kebun Kelapa Sawit

Kebun kelapa sawit merupakan investasi yang teramat berharga. Oleh sebab itu, perhitungan biaya-biaya yang harus dikeluarkan selama proses pengelolaan lahan harus dilakukan dengan matang. Rincian perhitungan tersebut meliputi biaya pengadaan lahan, pembersihan kebun, pembelian bibit, pemberian pupuk, pembasmian gulma, serta pemangkasan daun.

perhitungan-biaya-kelapa-sawit.jpg

Biaya Pengadaan dan Pembersihan Lahan

Biaya awal meliputi biaya yang harus dikeluarkan untuk pengadaan lahan dan pembersihannya dari tanaman liar. Harga lahan kelapa sawit sangat variatif biasanya tergantung dari letak lokasinya. Misalkan kita ambil harga kelapa sawit yaitu Rp 10.000.000/hektar. Sedangkan untuk biaya pembersihan lahan berkisar Rp 500.000/hektar.

Biaya Pembibitan

Bibit sebaiknya dibeli dari tempat yang bersertifikasi agar jelas kualitasnya. Jangan pernah membeli bibit sawit di penjual yang tidak berlisensi meskipun harganya dipatok lebih murah sampai setengah harga. Sebab kelapa sawit yang tidak jelas umumnya memiliki produktifitas yang rendah. Anda bisa mendapatkan bibit yang bagus di PPKS, Marihat, Lonsum, atau Socfin.

Bibit berusia 6 bulan biasanya dibandrol dengan harga Rp 15.000/bibit. Karena bibit di usia ini masih rentan dirusak babi hutan maka dibutuhkan biaya tambahan untuk membuat pagar. Kita asumsikan biaya pembangunan pagar per baris adalah Rp 5.000, jadi total biaya pembuatan pagar ialah Rp 20.000/bibit.

Sedangkan jika Anda tidak ingin repot dengan pagar, pilih bibit berusia minimal 18 bulan. Bibit sawit ini sudah memiliki duri sehingga tidak mungkin dimakan babi. Harga rata-rata bibit kelapa sawit berumur 18 bulan sekitar Rp 30.000/bibit.

Jumlah kebutuhan bibit untuk setiap hektar disesuaikan dengan jarak penanamannya. Misalnya jarak yang dipilih yaitu 9 x 9 m, maka untuk luas 1 hektar (10.000 m2) membutuhkan bibit sebanyak 10.000/81 = 130an bibit. Jadi biaya yang diperlukan untuk membeli bibit kelapa sawit berusia 18 bulan yakni Rp 30.000 x 130 bibit = Rp 3.900.000/hektar.

Biaya Pemupukan

Berikut ini rincian biaya pemupukan kebun kelapa sawit.

  1. Bulan ke-1 memakai Urea sebanyak 0,5 kg/pohon
  2. Bulan ke-2 memakai Urea sebanyak 0,75 kg/pohon
  3. Bulan ke-4 memakai TSP sebanyak 0,75 kg/pohon
  4. Bulan ke-8 memakai Urea sebanyak 0,75 kg/pohon
  5. Bulan ke-12 memakai Urea sebanyak 0,75 kg/pohon
  6. Bulan ke-16 memakai TSP sebanyak 0,75 kg/pohon
  7. Bulan ke-20 memakai Urea sebanyak 0,75 kg/pohon
  8. Bulan ke-24 memakai Urea sebanyak 0,75 kg/pohon
  9. Bulan ke-28 memakai TSP sebanyak 1 kg/pohon
  10. Bulan ke-32 memakai Urea sebanyak 1 kg/pohon
  11. Bulan ke-36 memakai Urea sebanyak 1 kg/pohon
  12. Bulan ke-40 memakai TSP sebanyak 1 kg/pohon
  13. Bulan ke-44 memakai Urea sebanyak 1 kg/pohon
  14. Bulan ke-48 memakai Urea sebanyak 1 kg/pohon

Jadi apabila kebun kelapa sawit diberikan pupuk secara berkala selama 4 tahun menggunakan Urea dan TSP. Maka kebutuhan pupuk urea sampai dengan tanaman berusia 4 tahun adalah 1.072 kg dibulatkan menjadi 1.100 kg. Sedangkan jumlah kebutuhan pupuk TSP selama 4 tahun mencapai 500 kg.

Harga pupuk urea saat ini sekitar Rp 5.000/kg dan harga pupuk TSP sekitar Rp 2.000/kg. Jadi total biaya pemupukan adalah 1.100 x 5.000 ditambah 500 x 2.000 = 5.500.000 ditambah 1.000.000 = Rp 6.500.000.

Biaya Pemberantasan Gulma

Pemberantasan gulma di kebun kelapa sawit dilakukan dengan menyemprotkan herbisida. Harganya sekitar Rp 175.000. Anda juga membutuhkan alat penyemprot yang berharga sekitar Rp 150.000. Sementara biaya tenaga kerja yaitu Rp 60.000/hektar. Kebutuhan per hektar adalah 1 liter herbisida yang sudah dicampur air sebanyak 300 ml.

Penyemprotan pertama dilakukan saat pembukaan lahan. Berikutnya penyemprotan kedua dikerjakan 6 bulan setelahnya. Lalu lahan kembali disemprot 6 bulan kemudian. Metode efektif mencegah gulma tumbuh di lahan selama 3-4 tahun. Sehingga total biaya untuk penyemprotan selama 4 tahun adalah Rp 1.000.000.

Biaya Pemangkasan

Pemangkasan kelapa sawit bertujuan agar tanaman tumbuh secara efektif. Terdapat tiga macam pemangkasan yaitu pemangkasan pasir untuk membuang bagian tanaman yang tidak normal, pemangkasan produksi untuk meningkatkan produktifitas, dan pemangkasan pemeliharaan untuk menjaga pertumbuhan tanaman.

Biaya yang harus dikeluarkan untuk setiap melakukan pemangkasan ialah Rp 100.000/hektar. Sehingga jika selama 4 tahun dilakukan pemangkasan daun sebanyak 5 kali, maka biayanya adalah Rp 500.000/hektar.

6 Syarat Lokasi Pembibitan Kelapa Sawit yang Ideal

Kelapa sawit merupakan tanaman yang berasal dari Benua Afrika. Jadi ketika kita mencoba untuk membudidayakannya di Indonesia yang notabene memiliki iklim kontras, maka diperlukan perlakuan-perlakuan tertentu. Tujuannya agar tanaman kelapa sawit tersebut mampu beradaptasi dengan lingkungannya, tumbuh secara normal, dan memiliki produktifitas yang tinggi.

syarat-tempat-pembibitan-kelapa-sawit.jpg

Penyesuaian terhadap lingkungan ini sudah dimulai sejak pembibitan kelapa sawit dilakukan. Lokasi yang digunakan untuk menumbuhkan bibit sawit harus memenuhi syarat-syarat tertentu. Di antaranya topografi tanah, jarak dengan sumber air, sistem irigasi, jangkauan lokasi, kemudahan pengawasan, dan keamanan.

Syarat I : Tanah Kebun Berpermukaan Datar

Dalam menbibitkan tanaman kelapa sawit, pilih lokasi yang memiliki tanah berpermukaan datar. Hal ini akan memudahkan Anda dalam merawat bibit-bibit tersebut setiap hari. Tanah yang datar juga mempunyai kapasitas yang lebih banyak. Bandingkan jika Anda harus naik turun kebun setiap hari akibat permukaan tanah yang miring, tenaga yang diperlukan pun akan lebih besar.

Syarat II : Posisi Kebun Berdekatan dengan Sumber Air

Selama masa pembibitan, kelapa sawit membutuhkan air dalam jumlah yang cukup banyak. Keberadaan sumber air di dekat kebun akan sangat membantu Anda dalam menyirami tanaman peliharaan. Apalagi bila letak sumber air itu tidak jauh dari posisi kebun kepunyaan Anda.

Syarat III : Sistem Irigasi Kebun Lancar

Anda harus memastikan bahwa sistem drainase pada kebun kelapa sawit selalu lancar. Usahakan semua tanaman bisa mendapatkan air yang diperlukannya. Pastikan pula tidak ada potensi banjir karena akan mengakibatkan tanaman sawit membusuk. Sistem irigasi bisa dikatakan bagus jika mampu memenuhi kebutuhan air tanaman dan mengalirkan langsung semua air yang menggenang.

Syarat IV : Kebun Terletak di Lokasi yang Mudah Dijangkau

Syarat lokasi pembibitan kelapa sawit nomor empat adalah kemudahan dalam menjangkau kebun. Seyogyanya tempat pembibitan dipilih yang gampang dijangkau untuk mempermudah mobilitas dan pengangkutan bibit kelapa sawit. Ada baiknya bila lokasi pembibitan terletak di pinggir jalan setapak.

Syarat V : Keberadaan Kebun Mudah Diawasi

Berdekatan dengan pemukiman warga merupakan salah satu pertanda bahwa lokasi pembibitan tersebut cukup bagus. Tempat yang demikian akan mempermudah Anda dalam melakukan pengawasan bibit secara intensif. Anda bisa berjalan kaki menuju tempat pembibitan tanpa perlu mengendarai kendaraan bermotor sehingga biaya transportasi lebih hemat.

Syarat VI : Tempat Pembibitan Benar-benar Aman

Lokasi yang akan dijadikan sebagai tempat pembibitan kelapa sawit juga harus dipastikan keamanannya. Hal ini berarti lokasi tersebut bebas dari hama dan penyakit. Kadang kala binatang ternak seperti ayam, kambing, sapi, dan kerbau juga dapat merusak atau memakan bibit-bibit kelapa sawit yang Anda miliki.