Seiring berjalannya waktu, perkebunan kelapa sawit di Indonesia semakin meluas. Saat ini tercatat luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia tidak kurang dari 8,9 juta hektar dan mampu menjadi pemasok utama kebutuhan minyak sawit dunia yang mencapai 30 juta ton. Oleh karena itu, teknik pembudidayaan kelapa sawit yang benar terus dikembangkan guna meningkatkan hasil panen oleh para petani lokal.
Satu dari sekian kendala yang mendera perkebunan kelapa sawit adalah serangan hama. Di antara hama yang biasa menyerang pohon sawit, tikus acapkali menimbulkan dampak negatif yang begitu besar. Tikus sering menyerang bibit kelapa sawit, tanaman belum menghasilkan, tanaman menghasilkan, memakan serangga penyerbuk bunga sawit, dan menyebabkan masuknya padogen sekunder melalui bekas luka.
Pada umumnya, jenis tikus yang menyerang kelapa sawit di antaranya tikus rumah, tikus ladang, tikus wirok, tikus sawah, dan tikus pohon. Perlu diketahui, kemampuan tikus dalam memakan buah kelapa sawit bisa mencapai 6-14 gram/hari. Artinya dalam setahun para petani berisiko kehilangan 328-962 minyak sawit/hektar bilamana terdapat tikus dengan populasi 183-537 ekor/hektar.
Gejala serangan hama tikus ditandai dari adanya bagian tanaman yang berkarat, khususnya pada bagian pangkal batang. Serangan juga bisa terjadi pada bagian umbut yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman tidak normal dan mati. Belum lagi kerusakan pada bagian pelepah menyebabkan tingkat produktifitas kelapa sawit menurut hingga 20 persen setiap tahun.
Tikus juga kerap merusak bunga kelapa sawit, baik bunga jantan maupun bunga betina. Akibatnya tanaman tidak bisa menghasilkan buah sehingga menyebabkan kerugian yang amat besar. Beberapa tikus juga dapat menyerang tandan sawit yang ditandai dari munculnya bercak semacam karatan.
Ada beberapa langkah yang terbukti ampuh menanggulangi hama tikus di lahan kelapa sawit, antara lain :
1. Pengendalian Secara Kultur Teknis
Pada prinsipnya, pengendalian tikus secara kultur teknis dilakukan dengan membuat lingkungan yang dapat mencegah terjadinya kehidupan dan pertumbuhan tikus. Beberapa metode yang umum diterapkan yaitu mengatur pola tanam kelapa sawit, menjadwalkan waktu tanam, membuat jarak tanam, dan lain-lain. Meskipun metode ini tergolong sederhana dan ramah lingkungan, namun beberapa petani mengaku kesulitan menerapkannya pada kelapa sawit mengingat tanaman ini bukanlah tumbuhan semusim.
2. Pengendalian Secara Sanitasi
Metode sanitasi yaitu membersihkan sarang, lubang, dan tempat persembunyian tikus yang ada di area perkebunan kelapa sawit. Proses sanitasi terutama ditujukan pada tumpukan kayu sisa tebangan pohon tua dan gulma yang rimbun. Dalam pelaksanaannya, proses sanitasi kebun sawit pun tidak boleh mengganggu tanaman kacang-kacangan yang sengaja dipelihara.
3. Pengendalian Tikus Secara Mekanis
Pengendalian tikus secara mekanis bertujuan untuk menghilangkan populasi tikus dari perkebunan kelapa sawit dengan metode fisik. Peralatan yang digunakan meliputi perangkap, pelindung, dan penghalang tikus. Jika memungkinkan juga dapat dilakukan perburuan terhadap populasi tikus tersebut.
4. Pengendalian Tikus Secara Biologis
Secara biologis, populasi tikus bisa dikendalikan dengan meningkatkan jumlah populasi musuh alaminya. Di antaranya yaitu burung hantu, kucing, ular sawah, anjing, musang, dan garangan. Berdasarkan penelitian, burung hantu memegang peranan terpenting dalam membasmi tikus secara biologis. Sedangkan patogen yang juga berperan dalam membatasi populasi tikus misalnya protozoa Sarcosystis singaporensis, bakteri Trypanosoma evansi, dan nematoda Nippostrongilus brassiliensis.
5. Pengendalian Tikus Secara Kimiawi
Pengendalian tikus dapat dikerjakan pula secara kimiawi. Caranya yaitu dengan memasang umpan yang telah dibubuhi racun kimia dan menyebarkannya secara acak di seluruh wilayah perkebunan kelapa sawit. Metode-metode yang biasanya diaplikasika yakni menaruh umpan beracun (rodentisida), asap beracun (fumigan), atraktan dan repelen, serta bahan pemandul tikus (kemosterilan).