8 Langkah Budidaya Kelapa Sawit di Lahan Gambut

Pemanfaatan lahan gambut sebagai tempat penanaman kelapa sawit seyogyanya menjadi opsi terakhir jika tidak memungkinkan pembudidayaan di lahan mineral. Hal ini mengingat pentingnya keberadaan lahan gambut dalam mendukung keseimbangan ekologi dan ekonomi. Lahan gambut merupakan habitat bagi keanekaragaman hayati, penyedia hasil hutan, serta penyimpan air tanah.

Untuk menjaga kelestarian alam, pembukaan lahan gambut untuk kebun kelapa sawit hanya boleh dilakukan pada lahan-lahan yang telah mengalami degradasi. Sedangkan kawasan hutan gambut yang masih asri sebaiknya tetap dijaga kelestariannya. Jangan sampai demi mendapatkan keuntungan pribadi, Anda merugikan berbagai pihak lain.
budidaya-kelapa-sawit.jpg
Di bawah ini langkah-langkah dalam menanam kelapa sawit di lahan gambut!

1. Survei Kelayakan Lahan
Sebelum proses penanaman kelapa sawit dimulai, Anda perlu melakukan survei untuk menilai kelayakan lahan gambut tersebut digunakan sebagai tempat pembudidayaan. Aspek-aspek yang perlu diperhatikan meliputi legalitas lahan dan karakteristik tanahnya. Lakukan juga penelitian guna mengetahui kematangan gambut, kedalaman gambut, frekuensi dan lama genangan, serta kedalaman lapisan pirit.

2. Pembukaan Lahan yang Benar
Yang benar, pembukaan lahan gambut wajib dilakukan dengan metode zero burning alias sama sekali tidak membakar hutan. Sebab lahan yang dibakar justru akan mengakibatkan tanahnya mengering dan tandus. Banyak unsur hara yang terkandung di dalam bahan organik musnah, hilangnya predator alami hama kelapa sawit, serta terjadinya pelepasan karbon yang berbahaya. Kondisi lingkungan pun turut mengalami degradasi seiring dengan penurunan kualitas lahan gambut dan rusaknya siklus hidrologi.

3. Pengelolaan Air
Perlu diketahui, lahan gambut yang sudah mengering akan sulit sekali dibuat basah kembali. Oleh karena itu diperlukan tata pengelolaan sumber daya air yang tepat. Caranya yaitu membangun benteng sebagai penahan air laut, parit untuk mengumpulkan dan menyalurkan air ke kebun, serta pintu air untuk mempertahankan muka air. Tujuan dari pengelolaan air antara lain mempertahankan muka air sekitar 50-75 cm, mencegah pengeringan lahan, mencegah oksidasi pirit, mencegah akumulasi garam, dan menghilangkan kandungan zat beracun.

4. Pemadatan Tanah Gambut
Pada umumnya, kondisi tanah di lahan gambut masih belum stabil sehingga jika ditanami kelapa sawit, maka arah pertumbuhannya akan doyong. Oleh karena itu, tanah perlu dipadatkan terlebih dahulu agar daya topangnya terhadap meningkat. Hal ini memungkinkan kedudukan kelapa sawit yang ditanam tidak gampang goyah dan memiliki postur yang tegak.

5. Pembangunan Sarana dan Prasarana
Pekerjaan pembangunan sarana dan prasarana pendukung kebun kelapa sawit meliputi pemasangan gambangan dari kayu, membran geoteks, dan penimbunan dengan tanah mineral. Kemudian lahan gambut juga harus diratakan, dipadatkan, serta dikeraskan memakai campuran kerikil, pasir, dan batu. Semakin bagus kondisi jalan di dalam kebun, hal ini akan memudahkan distribusi dan perawatan peralatan.

6. Pekerjaan Kultur Teknis yang Baik
Pekerjaan kultur teknis mencakup seluruh pekerjaan yang diberlakukan kepada tanaman kelapa sawit yang dibudidayakan. Di antaranya upaya penggalian produksi, penunasan, pemeliharaan masa TBM dan TM, pengendalian gulma, pemberantasan hama dan penyakit, dan pemanenan. Diperlukan juga pengaturan terhadap pemeliharaan jalan, perbaikan kualitas panen, dan perawatan sarana panen.

7. Pemupukan Tanaman
Secara garis besar, pupuk yang digunakan pada lahan gambut yang subur sama seperti lahan mineral. Namun pada lahan gambut yang mengandung Ca dan Mg lebih tinggi daripada K maka perlu dilakukan teknik pemupukan tertentu. Misalnya tidak perlu dilakukan lagi pengapuran, pemberian KCL dengan dosis 3-5 kg/pohon/tahun, serta penambahan pupuk mikro seperti Cu, Zn, Fe, dan B.

8. Pemantauan Terhadap Api
Lahan gambut sangat rentan mengalami kebakaran. Perlu pemantauan terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran lahan. Beberapa sarana dan prasarana pendukung yang perlu dibangun antara lain menara pengawas, alat pemadam api, marka tingkat bahaya api, serta organisasi pengendali api.