Pemeliharaan tanaman kelapa sawit menghasilkan bertujuan untuk memperoleh tanaman-tanaman yang mempunyai tingkat produktivitas tinggi. Biaya yang digunakan untuk membuka lahan perkebunan sawit harus dicatat dan diperhatikan agar dapat ditekan seminim mungkin. Begitu pula dengan perawatan tanaman dan infrastruktur kebun diusahakan untuk memanfaatkan biaya secara efektif dan dilakukan dengan memperhatikan keramahan terhadap lingkungan.
Umumnya, kelapa sawit akan mulai berproduksi ketika umurnya sudah mencapai 3 tahun. Pada usia yang demikian biaya awal yang diinvestasikan bakal tertutupi oleh penghasillan dari buah-buah sawit. Kelapa sawit yang dipelihara dengan baik biasanya mampu menghasilkan tandan buah yang lebih melimpah. Sehingga justru tidak efektif jika biaya perawatan dalam tahap ini dikurangi.
1. Sensus Tanaman Kelapa Sawit
Sensus dilakukan secara berkala untuk mengetahui kondisi semua tanaman budidaya. Setiap tanaman sawit yang mati perlu dikumpulkan dan didata dengan benar. Begitu pula tanaman sawit yang diselingi sisipan TBM maupun titik tanam yang kosong perlu dicatat untuk dimasukkan di dalam data.
Untuk mempermudah, sensus dimulai dari kebun bagian barat menuju ke timur. Ada seorang kepala penyensus yang bertugas untuk mengatur kinerja sensus agar tidak saling tumpang tindih. Setiap penyensus mengamati setiap dua barisan tanaman. Hasil sensus kemudian diserahkan kepada manajer prakiraan.
Sensus populasi tanaman harus dilakukan secara rutin supaya tingkat pertumbuhannya terkendali. Sensus tahap pertama dilakukan selama penanaman untuk memetakkan titik tanam. Berikutnya sensus dikerjakan pada usia tanam 6 bulan untuk menentukan tingkat produktivitas tanaman. Kemudian setiap setahun sekali sensus dilakukan guna memantau jumlah tanaman yang produktif dan tidak produktif per tahun.
2. Membuat Peta Pohon di Perkebunan Sawit
Peta pohon merupakan peta yang menggambarkan kondisi riil dari perkebunan kelapa sawit. Tujuannya untuk memberikan informasi tanaman yang siap panen, menyediakan peta dasar untuk sensus berikutnya, dan membantu menentukan kelayakan panen kelapa sawit.
Standar peta pohon yang baik harus memuat informasi mengenai titik yang tidak ditanami, tanaman belum menghasilkan, tanaman menghasilkan, jalan, jembatan, sungai, dan topografi tanah. Peta pohon dirancang di kertas menggunakan tinta dan pensil khusus, meja gambar, rak peta, serta alat bantu hitung.
Proses pembuatan peta pohon diawali dengan mensurvei lahan budidaya. Setiap tanaman digolongkan menjadi tanaman belum menghasilkan (simbol titik) dan tanaman menghasilkan (simbol lingkaran). Hasil dari survei tersebut dipakai untuk menentukan kelayakan panen perkebunan sawit. Luas blok dihitung berdasarkan titik tanam yang dapat digunakan untuk menghitung prakiraan kapasitas produksi sawit. Pekerjaan pemetaan ini dilakukan setiap setahun sekali.
3. Penunasan Tanaman Kelapa Sawit
Penunasan dilakukan dengan menjaga tajuk tanaman yang sehat, membuang pelepah yang berlebihan, dan mempertahankan luas daun kelapa sawit. Daun yang menghalangi kegiatan pemanenan dan yang tidak dibuang selama pemanenan juga sebaiknya turut ditunas. Untuk melakukan pekerjaan ini diperlukan peralatan berupa dodos, egrek, dan batu asah.
Tanaman kelapa sawit muda yang pemanenannya menggunakan dodos, maka penunasannya dengan memotong seluruh pelepah daun yang terletak di bawah tiga lingkaran daun bawah tandan yang akan dipanen berikutnya. Sedangkan untuk tanaman yang dipanen memakai egrek, penunasannya dikerjakan pada 1-2 lingkaran pelepah daun di atas tandan yang akan dipanen berikutnya. Serabut yang berpotensi mengganggu kegiatan panen dibuat memakai dodos dan egrek.
Jangan lupa untuk membersihkan tumbuhan saprofit yang berada di pangkal pelepah. Begitupun dengan tanaman parasit yang tumbuh begitu cepat harus segera dibinasakan. Sedangkan tanaman yang tidak produktif juga perlu ditunas agar produksinya membaik. Idealnya penunasan dikerjakan setahun sekali terutama apabila hasil panen perkebunan cukup rendah.
4. Pengendalian Gulma, Hama, dan Penyakit
Tahap ini bertujuan untuk mempertahankan kualitas lahan budidaya demi mempermudah akses terhadap pemupukan, penunasan, pemeliharaan, pemanenan, dan pengumpulan buah. Gulma juga perlu dikendalikan untuk mengurangi kompetisi tanaman budidaya khususnya dalam mendapatkan nutrisi, air, dan sinar matahari. Proses pengendalian gulma, hama, dan penyakit ini dapat dilakukan dengan metode mekanik, biologis, maupun kimiawi. Pengendalian dikerjakan secara teratur dan tidak terikat oleh waktu.