Showing posts with label Perawatan. Show all posts
Showing posts with label Perawatan. Show all posts

Cara Menggunakan Pupuk Hantu untuk Kelapa Sawit

Bagaimana cara menggunakan pupuk hantu untuk kelapa sawit? Tahukah Anda, kelapa sawit adalah tanaman dalam industri perkebunan yang merupakan penghasil minyak goreng, minyak industri, serta bahan bakar alternatif. Saat ini, Indonesia sendiri terhitung sebagai produsen minyak kelapa sawit terbesar di dunia.

Salah satu pupuk yang dapat digunakan untuk mendukung pertumbuhan kelapa sawit ialah pupuk hantu. Sebenarnya ini merupakan merek pupuk kelapa sawit ternama yang berguna sebagai ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). Pada prakteknya, dosis pupuk hantu yang dipakai harus disesuaikan dengan usia tanaman kelapa sawit.
cara-pupuk-hantu-sawit.jpg
Di bawah ini panduan penggunaan pupuk hantu yang baik dan benar.
Kelapa Sawit Pre-Nursery dan Main-Nursery
Langkah-langkah :
  1. Campurkan pupuk hantu dengan air terlebih dahulu. Komposisi yang dipakai yaitu 75 cc pupuk hantu dicampur bersama 15 liter air. Aduk sebentar agar kedua bahan ini tercampur merata.
  2. Cara pengaplikasiannya yakni semprotkanlah campuran di atas persis ke seluruh bagian tanaman kelapa sawit. Berikan perhatian yang lebih kepada bagian-bagian tanaman yang sulit dijangkau.
  3. Tindakan pemberian pupuk untuk kelapa sawit tahap pre-nursery dan main-nursery ini sebaiknya dilakukan dengan frekuensi setiap sebulan sekali sesuai ketentuan.
Kelapa Sawit Belum Menghasilkan
Langkah-langkah :
  1. Sebelum digunakan, Anda perlu mencampurkan pupuk hantu dengan air dahulu. Perbandingan dosis yang digunakan adalah 5 cc pupuk hantu yang dimasukkan ke dalam 1 liter air. Aduk sebentar agar kedua bahan ini tercampur merata.
  2. Metode untuk menerapkan pupuk hantu pada usia tanaman ini tidak sama yaitu campuran pupuk dan air di atas disiramkan di area piringan kelapa sawit.
  3. Pada masa ini pula, pemberian pupuk kimia tambahan masih perlu dilakukan mengingat kelapa sawit termasuk tumbuhan yang rakus terhadap unsur hara.
  4. Setiap 1 liter pupuk hantu bisa digunakan untuk memupuk 200 pokok kelapa sawit belum menghasilkan.
  5. Pemupukan kelapa sawit ini sebaiknya dikerjakan setiap sebulan sekali untuk memperoleh hasil yang memuaskan.
Kelapa Sawit Menghasilkan
Langkah-langkah :
  1. Anda bisa mencampurkan pupuk hantu sebanyak 20 cc dengan 1 liter air bersih . jangan lupa untuk mengaduk campuran ini supaya pupuk yang terbentuk mempunyai kualitas yang bagus.
  2. Siramkan campuran pupuk tadi tepat pada area piringan tanaman kelapa sawit.
  3. Pada masa ini, pemberian pupuk kimia tambahan juga masih perlu dilakukan.
  4. Dalam 1 liter pupuk hantu dapat dipakai untuk menyuburkan 50 batang tanaman kelapa sawit menghasilkan.
  5. Proses pemupukan memakai pupuk hantu ini sebaiknya dikerjakan secara berulang-ulang setiap 3 bulan sekali.

3 Cara Penggunaan Kapur Dolomit yang Benar

Bagaimana cara menggunakan kapur dolomit yang benar? Perlu diketahui, kapur dolomit mengandung kalsium (CaO) dan Magnesium (MgO). Kegunaan utama kapur ini adalah untuk meningkatkan pH tanah serta menetralkan kadar keasamannya. Tingkat keasaman tanah perlu disesuaikan dengan habitat alami tanaman yang akan dipelihara agar mampu beradaptasi dengan baik.

Kapur ini dihasilkan dari pabrik pupuk ZA yang menggunakan bahan baku berupa Phosphor gypsum, amoniak (NH3), dan karbon dioksida (CO2). Oleh karena itulah, kapur ini juga mengandung unsur hara makro dan mikro. Pada umumnya, kapur dolomit berbentuk halus (powder/tepung halus) yang bersifat homogen dan berwarna putih kecokelatan dengan kadar kelarutan 0,15 mg/L serta kerapatan jenisnya mencapai 0,762 ton/m3.
Kapur dolomit mempunyai 10 manfaat penting antara lain :
  1. Meningkatkan pH tanah
  2. Memperbanyak unsur hara di dalam tanah
  3. Menetralisir tanah dari senyawa beracun
  4. Menambah populasi mikroorganisme
  5. Merangsang pertumbuhan akar tanaman
  6. Menghijaukan tanaman
  7. Menaikkan produktivitas dan kualitas panen
  8. Menyediakan unsur Ca dan Mg
  9. Menetralkan unsur Al
  10. Membunuh bibit penyakit
cara-penggunaan-kapur-dolomit.jpg
Agar hasilnya optimal, kapur dolomit yang akan diaplikasikan ke lahan kelapa sawit harus dipilih berdasarkan faktor-faktor tertentu. Di antaranya yaitu sifat kimia, harga, kecepatan reaksi, serta kehalusan bahan. Sedangkan dalam penggunaannya, ada tiga metode yang dapat dilakukan untuk mengaplikasikan kapur ini ke lahan pertanian. Di antaranya yaitu :

Metode 1 : Penyebaran ke Lahan secara Merata
Untuk memperbaiki kondisi tanah, kapur dolomit bisa disebarkan dengan cara menaburkannya ke area lahan. Kapur ini harus benar-benar disebarkan ke seluruh bagian lahan secara merata. Proses ini biasanya dikerjakan pada saat tahap pengolahan lahan dan sebelum proses penanaman bibi tumbuhan. Lahan yang sudah diberi kapur ini selanjutnya didiamkan selama 2-3 minggu agar kondisinya normal kembali.

Taburkan kapur dolomit secara merata setelah pengolahan tanah pada tahap pertama. Yap, kapur ini harus dicampurkan ke tanah melalui mekanisme pengolahan tanah tahap kedua. Waktu pemberian kapur sebaiknya dilakukan paling cepat 2 minggu sebelum waktu penanaman bibit dimulai yaitu pada awal musim penghujan sehingga reaksinya dapat berjalan dengan baik. Dalam sekali pemberian kapur dolomit cukup untuk jangka waktu selama 5 tahun mendatang. Jadi sebaiknya gunakanlah 2-3 kali takaran yang dibutuhkan. Sehingga pada pemberian kapur berikutnya yakni tahun ke-6, takaran kapur yang dipakai adalah 0,25 dari takaran semula.

Metode 2 : Penaburan Pada Lubang Tanam
Kapur dolomit juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dasar pada proses pembudidayaan tanaman perkebunan. Caranya adalah pupuk ini ditaburkan dengan dosis secukupnya ke dalam lubang tanam. Setelah itu, tutupi lapisan kapur tersebut menggunakan campuran tanah dan pupuk kandang. Biarkan lubang tanam dalam waktu 2-3 minggu sebelum boleh digunakan. Berikutnya Anda bisa menanamkan bibit ke dalam lubang tersebut.

Metode 3 : Pencampuran dengan Pupuk ZA
Kapur dolomit pun dapat disebarkan bersama dengan pupuk ZA dengan mencampurkannya terlebih dahulu. Campuran ini selanjutnya berguna untuk menyediakan unsur hara bagi tanaman berupa Magnesium dan Sulfat nitrogen tanpa menurunkan kadar keasaman tanah. Adapun metode penerapannya yaitu campuran kapur dolomit dan pupuk ZA ini disebarkan secara merata dalam larikan yang sejajar di dalam barisan tanaman, di sekeliling tanaman, atau dimasukkan ke dalam lubang khusus yang dibuat di sisi kanan dan kiri tanaman.

6 Cara Membuat Pestisida Organik Sederhana

Bagaimana cara membuat pestisida organik yang sederhana? Pestisida adalah zat yang beracun untuk membunuh hama. Ada dua jenis pestisida menurut bahan bakunya yaitu pestisida organik dan pestisida kimiawi. Karena terbuat dari bahan-bahan alami, pestisida organik bersifat ramah terhadap lingkungan.

Pada dasarnya, pestisida organik menggunakan bahan aktif yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang berkhasiat mengendalikan hama pada tanaman. Oleh sebab itu, pestisida tersebut sama sekali tidak meninggalkan residu yang berbahaya bagi lingkungan. Proses pembuatan pestisida ini juga mudah, peralatannya murah, dengan teknik yang sederhana.
cara-membuat-pestisida-organik.jpg
Di bawah ini beberapa cara yang dapat ditempuh untuk membuat pestisida secara organik!
  1. Umbi Bawang Putih
Pestisida organik yang terbuat dari bahan baku yaitu umbi bawang putih terbukti efektif dalam mengendalikan sejumlah hama tanaman. Cara pembuatan pestisida dari bahan ini adalah memarut 100 gram umbi bawang putih. Campurkan bawang putih halus ini dengan 1/2 liter air, 10 gram deterjen, dan 2 sendok teh minyak tanah. Diamkan cairan ini dalam waktu 24 jam, kemudian saring. Sebelum bisa dipakai, cairan bawang putih ini harus diencerkan dahulu memakai air bersih dengan perbandingan 1:20.
  1. Daun Sirsak
Tahukah Anda, ada kandungan bahan aktif annonain dan resin pada daun sirsak yang ampuh sebagai pengendali hama yang berjenis trip. Cara membuatnya dimulai dengan menumbuk 50-100 lembar daun sirsak hingga halus. Kemudian hasil tumbukan ini direndam di dalam 5 liter air yang telah ditambahi 15 gram deterjen dalam waktu 24 jam. Keesokan harinya Anda bisa menyaring cairan ini menggunakan kain yang halus. Sebelum dipakai, encerkan terlebih dahulu dengan mencampurkan 1 liter larutan pestisida dan 10-15 liter air.
  1. Daun Pepaya
Papain banyak terdapat di dalam daun pepaya serta sangat bagus dipakai untuk menghilangkan hama berupa ulat dan penghisap. Ambil 1 kg daun pepaya, lalu rajanglah dengan potongan yang halus. Setelah itu, rendam rajangan daun pepaya ini ke dalam 10 liter air. Tambahkan 2 sendok makan minyak tanah dan 30 gram deterjen ke dalam air tadi, kemudian biarkan semalaman. Sebelum digunakan untuk menyemprot tanaman, pestisida ini harus disaring terlebih dahulu.
  1. Daun Tembakau
Daun tembakau mengandung nikotin sehingga efektif dalam membasmi hama yang berjenis penghisap. Rajanglah 250 gram daun tembakau, lalu rendam di dalam air sebanyak 8 liter selama 24 jam. Saring hasil rendaman tersebut untuk memisahkan daun tembakau dari air sarinya. Tambahkan 2 sendok teh deterjen ke dalam air tembakau. Aduk supaya tercampur dengan rata.
  1. Biji Srikaya
Biji srikaya ternyata bermanfaat sebagai obat pengendali hama yang alami lho. Khasiat ini terdapat pada biji srikaya karena mengandung annonain dan resin yang bisa digunakan untuk mengendalikan hama ulat dan hama penghisap. Mulailah dengan menumbuk 15-25 gram biji srikaya sampai halus. Lalu rendam hasil tumbukan tadi ke dalam 1 liter air yang sudah dicampur dengan 1 gram deterjen. Aduk supaya bahan-bahan ini tercampur. Setelah itu, Anda bisa mendiamkan larutan ini selama satu malam.
  1. Biji dan Daun Nimba
Nimba (Azadirachta indica A. Juss) memiliki kandungan bahan aktif seperti azadirachtin, nimbinen, meliantrol, dan salanin. Jadi tanaman ini bisa dipakai untuk memberantas hama penghisap, nematoda, bakteri, ulat, dan jamur. Guna membuat pestisida dari tanaman nimba, Anda membutuhkan 200-300 gram biji nimba yang ditumbuk halus, lalu direndam di dalam 10 liter air dan dibiarkan selama 24 jam. Pilihan yang lain ialah menyiapkan 1 kg daun nimba kering yang direndam di 10 liter air selama 24 jam. Barulah kemudian air hasil rendaman tersebut disaring terlebih dahulu sebelum dipakai untuk membasmi hama yang menyerang tanaman.

Penyakit Busuk Pucuk pada Kelapa Sawit

Penyakit busuk pucuk wajib diwaspadai oleh para petani kelapa sawit di Indonesia. Alasannya karena serangan penyakit ini terjadi pada tanaman kelapa sawit yang masih muda. Akibat yang ditimbulkan oleh penyakit busuk pucuk ialah pertumbuhan tanaman kelapa sawit menjadi tidak normal hingga kematian. Kalau pun berhasil tumbuh, maka tingkat produktivitas yang dimiliki oleh tanaman tersebut rendah sekali.

Gejala-gejala yang ditimbulkan akibat penyakit busuk pucuk kurang lebih menyerupai penyakit pucuk umbut (bud rot). Namun penyakit busuk pucuk hanya menyerang bagian pucuk atau bakal tunas daun. Gejala utamanya terlihat dari pembusukan yang terjadi pada bagian pucuk/tunas bakal daun yang masih sangat muda dan belum tumbuh keluar. Kemudian pembusukan akan menyebar luas hingga ke bagian lain di sekitarnya.

Diketahui bahwa penyakit busuk pucuk tidak hanya menyerang tanaman kelapa sawit, tetapi pohon kelapa yang dibudidayakan oleh para petani di Indonesia pun kerap mengalami penyakit yang sama. Penyakit busuk pucuk yang menyerang tanaman kelapa umumnya disebabkan oleh cendawan Phytophthora palmivora, Erwinia sp., serta Bacillus sp. Gangguan fisiologis pada tanaman juga bisa menimbulkan penyakit ini. Bahkan tanaman kelapa di beberapa daerah disebutkan terserang penyakit ini setelah terkena sambaran petir.
penyakit-busuk-pucuk-sawit.jpg
Pembusukan yang terjadi pada bagian pucuk tanaman kelapa sawit mengakibatkan pertumbuhannya menjadi tidak sempurna. Pelepah akan mati dan layu. Sedangkan di daun yang belum terlalu tua, pangkal yang terserang akan membusuk lalu menguning. Pada umumnya, spora cendawan penyakit ini disebarkan oleh angin dan serangga khususnya kumbang. Hati-hati sebab penyakit busuk dapat menyerang secara sporadis.

Serangan penyakit busuk pucuk lebih banyak terjadi di lahan-lahan perkebunan yang terletak di daerah basah. Gejala-gejala awal yang mesti diwaspadai antara lain daun muda/janur berwarna pucat, daun tersebut tumbuh dengan arah miring/condong, lalu lama-kelamaan daun akan patah sendiri. Di beberapa kasus daun muda yang berpenyakit tersebut akan berubah warna menjadi kuning suram, kusam dan tidak mengkilap, sampai akhirnya menjadi kecokelat-cokelatan.

Penyakit busuk pucuk dapat menyerang beberapa bagian dari tanaman kelapa sawit. Adapun serangan yang paling membahayakan terjadi apabila penyakit sudah menyerang titik tumbuh tanaman. Kelapa sawit yang terserang titik tumbuhnya bisa diketahui dengan melubangi bagian batangnya. Jika lubang pada batang tadi mengeluarkan cairan berwarna kuning dan berbau busuk maka dapat dipastikan kalau tanaman terserang titik tumbuhnya. Hal ini berakibat pada pertumbuhan tanaman tidak normal, kurang berisi, dan kerdil.

Pengendalian penyakit busuk pucuk pada kelapa sawit bisa dilakukan melalui upaya-upaya tertentu. Di antaranya pemotongan seluruh jaringan tanaman yang sakit sebelum menjalar ke bagian titik tumbuhnya. Perlu diketahui, posisi jaringan ini biasanya terletak di bawah bagian tanaman yang terinfeksi. Kemudian dilakukan pengobatan dengan mengoleskan fungisida sistemik binomil sebanyak 5 gram/pohon tepat pada bagian tanaman yang telah dipotong untuk melindunginya dari serangan mikroorganisme.

Apabila diperlukan, lakukan pengobatan lebih lanjut dengan mengoleskan perekat perata sebanyak 5 ml agar hasil yang didapatkan dari fungisida lebih optimal. Namun apabila pengobatan sama sekali tidak membuahkan hasil dan serangan penyakit justru semakin parah, mau tidak mau tanaman kelapa sawit harus ditebang dan seluruh bagian akarnya perlu disingkirkan dari lahan. Pencegahan dari penyakit busuk pucuk cukup dilaksanakan dengan menjaga kebersihan tanaman serta melakukan pengawasan terhadap kondisi tanaman secara rutin.

Gejala Serangan Ganoderma Pada Kelapa Sawit

Serangan ganoderma pada kelapa sawit dapat menyebabkan penyakit busuk pangkal batang atau BSR (Basal Stem Rot). Ini termasuk salah satu penyakit kelapa sawit yang paling serius, terutama di Indonesia dan Malaysia. Jamur ganoderma sendiri sebenarnya tanaman jarum atau palem-paleman dan beberapa di antaranya merupakan jamur pembusuk kayu. Sebagian dari jamur tersebut bersifat patogen dan kerap menyerang tanaman tahunan yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Selain kelapa sawit, ganoderma juga sering melakukan serangan pada karet, teh, kakao, betelnut, akasia, makademia, anggur, dan pir.

Penyakit busuk pangkal batang pada mulanya dianggap tidak terlalu penting secara ekonomis. Namun setelah kelapa sawit menjadi tanaman perkebunan unggulan, BSR mulai dipandang sebagai penyakit yang sangat serius. Hal ini dikarenakan penyakit tersebut tidak hanya menyerang tanaman-tanaman yang telah berusia tua di atas 25 tahun, tetapi juga pohon kelapa sawit muda dalam masa produktif yang umurnya sekitar 10-15 tahun. Bahkan baru-baru ini juga ada laporan yang menyebutkan serangan ganoderma pada kelapa sawit usia 4-5 tahun, khususnya di areal replanting bekas lahan kelapa sawit.

Perkebunan kelapa sawit yang terletak di daerah pesisir pinggir pantai lebih rentan terkena serangan ganoderma. Selain itu, kelapa sawit yang ditanam di lahan gambut pun perlu waspada terhadap serangan jamur ini karena serangannya kerap terjadi pada tanaman muda secara cepat dan intensif. Sedangkan serangan penyakit BSR di lahan pedalaman masih relatif rendah. Mula-mula jamur saprofit ini tumbuh subur pada bagian tanggul atau batang kelapa sawit yang telah ditebang dan ditinggalkan di lahan. Kemudian lama-kelamaan jamur ganoderma tadi menyerang tanaman kelapa sawit lain yang masih tumbuh.
ganoderma-pada-kelapa-sawit.jpg
Serangan penyakit busuk pangkal batang pada tanaman kelapa sawit muda bisa diketahui melalui ciri-ciri seperti daunnya menguning pada satu sisi atau timbul bintik-bintik kuning dari daun yang lebih pendek lalu diikuti nekrosis. Biasanya pada daun yang baru membuka, daun tersebut tampak lebih pendek daripada daun normal kemudian mengalami klorosis atau nekrosis. Seiring dengan berkembangnya jamur ganoderma penyebab penyakit tersebut, keseluruhan bagian tanaman menjadi pucat, tingkat pertumbuhannya melambat, serta daun tombak yang tersisa tidak dapat membuka.
Gejala yang serupa juga kerap muncul pada tanaman kelapa sawit dewasa, di mana beberapa daun tombaknya tidak terbuka dan warna kanopi daunnya pun tampak pucat lalu mati. Nekrosis umumnya terjadi mulai dari daun yang paling tua kemudian merambat ke atas menuju mahkota daun. Selanjutnya tanaman pun mati yang ditandai dengan terkulainya daun pada ujung pelepah/batang atau mengalami patah tulang di beberapa titik sepanjang malai dan menggantung ke bawah. Serangan ganoderma dapat mematikan tanaman kelapa sawit dewasa pada 2-3 tahun kemudian dan tanaman muda pada 6-24 bulan kemudian.

Jika serangan ganoderma terus diamati, maka biasanya ditemukan lebih dari satu setengah bagian jaringan batang bawah mati diserang oleh jamur tersebut. Jaringan tersebut tampak busuk dan kering. Penampang yang terkena berwarna cokelat terang dengan warna gelap tidak beraturan yang dikelilingi warna kuning di luarnya. Zona kuning ini dapat ditemukan di antara daerah perbatasan antara jaringan yang sehat dan sakit. Zona yang gelap merupakan reaksi infeksi, sedangkan zona kuning adalah mekanisme pertahanan diri kelapa sawit terhadap serangan infeksi.

Sementara itu, akar tanaman kelapa sawit yang terkena penyakit busuk pangkal batang akibat serangan ganoderma tampak sangat rapuh. Jaringan internal di dalam akar tersebut mengering kemudian lama-kelamaan menjadi tepung. Sedangkan jaringan korteks pada akar tadi berwarna cokelat serta mudah hancur. Bagian stele akar pun mengalami perubahan warna menjadi hitam. Pada akar tua yang terinfeksi, rupa jamur ganoderma terlihat menyerupai lapisan putih mirip tikar, khususnya pada permukaan bagian dalam eksodermis.

Kemunculan basidiomata merupakan tanda yang paling akurat dari penyakit BSR. Basidiomata ganoderma/sporofora bisa berkembang sebelum gejala awal serangan pada daun muncul atau setelahnya. Basidiomata ini biasanya tumbuh di pangkal batang kelapa sawit. Kemunculan basidiomata dipengaruhi oleh lama waktu pembusukan dari bagian dalam batang ke area pinggiran. Pada awalnya, ukuran basidiomata ini sangat kecil lalu tumbuh membesar seiring dengan perkembangan jaringan jamur.

Permukaan bagian atas basidiomata umumnya berwarna cokelat terang hingga cokelat gelap dan agak mengkilap. Di bawah permukaan tersebut tampak warna keputih-putihan yang dipenuhi pori-pori berukuran kecil. Kebanyakan posisi basidiomata ini saling berdekatan satu sama lain serta tumpang tindih membentuk ukuran yang lebih besar dan berstruktur. Adanya basidiomata bisa menjadi petunjuk utama dalam mencari pusat penyakit di dalam batang kelapa sawit.

Cara Pengendalian Ganoderma Pada Kelapa Sawit

Bagaimana cara pengendalian ganoderma pada kelapa sawit yang tepat? Ganoderma merupakan jamur patogenik tular tanah yang sering tumbuh di hutan primer. Pada hakikatnya, jamur ini sebenarnya sangat berguna karena berperan penting dalam proses pelapukan batang tanaman. Namun jamur ini mempunyai sifat buruk yakni menjangkiti tanaman yang masih tumbuh subur, melakukan serangan infeksi, hingga mengakibatkan tanaman mati. Itulah kenapa keberadaan jamur ganoderma kini begitu dibenci oleh para petani kelapa sawit.

Sesungguhnya ganoderma termasuk jamur yang lemah. Tetapi jamur ini mampu bertahan lama di dalam tanah. Populasi ganoderma menjadi dominan manakala ekosistem di perkebunan kelapa sawit tidak seimbang serta tidak ada jamur lain sebagai kompetitornya. Umumnya kondisi ini disebabkan oleh kandungan unsur hara organik di tanah yang semakin sedikit dan pemakaian bahan-bahan kimia seperti herbisida yang tidak dilakukan secara tepat. Akibatnya kesehatan tanah pun semakin memburuk.

Seperti yang sudah kami sebutkan di atas, mula-mula serangan ganoderma hanya terjadi pada pohon-pohon yang telah mati. Selanjutnya spora jamur tersebut diterbangkan oleh angin lalu hinggap ke pohon kelapa sawit dan melakukan serangan. Tanaman yang terinfeksi selanjutnya akan terkena penyakit busuk pangkal batang. Penyakit tersebut akan menular ke tanaman yang sehat apabila tunggulnya bersinggungan langsung dengan akar-akar tanaman yang sehat. Laju serangan ganoderma akan meningkat pada saat populasinya di perkebunan semakin banyak.
pengendalian-ganoderma-kelapa-sawit.jpg
Upaya pertama yang dapat diperbuat untuk mengendalikan serangan ganoderma pada kelapa sawit adalah menebang pohon yang sakit. Kemudian semua bagian pohon tersebut dihancurkan sampai tak tersisa. Bekas tanaman yang mungkin masih ada harus disingkirkan jauh-jauh dari area perkebunan atau dibakar habis. Hal ini dilakukan untuk memberantas semua ganoderma yang tumbuh sampai ke akar-akarnya. Setelah itu, barulah upaya kontrol secara biologis dan kimiawi pun bisa dilaksanakan.
Contoh pengendalian secara biologis seperti memanfaatkan jamur hexaconazole yang terbukti dapat memperpanjang usia tanaman kelapa sawit yang sudah terinfeksi jamur ganoderma. Penelitian menunjukkan pemberian 4,5 gram atau 90 ml jamur hexaconazole yang telah dilarutkan ke dalam 7 liter air ke batang tanaman yang terserang ganoderma membuahkan hasil sebanyak 74,4% tanaman tersebut tetap dapat hidup normal dan berproduksi dengan baik.

Sementara itu, upaya pencegahan ganoderma pada kelapa sawit dapat dimulai ketika fase replanting atau penanaman kembali. Fakta membuktikan kebanyakan lahan yang terserang oleh ganoderma merupakan lahan replanting. Jadi perlu upaya prakondisi lahan terlebih dahulu sebelum dilakukan penanaman bibit kelapa sawit yang baru pada lahan tersebut wajib dilaksanakan dengan baik. Lantas, bagaimanakah caranya?

Salah satu cara yang cukup efektif dalam mempersiapkan lahan kelapa sawit agar tidak terserang jamur ganoderma yaitu menghancurkan semua pokok tanaman lama. Pokok-pokok tanaman kelapa sawit yang telah tua tersebut dihancurkan sampai ke bagian akarnya. Disarankan untuk menggali area massa akar dan tanggul tanaman dengan dimensi panjang 2 m, lebar 2 m, dan kedalaman 1,5 m. Pekerjaan ini menjadi lebih efisien manakala dilaksanakan memakai mesin pencacah khusus yang dapat mencacah pokok tanaman kelapa sawit menjadi berukuran kecil-kecil.

Pengendalian Ulat Kantong Pada Tanaman Kelapa Sawit

Salah satu hama yang perlu diwaspadai oleh para petani kelapa sawit adalah ulat kantong. Hama ini termasuk ke dalam keluarga Psychidae. Spesies dari ulat kantong yang kerap menyerang tanaman kelapa sawit di antaranya Metisa plana, Mahasena corbetti, Manatha albipes, Cremastopsyche pendula, Cryptothelea cardiophaga, Brachycyttarus griseus, dan Amatissa sp.

Ulat kantong memiliki nafsu makan yang sangat tinggi. Ulat ini aktif memakan dedaunan kelapa sawit sembari membuat semacam kantong dari potongan daun yang kasar. Setelah kantong sudah terbentuk, ulat ini akan beraktifitas dengan hanya mengeluarkan kepala dan kaki depannya dari dalam kantong.
pengendalian-ulat-kantong.jpg
Awalnya ulat kantong hidup di bagian atas permukaan daun kelapa sawit. Namun ketika kantongnya telah berukuran cukup besar, ulat ini akan berpindah ke bagian bawah daun dengan cara menggantungkan diri. Ukuran tubuh rata-rata ulat ini sekitar 35 mm dengan kantong yang berukuran antara 30-50 mm. Sedangkan siklus hidup ulat kantong berlangsung selama 126 hari yaitu stadia ulat selama 80 hari dan stadia kepompong selama 30-50 hari.

Gejala Serangan Ulat Kantong
Gejala awal dari serangat ulat kantong ialah mengeringnya bagian tajuk tanaman seperti terbakar. Potensi kehilangan daun tanaman kelapa sawit bahkan bisa mencapai 46 persen. Celakanya, ulat kantong dapat menyerang tanaman di rentang usia berapapun, terutama ketika sudah berumur lebih dari 8 tahun. Tanaman yang telah cukup tua memiliki daun yang panjang dan saling bersinggungan sehingga memudahkan ulat kantong dalam berpindah tempat.

Pengendalian Ulat Kantong
Sedikitnya ada dua metode ampuh untuk mengendalikan hama ulat kantong yang menyerang kelapa sawit, antara lain :

1. Pengendalian Secara Biologi
Pengendalian secara biologi dilakukan dengan melestarikan parasit dan predator alami ulat kantong. Di antara parasitoid yang berkerja cukup efektif adalah Goryhus bunoh, Hiper parasitoid, dan Dolichogenidea metesae. Selain itu, Bacillus thuringiensis dapat dimanfaatkan sebagai insektisida alami yang ramah terhadap lingkungan.

2. Pengendalian Secara Kimiawi
Pengendalian ulat kantong secara kimiawi dilakukan dengan menyemprotkan insektisida yang terbuat dari bahan-bahan kimia tertentu. Pengaplikasian metode ini juga bisa dikerjakan menggunakan teknik fogging dan injeksi. Tanaman kelapa sawit yang berusia kurang dari 2 tahun bisa disemprot memakai knapsack sprayer. Sedangkan tanaman yang berusia lebih dari 3 tahun bisa diasapi atau disuntik menggunakan Monocrotophos dan Methamidophos.

Cara Tepat Mengatasi Trek pada Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit tidak bisa dihindarkan dari ancaman trek yang bisa menjangkitinya kapanpun. Akibatnya tingkat produktifitas tanaman menjadi turun secara drastis. Bahkan beberapa tanaman juga dilaporkan tidak mampu menghasilkan buah sama sekali. Tentu saja hal ini menyebabkan para petani yang membudidayakan kelapa sawit mengalami kerugian yang sangat besar.

Trek biasanya menimpa perkebunan kelapa sawit pada waktu 3 bulan setelah musim hujan. Pada saat musim kemarau ini, kelapa sawit kekurangan air yang dibutuhkannya untuk mendukung pertumbuhan. Padahal kebutuhan air oleh kelapa sawit ini mencapai 15 liter/hari. Maka bisa ditebak tanaman mengalami dehidrasi yang sangat serius selama musim kering.
trek-kelapa-sawit.jpg
Sebetulnya trek bisa dicegah dengan mengusahakan air tetap tersedia di sekitar tanaman kelapa sawit sepanjang waktu. Caranya yaitu dengan memberikan mulsa di sekitar tumbuhan yang dibudidayakan ketika sedang musim hujan. Anda bisa memanfaatkan tandan kosong kelapa sawit sebagai bahan mulsa. Tandan tersebut lantas diletakkan di area piringan. Metode lainnya, Anda juga bisa membenamkan kompos di area pasar mati perkebunan kelapa sawit.

Selain karena kekurangan air, kadang-kadang kelapa sawit juga mengalami trek apabila kandungan unsur hara di sekitarnya minim. Solusi untuk memenuhi kebutuhan unsur hara tersebut, Anda perlu melakukan uji terhadap tingkat kesuburan lahan terlebih dahulu. Tujuannya agar kandungan nutrisi, tingkat keasaman, kandungan C organik, dan tingkat hara terangkut bisa diketahui dengan pasti.

Setelah proses penelitian mengenai kandungan unsur hara di dalam media tanam selesai dilakukan, proses selanjutnya yakni memperbaiki tingkat kandungan tersebut. Disarankan pakailah pupuk yang mempunyai kandungan nutrisi yang lengkap seperti NPK, Mg, S, Ca, dan unsur hara mikro. Dengan memanfaatkan pupuk dari jenis ini, maka komposisi formula yang akan diberikan ke tanaman dapat disesuaikan terhadap tingkat pertumbuhan kelapa sawit dan kondisi kesuburan lahan perkebunan.

Pada dasarnya, prinsip kerja metode di atas ialah memanfaatkan kemampuan kompos dalam menyimpan air lalu melepaskannya lagi saat kondisi di sekitarnya kering sehingga tingkat kelembaban media tanam terjaga dengan baik. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi trek pada kelapa sawit bisa dikatakan berhasil apabila kondisi di perkebunan menunjukkan tanda-tanda ke arah yang membaik. Di antaranya pertumbuhan bakal buah naik setelah 6 bulan dari waktu aplikasi, permukaan daun tampak mengkilap, dan tumbuhnya pelepah pucuk yang baru.

5 Cara Pengendalian Hama Tikus Pada Kelapa Sawit

Seiring berjalannya waktu, perkebunan kelapa sawit di Indonesia semakin meluas. Saat ini tercatat luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak kurang dari 8,9 juta hektar dan mampu menjadi pemasok utama kebutuhan minyak sawit dunia yang mencapai 30 juta ton. Oleh karena itu, teknik pembudidayaan kelapa sawit yang benar terus dikembangkan guna meningkatkan hasil panen oleh para petani lokal.

Satu dari sekian kendala yang mendera perkebunan kelapa sawit adalah serangan hama. Di antara hama yang biasa menyerang pohon sawit, tikus acapkali menimbulkan dampak negatif yang begitu besar. Tikus sering menyerang bibit kelapa sawit, tanaman belum menghasilkan, tanaman menghasilkan, memakan serangga penyerbuk bunga sawit, dan menyebabkan masuknya padogen sekunder melalui bekas luka.

Pada umumnya, jenis tikus yang menyerang kelapa sawit di antaranya tikus rumah, tikus ladang, tikus wirok, tikus sawah, dan tikus pohon. Perlu diketahui, kemampuan tikus dalam memakan buah kelapa sawit bisa mencapai 6-14 gram/hari. Artinya dalam setahun para petani berisiko kehilangan 328-962 minyak sawit/hektar bilamana terdapat tikus dengan populasi 183-537 ekor/hektar.

Gejala serangan hama tikus ditandai dari adanya bagian tanaman yang berkarat, khususnya pada bagian pangkal batang. Serangan juga bisa terjadi pada bagian umbut yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak normal dan mati. Belum lagi kerusakan pada bagian pelepah menyebabkan tingkat produktifitas kelapa sawit menurut hingga 20 persen setiap tahun.

Tikus juga kerap merusak bunga kelapa sawit, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akibatnya tanaman tidak bisa menghasilkan buah sehingga menyebabkan kerugian yang amat besar. Beberapa tikus juga dapat menyerang tandan sawit yang ditandai dari munculnya bercak semacam karatan.

cara-pengendalian-tikus.jpg

Ada beberapa langkah yang terbukti ampuh menanggulangi hama tikus di lahan kelapa sawit, antara lain :

1. Pengendalian Secara Kultur Teknis

Pada prinsipnya, pengendalian tikus secara kultur teknis dilakukan dengan membuat lingkungan yang dapat mencegah terjadinya kehidupan dan pertumbuhan tikus. Beberapa metode yang umum diterapkan yaitu mengatur pola tanam kelapa sawit, menjadwalkan waktu tanam, membuat jarak tanam, dan lain-lain. Meskipun metode ini tergolong sederhana dan ramah lingkungan, namun beberapa petani mengaku kesulitan menerapkannya pada kelapa sawit mengingat tanaman ini bukanlah tumbuhan semusim.

2. Pengendalian Secara Sanitasi

Metode sanitasi yaitu membersihkan sarang, lubang, dan tempat persembunyian tikus yang ada di area perkebunan kelapa sawit. Proses sanitasi terutama ditujukan pada tumpukan kayu sisa tebangan pohon tua dan gulma yang rimbun. Dalam pelaksanaannya, proses sanitasi kebun sawit pun tidak boleh mengganggu tanaman kacang-kacangan yang sengaja dipelihara.

3. Pengendalian Tikus Secara Mekanis

Pengendalian tikus secara mekanis bertujuan untuk menghilangkan populasi tikus dari perkebunan kelapa sawit dengan metode fisik. Peralatan yang digunakan meliputi perangkap, pelindung, dan penghalang tikus. Jika memungkinkan juga dapat dilakukan perburuan terhadap populasi tikus tersebut.

4. Pengendalian Tikus Secara Biologis

Secara biologis, populasi tikus bisa dikendalikan dengan meningkatkan jumlah populasi musuh alaminya. Di antaranya yaitu burung hantu, kucing, ular sawah, anjing, musang, dan garangan. Berdasarkan penelitian, burung hantu memegang peranan terpenting dalam membasmi tikus secara biologis. Sedangkan patogen yang juga berperan dalam membatasi populasi tikus misalnya protozoa Sarcosystis singaporensis, bakteri Trypanosoma evansi, dan nematoda Nippostrongilus brassiliensis.

5. Pengendalian Tikus Secara Kimiawi

Pengendalian tikus dapat dikerjakan pula secara kimiawi. Caranya yaitu dengan memasang umpan yang telah dibubuhi racun kimia dan menyebarkannya secara acak di seluruh wilayah perkebunan kelapa sawit. Metode-metode yang biasanya diaplikasika yakni menaruh umpan beracun (rodentisida), asap beracun (fumigan), atraktan dan repelen, serta bahan pemandul tikus (kemosterilan).

8 Tips dan Trik Budidaya Kelapa Sawit

Budidaya kelapa sawit semakin gencar dilakukan oleh para petani di Indonesia. Tidak heran, saat ini Nusantara didaulat sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia. Rata-rata kapasitas kelapa sawit yang mampu dihasilkan oleh petani domestik sebanyak 40 juta ton dengan minyak sawit sejumlah 22 juta metrik per tahun.

tips-kelapa-sawit.jpg

Oleh karena itulah, pengetahuan akan tips dan trik dalam proses pembudidayaan kelapa sawit sangat berguna bagi para petani dalam rangka meningkatkan produksi panennya. Simak kiat-kiatnya berikut ini!

1. Sistem Lembah Tangkapan Air

Kelapa sawit merupakan tanaman yang memerlukan air dalam jumlah cukup banyak. Untuk menyiasatinya, Anda bisa menerapkan sistem lembah tangkapan air dengan menggali tanah berdiameter 1,5 m sedalam 30 cm, kemudian menggali lagi lubang tanam di tengah-tengahnya berukuran 50 x 50 x 50 cm. Manfaat lainnya metode ini juga memungkinkan pupuk dapat terserap maksimal ke dalam lubang penanaman.

2. Memberantas Serangan Tikus

Untuk mengatasi serangan tikus, Anda bisa membalut pangkal bibit kelapa sawit memakai kawat atau jala setinggi 50 cm. Pastikan kawat tersebut menancap kuat ke dalam tanah. Perlindungan ini memungkinkan bibit sawit terjaga pertumbuhannya, tidak terganggu, dan terhindar dari serangan hama kelapa sawit secara massal.

3. Kelapa Sawit yang Berbuah Jarum

Kelapa sawit yang memiliki duri cukup banyak dikenal sebagai sawit jarum. Hal ini menyebabkan buah yang mampu diproduksi oleh tanaman tersebut berukuran kecil. Solusinya cobalah mengumpulkan dedaunan kering di sekitar pangkal batangnya, lalu bakar hingga daun di pelepah terbawah menjadi layu. Kerjakan hal ini setiap 20 hari sekali atau setiap proses pemanenan dilakukan. Jangan lupa buang buah sawit jarum tersebut dan bersihkan pula pelepahnya. Jika dilakukan secara berkala, niscaya cepat atau lambat pertumbuhan kelapa sawit akan kembali normal.

4. Perlakuan Pada Lahan Gambut

Lahan gambut biasanya mempunyai kondisi yang tidak stabil. Seringkali tanahnya mengandung pH yang sangat rendah atau alumunium yang terlalu tinggi. Guna menetralkan kembali tanah tersebut, Anda bisa menaburkan pupuk abu, pupuk dotani, atau tanah kapur sebanyak 30 kg/pohon.

5. Jarak Tanam yang Ideal

Jarak tanam kelapa sawit yang ideal adalah 9 x 8 m. Sedangkan kelapa sawit unggu yang memiliki pelepah lebih pendek bisa menggunakan jarak tanam yang kurang dari ukuran tersebut. Meskipun membuat jumlah kelapa sawit yang ditanam lebih banyak, tetapi sawit unggulan ini cenderung tidak kokoh dalam menahan angin sehingga mudah roboh. Hati-hati pemberian pupuk yang berlebihan justru bisa merapuhkan bagian batang dan akar pohon kelapa sawit.

6. Metode Planting Inter Planting

Metode planting inter planting memungkinkan budidaya kelapa sawit dapat berlangsung secara efisien. Mekanismenya yaitu menanam bibit kelapa sawit berumur 2 tahun di dekat pohon kelapa sawit yang akan ditebang pada 3 tahun mendatang. Penebangan pohon sawit dapat memakai buldoser, gergaji mesin, alat bor, dan suntikan racun.

7. Distribusi Bibit Kelapa Sawit

Sebelum bibit kelapa sawit dipindahkan ke perkebunan, pelepah tengah bibit tersebut perlu dibersihkan terlebih dahulu. Tujuannya untuk mencegah timbulnya stres akibat penguapan yang ekstrim. Jangan pernah membuang tanah yang ada di dalam polibag sebab berpotensi merusak akar. Hentikan penyiraman bibit di dalam polibag sejak dua hari sebelum proses distribusi supaya struktur tanahnya tidak rusak.

8. Cara Menanam Bibit yang Baik

Untuk melepaskan bibit sawit dari polibag, miringkan posisinya sedikit lalu angkat perlahan-lahan. Potong akar tanaman yang menyangkut dengan polibag. Jangan pernah menarik bibit tanaman kelapa sawit tersebut secara paksa sebab pasti akan rusak dan mati.

4 Cara Pengendalian Gulma Alang-alang Secara Terpadu

Alang-alang atau ilalang (Imperata cylindrica L) adalah tanaman perintis yang sering tumbuh di lahan-lahan kosong maupun di bekas sawah dan ladang. Sayangnya alang-alang juga biasanya menjadi gulma karena tumbuh di perkebunan dan mengganggu pertumbuhan tanaman budidaya. Tanaman ini bisa hidup dengan baik di daerah-daerah yang banyak mengandung air dan mendapatkan cukup sinar matahari.

Ilalang merupakan tumbuhan rumput yang berbatang lunak dan membulat. Daunnya tipis, bertekstur licin dan diselubungi rambut, serta memiliki warna hijau gelap hingga terang. Sistem perakarannya ditunjang rimpang yang kuat sehingga sulit dicabut. Sedangkan bunga ilalang berwarna putih, berupa bulir majemuk, agak menguncup, dan mudah diterbangkan angin.

Proses perkembangbiakan alang-alang berlangsung sangat cepat. Benih-benihnya gampang sekali diterbangkan angin dan tumbuh menjadi tanaman dewasa. Sementara itu, rimpang ilalang yang juga merupakan bakal tanaman dewasa dapat menembus tanah sampai kedalamanan 1 meter. Hal ini sering mengakibatkan upaya pemberantasan gulma alang-alang tergolong cukup sulit dilakukan.

pengendalian-gulma-alang-alang.jpg

Berikut ini beberapa cara yang bisa dikerjakan untuk mengendalikan pertumbuhan alang-alang di perkebunan kelapa sawit!

Manual

Untuk area perkebunan kelapa sawit dengan ukuran yang tidak terlalu luas, upaya pengentasan ilalang secara manual bisa menjadi solusi yang dapat diandalkan. Kelebihan dari metode ini yaitu bersifat ramah lingkungan dan tidak memakan biaya yang cukup besar. Teknik ini dilakukan dengan memotong rimpang ilalang lalu biomasa-nya dikeringkan di atas tanah atau ditimbun di lubang yang cukup dalam. Adapun peralatan yang digunakan meliputi cangkul, sekop, dan garpu.

Mekanis

Secara mekanis, pemberantasan alang-alang menggunakan bantuan traktor. Alternatif lain bisa juga memanfaatkan bajak yang digerakkan oleh tenaga hewan ternak. Walaupun teknik mudah dan cepat, namun tidak memakan waktu yang lama alang-alang bakal tumbuh kembali.

Biologis

Alang-alang tidak akan tumbuh di tempat yang tidak mendapatkan cahaya matahari yang cukup. Sehingga Anda bisa memelihara tanaman penutup tanah seperti kacang-kacangan. Keuntungan lainnya tanaman kacang-kacangan juga dapat memperbaiki struktur tanah, meningkatkan kandungan nitrogen, mencegah erosi, dan menjaga kelembaban tanah. Selain itu, daun dari tanaman ini juga dapat dipakai untuk pakan hewan ternak.

Kimiawi

Karena dapat menimbulkan dampak yang serius bagi lahan budidaya, pengendalian gulma menggunakan metode kimiawi sebaiknya dipilih sebagai opsi terakhir bila cara-cara lain tidak cukup efektif. Bahan kimia yang digunakan berupa herbisida. Dalam penerapannya nanti, Anda wajib mematuhi petunjuk pemakaian dari produk herbisida tersebut agar tidak menimbulkan dampak negatif yang serius.

Pengendalian Rayap pada Kelapa Sawit secara Tepat

Bagaimana metode pengendalian rayap pada kelapa sawit secara tepat? Rayap (Coptotermes curvignathus) merupakan serangga yang dikenal luas sebagai salah satu hama yang menimbulkan kerugian ekonomi cukup besar. Karena serangannya tergolong serius, hama ini perlu ditangani dengan sungguh-sungguh, terutama untuk perkebunan kelapa sawit di lahan gambut.

pengendalian-rayap-pada-kelapa-sawit.jpg

Kelapa Sawit

Rayap dapat merusak seluruh bagian tanaman kelapa sawit. Berbeda dengan hama babi hutan, hewan ini sangat rakus memangsa tumbuhan budidaya, baik ketika masih dalam bentuk bibit, tanaman muda, maupun tanaman dewasa. Rayap menyerang kelapa sawit dengan menggerek dan memakan semua bagian tanaman, tak terkecuali pada titik tumbuhnya. Itulah kenapa serangan yang berat mampu menyebabkan kelapa sawit mengalami kematian.

Di bawah ini gejala-gejala yang muncul jika kelapa sawit terserang rayap, antara lain :

  1. Terlihatnya lorong-lorong tanah berukuran kecil yang ada di permukaan batang dari tanah mengarah tegak ke bagian atas tanaman.
  2. Secara mendadak, daun pupus kelapa sawit mengalami layu dan lambat-laun menjadi kering.
  3. Ditemukannya koloni rayap di sekitar tanaman kelapa sawit.

Cara pengendalian rayap dapat dilakukan dengan dua metode, yaitu manual dan kimiawi. Metode manual adalah pengendalian dengan tangan kosong, sedangkan metode kimiawi menggunakan bahan-bahan kimia untuk memberantas rayap. Penjelasan tentang kedua metode tersebut akan diterangkan secara lengkap di bawah ini.

Pengendalian Rayap Secara Manual

Pengendalian rayap secara manual dikerjakan dengan menghancurkan sarang rayap dan membunuh serangga-serangga di dalamnya. Metode ini akan lebih efektif jika berhasil menemukan ratu rayap dan membinasakannya. Namun kendalanya sulit sekali menjumpai sarang rayap di kebun kelapa sawit. Para petani biasanya memberantas rayap yang terlihat di batang kelapa sawit agar hubungan antara pokok sawit dengan sarang rayap terputus sementara.

Pengendalian Rayap Secara Kimiawi

Melalui cara kimiawi, pengendalian rayap bisa dilakukan dengan memakai bahan-bahan kimia yang bersifat racun bagi rayap. Salah satunya anda bisa memanfaatkan Regent 50 SC yang mengandung bahan aktif Fipronil dengan dosisi sebanyak 2,50 ml/l air per pohon kelapa sawit. Dapat juga menggunakan Termiban 400 EC yang berbahan aktif Chlorpyriphos dengan dosis penggunaan sejumlah 6,25 ml/l air untuk masing-masing kelapa sawit yang terserang rayap.

Cara Pengendalian Hama Babi Hutan pada Kelapa Sawit

Bagaimana cara pengendalian hama babi hutan pada kelapa sawit? Babi hutan adalah babi liar yang banyak hidup di hutan termasuk di perkebunan kelapa sawit. Binatang ini merupakan hama yang berbahaya karena dapat mengakibatkan kerusakan serius bagi tanaman. Tak jarang pohon kelapa sawit bisa tumbang seketika akibat tubrukan dari babi hutan yang memiliki tenaga sangat besar ini.

cara-pengendalian-hama-babi-hutan.jpg

Babi Hutan

Pengendalian hama babi hutan bisa dilakukan dengan berbagai cara yang sudah terbukti manjur. Di antaranya yaitu memasang pagar hidup, mempersulit jangkauan hama, dan menaburkan racun. Penjelasan selengkapnya mengenai metode-metode tersebut akan diterangkan dengan rinci di bawah ini!

1. Memasang Pagar Hidup

Yang dimaksud pagar hidup ialah tumbuh-tumbuhan yang memiliki struktur kokoh. Penanaman pagar hidup terbukti efektif dapat mencegah babi hutan memasuki lahan kelapa sawit. Tanaman yang cocok dijadikan pagar kelapa sawit yaitu salak. Di samping kekuatannya cukup tangguh, batang pohon salak juga dikelilingi duri yang panjang dan runcing sehingga babi hutan akan menghindarinya.

Proses penanaman salak sebagai pagar hidup dilakukan bertepatan dengan penyemaian kelapa sawit. Tujuannya supaya ketika menanam bibit kelapa sawit dimulai, pohon salak sudah siap melindungi kelapa-kelapa sawit tersebut. Adapun jarak penanaman salak yang ideal berkisar antara 35-40 cm. Beruntung jika pohon salak berbuah, anda bisa sekaligus menikmatinya.

2. Mempersulit Jangkauan Hama

Metode pengendalian babi hutan yang kedua ini cukup menghabiskan biaya untuk tukang, namun hasilnya terbukti sangat efektif. Prinsip metode ini adalah menanam sawit di kedalaman tanah yang dikelilingi parit berukuran cukup lebar. Oleh sebab itu, anda perlu mengeluarkan modal yang besar untuk pembuatan lubang dan parit.

Tidak terlalu dalam, buatlah lubang penanaman yang mempunyai ukuran 1 meter dengan diameter menyesuaikan. Kemudian di sekeliling lubang tadi digali parit dengan lebar 1 meter dan kedalaman 1-2 meter. Ilustrasinya, saat babi hutan hendak merusak kelapa sawit maka akan terperosok ke lubang. Kalaupun berhasil melompati lubang, maka tubuhnya akan menghantam langsung pada dahan kelapa sawit yang dipenuhi duri.

3. Menaburkan Racun di Perkebunan

Racun yang ampuh mengatasi babi hutan meliputi thimex, thiodan, pospit, dan lain-lain. Racun yang dimakan oleh babi akan mengakibatkannya mati. Namun karena penciuman hewan ini tajam sekali, diperlukan pengolahan terlebih dahulu biar keberadaan racun tersamarkan.

Ambilah singkong secukupnya, lalu kupas dan rebus sampai matang. Setelah itu, tumbuk singkong rebus tadi dan campuran dengan terasi secukupnya agar menimbulkan aroma menyengat. Setelah menjadi getuk, taburkan racun ke dalamnya dan uleni hingga tercampur rata. Bentuk getuk beracun ini menjadi bola-bola kecil seukuran buah duku, kemudian jemur sampai kering. Terakhir taburkan racun ini secara menyebar acak ke seluruh area perkebunan kelapa sawit. Jangan lupa menutupinya dengan daun supaya racun getuk ini tidak hancur terkena hujan.

Cara Meningkatkan Hasil Panen Kelapa Sawit

Bagaimana cara meningkatkan hasil panen kelapa sawit? Budidaya kelapa sawit memang menawarkan nilai keuntungan yang sangat menggiurkan. Hitung saja, dengan harga TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit rata-rata Rp2.000 per kg, para petani bisa mengumpulkan pundi-pundi rupiah yang begitu banyak. Semakin melimpah jumlah TBS yang dihasilkan, maka semakin besar pula laba yang dapat dipetik.

cara-meningkatkan-hasil-panen-kelapa.jpg

Kelapa Sawit yang Berbuah

Faktor utama yang menentukan banyak sedikitnya buah-buah segar yang bisa dihasilkan kelapa sawit adalah pemupukan. Hal ini disebabkan pemupukan berperan penting dalam pertumbuhan dan perkembangan kelapa sawit. Pupuk yang terserap masuk ke dalam tanah akan diteruskan oleh akar untuk dialirkan ke seluruh tubuh kelapa sawit guna mendukung pertumbuhannya.

Dosis pemupukan yang diterapkan ke tanah setidaknya harus bisa menggantikan unsur hara yang telah disedot oleh akar. Pemupukan minimal ini dimaksudkan agar tingkat kesuburan tanah tidak menurun. Jadi metode peningkatan kesuburan tanah bisa dilakukan dengan meningkatkan jumlah aplikasi pupuk ke tanah dengan tetap memperhatikan standarisasi optimal.

Adapun alasan-alasan logis kenapa proses pemupukan ini mempengaruhi prosentasi hasil panen kelapa sawit di antaranya :

  1. Tanah tidak sanggup menyediakan unsur hara secara mandiri dalam jumlah yang cukup bagi kelapa sawit.
  2. Kelapa sawit termasuk tanaman yang membutuhkan unsur hara dalam jumlah yang besar untuk mendukung pertumbuhan dan produktifitasnya.
  3. Pemilihan varietas kelapa sawit unggulan yang memiliki karakteristik memerlukan unsur hara yang melimpah.
  4. Pemupukan bertujuan untuk mempertahankan dan atau meningkatkan kesuburan tanah.

Proses pemupukan ini harus dilakukan secara tepat agar dapat berjalan efektif. Pemupukan dinilai berhasil apabila sebagian besar unsur hara masuk ke dalam tanah dan bisa diserap oleh tanaman sawit.

Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi keefisienan pemupukan yaitu biaya yang dikeluarkan untuk bahan pupuk, alat kerja, dan upah pekerja dibandingkan dengan buah-buah kelapa sawit yang dihasilkan. Di samping itu, efisiensi pemupukan dipengaruhi pula oleh tindakan rekomendasi pemupukan serta manajemen operasional pemupukan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa untuk meningkatkan hasil panen kelapa sawit, para petani harus berfokus pada proses pemupukan yang dilakukan dengan baik dan benar. Hal tersebut mencakup pada peningkatan efektifitas dan efisiensi pemupukan. Caranya antara lain dengan memastikan dapat terserap maksimal oleh tanaman budidaya melalui metode yang tepat. Pertimbangkan juga biaya yang dikeluarkan untuk produksi, pemilihan pemupukan, dan manajemen operasional pemupukan yang tepat.

2 Cara Pengendalian Hama Ulat Api pada Kelapa Sawit

Bagaimana cara pengendalian hama ulat api pada kelapa sawit? Akhir-akhir ini serangan hama kelapa sawit khususnya ulat api semakin marak. Hal ini tentu meresahkan para petani sebab serangga ini dapat merusak seluruh tanaman budidaya dan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Ulat api akan memakan habis daun kelapa sawit mulai dari bagian daun yang paling tua hingga daun pupus muda.

cara-membasmi-ulat-api.jpg

Ulat Api

Ulat api adalah larva dari ngengat. Ada cukup banyak ulat api yang menyerang kelapa-kelapa sawit di Indonesia seperti Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trima, Darna diducta, Darna bradleyi, Thosea vestusa, Thosea bisura, Susica pallida, dan Birthamula chara. Masing-masing spesies tersebut mempunyai siklus hidup yang tidak sama. Contohnya ulat api jenis Setothosea asigna hanya dapat hidup selama 42 hari, sedangkan Darna trima mampu bertahan hidup mencapai lebih dari 60 hari.

Semua jenis kelapa sawit rentan terhadap serangan ulat api. Ulat ini dapat menimbulkan kerusakan pada bagian daun tanaman hingga 40-80 persen. Apabila serangan tersebut tidak segera dikendalikan, akibatnya kelapa-kelapa sawit bakal mati karena tidak bisa hidup dengan baik.

Bagaimana cara mengendalikan hama ulat api pada tanaman kelapa sawit? Berikut ini dua macam metode yang dapat digunakan!

Metode Penyemprotan

Untuk mengendalikan ulat api yang berkembang biak di kelapa sawit, anda bisa menyemprotkan insektisida CYPERIN 250 EC memakai alat mist blower. Takaran yang digunakan adalah dosis konsentrasi : 2 ml/1 liter air atau 0,5-1 liter per hektar. Opsi lain anda bisa memakai alat fogging dengan dosis 250 ml Cyperin 250 EC yang dicampur 5 liter solar. Selanjutnya, konsentrasi ini bisa diaplikasikan pada kebun kelapa sawit seluas 1-2 hektar.

Metode Injeksi

Metode injeksi dilakukan dengan menyuntikkan cairan tertentu pada tanaman kelapa sawit. Untuk mengatasi hama ulat api, anda bisa menerapkan metode ini. Yaitu dengan menyuntikkan insektisida CHEPATE 75 SP - Nufarm prod. Adapun dosis yang dipakai sebanyak 15 ml untuk setiap pohon kelapa sawit.

Cara Mengatasi Kumbang Tanduk Pada Kelapa Sawit

Bagaimana cara mengatasi kumbang tanduk pada kelapa sawit? Salah satu hama tanaman yang sangat berbahaya bagi kelapa sawit adalah kumbang tanduk (Oryctes rhinocerus). Biasanya serangga ini menyerang tanaman-tanaman yang masih berusia muda. Akibat terburuknya, kelapa sawit akan mati karena pertumbuhannya terganggu.

cara-mengatasi-hama-tanduk.jpg

Kumbang Tanduk

Ada sejumlah metode yang dapat dilakukan untuk mengendalikan kumbang tanduk. Di antaranya metode secara manual, biologi, kimiawi, dan memanfaatkan feromon. Berikut ini kami uraikan penjelasan selengkapnya :

Pengendalian Secara Manual

Disebut pengendalian secara manual karena metode dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia. Adapun caranya yaitu mengambil kumbang-kumbang tanduk dari lahan kelapa sawit untuk dipindahkan ke tempat lain yang tidak mengganggu proses budidaya. Anda bisa mengumpulkan kumbang tanduk ini memakai alat pengait dari kawat. Bila populasi kumbang tanduk sekitar 3-5 ekor/hektar, lakukan tindakan ini setiap sebulan sekali. Begitu pula jika populasi kumbang tanduk mencapai 5-10 ekor/hektar, anda bisa meningkatkan intensitas pemberantasannya menjadi dua minggu sekali. Namun apabila populasi kumbang tanduk lebih dari 10 ekor/hektar, pengendalian sebaiknya dikerjakan setiap seminggu sekali. Tidak hanya induk kumbang tanduk saja, pengendalian juga mencakup telur dan larva kumbang tersebut.

2. Pengendalian Secara Biologi

Secara biologi, kumbang tanduk dapat diberantas dengan memanfaatkan agensial hayati. Contohnya Metarhizium anisopliae dan Baculovirus oryctes, di mana keduanya merupakan sebangsa jamur. Metarhizium anisopliae sangat ampuh menimbulkan kematian pada larva kumbang tanduk, begitupun dengan Baculovirus oryctes. Cara mengaplikasikannya yaitu campurkan jamur dengan medium jagung, lalu taburkan pada tumpukan tandan kosong dan batang kelapa sawit. Kumbang tanduk yang terkena jebakan ini akan mengalami gejala mumifikasi setelah 2-4 minggu kemudian.

Pengendalian Secara Kimia

Petani kelapa sawit biasanya memilih metode kimia untuk mengendalikan kumbang tanduk di lahan kelapa sawitnya. Selain efektif, metode ini juga dinilai merupakan yang paling praktis. Jenis insektisida yang seringkali digunakan adalah karbofuran sebagai pengganti dari organoklorin. Beberapa jenis insektisida lain yang bisa dipakai untuk mengatasi peningkatan populasi kumbang tanduk antara lain chorphyrifos, lambda venvalerate, sihalothrin, sipermetrin, dan monocrotophos.

Pengendalian Memakai Feromon

Feromon merupakan agregat yang bisa digunakan untuk menarik perhatian kumbang tanduk agar masuk ke perangkap. Untuk penerapannya, kebanyakan petani memilih meletakkan sebuah perangkap feromon ini di setiap satu hektar lahan. Pada dasarnya perangkap ini berbentuk jebakan dengan kantong yang tersembunyi. Kumbang-kumbang yang merasa tertarik akan masuk ke dalam kantong dan tidak dapat keluar lagi. Pengendalian memakai feromon dinilai merupakan metode yang paling efektif sampai saat ini karena mudah dalam penerapannya dan harganya pun murah sekitar Rp50.000 per kemasan.

4 Jenis Penyakit Tanaman Kelapa Sawit yang Terganas

Apa sajakah jenis-jenis penyakit tanaman kelapa sawit yang paling ganas? Membudidayakan kelapa sawit memang menjanjikan keuntungan yang sangat menggiurkan. Namun tanaman-tanaman ini berpotensi mati jika terserang penyakit yang berbahaya dan tidak diatasi sesegera mungkin.

jenis-penyakit-tanaman-kelapa-sawit.jpg

Penyakit Kelapa Sawit

Setidaknya terdapat empat jenis penyakit yang kerapkali menyerang kelapa sawit dan bersifat sangat membahayakan. Di antaranya yaitu penyakit daun menguning, penyakit cincin merah, penyakit layu fusarium, dan penyakit busuk pucuk. Nah berikut ini adalah penjelasan dari kami tentang masing-masing penyakit tersebut selengkapnya :

Penyakit Daun Menguning

Penyakit daun menguning yang menyerang kelapa sawit biasanya disebabkan oleh potyvirus. Penyakit ini ditandai dari layunya daun hingga berubah menjadi kecoklat-coklatan dan mengering. Selanjutnya, tanaman akan menunjukkan gejala klorosis yang berbentuk cincin. Gejala-gejala yang lainnya seperti mosaic stripe yakni belang-belang berkelir hijau dan kuning di beberapa bagian tanaman sawit.

Penyakit Cincin Merah

Penyakit cincin merah atau yang disebut juga red ring disease merupakan penyakit yang sangat berbahaya bagi kelapa sawit. Bagaimana tidak, tanaman yang terjangkiti penyakit ini akan langsung mati hanya dalam beberapa bulan. Tanda-tandanya bisa diketahui pada daun yang tumbuh semakin mengecil. Nampak juga bercak-bercak berwarna kuning sampai jingga di petiol dan daun tombak. Penyakit ini dinamakan cincin merah karena munculnya cincin-cincin berkelir merah di batang tanaman, meskipun tidak selalu. Bintik-bintik hitam yang membentuk pola cincin tersebar di sepanjang batang sawit. Penyakit cincin merah disebabkan oleh Bursaphelenchus cocophilus yang ditularkan melalui kumbang Rhynchophorus.

Penyakit Layu Fusarium

Marchitez disease atau penyakit layu fusarium diakibatkan oleh aktifitas Fusariumoxysporumf sp elaeidis, yakni sejenis patogen viskular. Penyakit ini umumnya menyerang pelepah daun yang masih muda sehingga terlihat menguning dan mengering. Menurut laporan, penyakit layu fusarium ini paling banyak menyerang kelapa-kelapa sawit di Afrika dan Amerika Selatan.

Penyakit Busuk Pucuk

Penyakit busuk pucuk ialah penyakit yang menjangkiti pucuk daun dari kelapa sawit. Apabila terserang, pucuk tanaman akan mengering dan berbau busuk ketika dipotong. Penyakit ini biasanya menyerang tanaman-tanaman yang akan memasuki masa berbuah dan pasca-panen. Penyakit busuk pucuk merupakan penyakit sawit yang sangat berbahaya karena dapat menyebar secara cepat, khususnya bila serangan telah menjangkiti titik tumbuh sawit. Adapun penyebab utama dari penyakit busuk pucuk pada tanaman kelapa sawit ialah Phytophthora palmivora.