Melawan Jamur Ganoderma

 Jamur Ganoderma menjadi permasalahan yang dihadapi sektor perkebunan kelapa sawit. Penyakit ini dikenal dengan basal stem rot/ busuk pangkal batang ini bersifat patogenik dan merusak tanaman kelapa sawit yang tentu berdampak pada produksi. Hal ini menyebabkan banyaknya bermunculan


produsen pupuk, perusahaan serta lembaga dari berbagai Negara yang berusaha mengembangkan penelitian terbaru dengan tujuan untuk membasmi keluarga fungi ini. Berbagai carapun dilakukan hingga pada tahapan uji laboratorium dengan hasil yang memuaskan. Namun keadaan lingkungan nyata mudah berubah-ubah dan pada saat di aplikasikan ke lapangan tetapi yang didapat tidak seperti yang diharapkan.

Ibarat kata pepatah “lebih baik mencegah daripada mengobati”, maka berikut ini akan membahas bagaimana mengelola tanaman kelapa sawit dari serangan jamur Ganoderma yang menyebabkan kerusakan pada tanaman serta penurunan produksi tandan buah segar (TBS).

Melakukan Sensus Ganoderma Sejak Dini

Lakukan monitoring lapangan untuk melihat langsung kondisi nyata di kebun. Jika pada pohon terdapat basidiokarp Ganoderma, maka dapat dipastikan bahwa pohon tersebut memasuki stadium 3 & 4 dimana keberadaan pohon sawit sekitarnya juga sudah pasti terserang. Maka dari itu diperlukan sensus untuk melihat tingkat keparahan tanaman.

Hal ini diperlukan untuk pengendalian Ganoderma agar dapat menentukan tingkat keparahan serangan Ganoderma dan stadium penyebaran di areal perkebunan. Diagnosa awal dapat dilihat jika terdapat 3 daun tombak dan adanya basidiokarp Ganoderma pada pangkal batang.

Memusnahkan Sumber Jamur Ganoderma

Pihak perkebunan tidak menyadari bahwa daerah endemik Ganoderma sebenarnya karena inokulumnya telah menyebar dan bertahan di areal kebun, sehingga pada kondisi tanaman sehat pun akan ikut terserang penyakit ini. Sumber jamur ini biasanya berupa sisa-sisa batang land clearing, pohon sawit yang telah mati dan adanya gembala ternak yang memasuki areal perkebunan. Salah satu langkah penting dalam membasmi Ganoderma harus dilakukan pembasmian pada sumbernya terlebih dahulu.

Menghindari Penggunaan Bahan Kimia Berlebihan

Hampir semua kasus yang menjadi penyebab utama infeksi Ganoderma adalah disebabkan oleh kerusakan agroekosistem, dimana musuh alami jamur ini semakin berkurang. Hal ini juga dipengaruhi oleh penggunaan bahan kimia yang berlebihan sehingga menyababkan jamur Ganoderma menjadi lebih kebal. Untuk itu hindari penggunaan bahan kimia agar menekan pertumbuhan Ganoderma.

Perawatan Sesuai Standar Yang Diterapkan

Melakukan perawatan rutin pada tanaman kelapa sawit juga memberi kontribusi penting dalam mencegah GanodermaPruning pelepah kuning, buah busuk, dan bunga busuk kemudian dikumpulkan untuk dicincang dan dimusnahkan serta menggaruk pinggiran merupakan bentuk perawatan yang wajib dilakukan agar menjaga tanaman sawit tetap berada dalam kondisi yang sehat .

Mengaplikasikan Pupuk yang Tepat

Pemberian pupuk secara rutin juga menjadi salah satu hal yang paling penting untuk melawan serangan Ganoderma. Pupuk dengan dosis yang pas dan tepat sasaran membantu pohon menyerap pupuk secara maksimal dan tidak menyebabkan kerusakan pada tanah, serta membantu perkembangan mikroorganisme tanah.  

Mengaplikasikan CHIPS® Sebagai Vaksin Ganoderma

Ganoderma dapat menyerang berbagai tahap pertumbuhan sawit. Dari main nursery, tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman menghasilkan (TM). Namun jika sudah terjadi infeksi yang menyebabkan kerusakan pada tanaman, maka biaya yang harus dikeluarkan untuk mengobati dan mengendalikan pasti akan lebih tinggi. Sehingga pengaplikasian CHIPS® sebagai vaksin Ganoderma merupakan langkah yang sangat tepat dalam menekan laju pertumbuhan Ganoderma yang ada di pohon maupun segala serangan infeksi dari luar areal perkebunan. Hal ini sangat penting dilakukan agar tanaman kelapa sawit tetap pada kondisi terbaiknya dan dapat berproduksi secara maksimal.

Kapan Sawit Tidak Berbuah Lagi?



Kelapa sawit adalah tanaman yang dapat tumbuh dengan baik di daerah tropis. Jenis tanaman palem ini dapat tumbuh dengan sempurna di ketinggian 0-500 m di atas permukaan laut. Daerah tropis mendukung untuk pertumbuhannya karena memiliki curah hujan rata-rata 2000-2500 mm per tahun. Selain itu, lahan yang digunakan harus memenuhi tingkat kelembapan 80 – 90 derajat. Berada pada daerah yang terlalu panas malah akan menurunkan kualitas minyak yang dihasilkan.

Secara umum, kelapa sawit adalah tumbuhan dengan usia rata-rata 20 – 25 tahun. Memasuki tiga tahun pertama, buahnya akan disebut kelapa sawit muda. Disebut muda karena belum bisa menghasilkan buah secara optimal. Pada usia 4 hingga 6 tahun, sawit-sawit ini akan mulai berbuah. Ketika mencapai usia 7-10 tahun buah akan memasuki periode matang.

Sawit dengan kualitas baik akan terus menghasilkan hingga memasuki usia 25 tahun. Hasil maksimal dapat didukung dengan melihat cara perawatan. Mulai dari pemilihan benih unggul yang bersertifikat serta tidak membeli benih yang belum diakui keunggulannya dari tengkulak. Selain itu, faktor lain yang mendukung pohon ini berbuah dengan maksimal ada penggunaan pupuk.. Penggunaan pupuk kimia, selain dapat mencemari lingkungan juga akan mempengaruhi produksi TBS.

Pada pencapaian usia 11 – 20 tahun, sawit-sawit ini akan mengalami penurunan fungsi produksi. Pasalnya, semakin menua, kualitasnya akan menurun. Tetapi, usia bukan merupakan patokan. Ada banyak kendala dan tantangan yang dihadapi suatu perkebunan dalam mengelola dan membudidayakan sawit-sawit ini. Salah satunya adalah serangan hama, penyakit dan jamur. Sawit yang terkena penyakit akan mengalami penurunan kualitas karena secara perlahan penyakit dan virus akan memakan dan membuat sawit ini mati.

Dewasa ini, perkebunan dihadapkan pula pada masalah jamur Ganoderma yang menyebabkan kelapa sawit berakhir pada kematian. Penyakit ini akan menyerang pangkal batang, sehingga disebut sebagai penyakit Busuk Pangkal Batang (BPB). Ketika pohon terserang penyakit ini maka produksi buah akan berkurang. Usianya pun menjadi singkat sampai tidak lebih dari 10 tahun.

Perkebunan sawit yang produktif dan dikelola dengan baik akan terus menghasilkan buah dengan kualitas yang baik pula. Dengan tingkat kematangan buah yang pas, maka minyak mentah yang dihasilkan akan menghasilkan sejumlah kandungan zat yang bermanfaat untuk diolah menjadi berbagai macam kebutuhan manusia. Sawit-sawit tidak akan berbuah jika mengalami pengelolaan yang salah. Pemupukan yang salah, sistem pengairan yang tidak mempertimbangkan kondisi lahan serta cara panen yang salah akan mengurangi produksi.

Untuk terus memelihara jumlah produksi, maka manajemen pada perkebunan harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Memperkerjakan SDM yang bertanggung jawab dan mumpuni serta memperhatikan kelestarian lingkungan akan membawa sawit-sawit ini pada suatu tahap berkelanjutan.

Harga Sawit Wilayah Sumut

 


PENETAPAN HARGA TBS HASIL RAPAT
KELOMPOK KERJA TEKNIS TIM RUMUS HARGA TBS KELAPA SAWIT
PRODUKSI PETANI PLASMA PROVINSI SUMATERA UTARA


Berdasarkan hasil rapat Kelompok Kerja Teknis Tim Rumus Harga TBS Kelapa Sawit Produksi Petani Provinsi Sumatera Utara yang dilaksanakan pada tanggal 24 Maret 2021 bertempat di Aula Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara Jl. Jenderal Besar Dr. Abdul Haris Nasution No, 24 Medan, mengenai harga TBS dan Faktor "K" yang didasarkan pada harga yang diperoleh dari Pusat Pemasaran Kelapa Sawit PT. Perkebunan Nusantara, GAPKI dan harga pasar yaitu:

  1. Rata-rata Harga CPO Lokal dan Ekspor : Rp. 10.304,78 (Tidak termasuk PPN)
    Rata-rata Harga Kernel Lokal : Rp. 7.473,00 (Tidak termasuk PPN)

  2. Faktor K adalah     : 88,71 %

selengkapnya di :

 http://disbun.sumutprov.go.id/harga_komoditi/web/index.php?r=site%2Flaporan-mingguan&id=222

SISTEM PANEN


Standar panen yg digunakan antara satu perusahaan dan perusahaan lain kemungkinan berbeda. Tandan buah matang harus mempuyai sedikitnya 1 brondolan di piringan  sebagai tanda buah tersebut siap di panen Pelepah yang ditunas dipotong dan disusun rapi pada gawangan mati
Rotasi panen di pertahankan pada interval 7-10 hari TBS dan brondolan disusun rapi di TPH (tempat pemungutan hasil) untuk pengangkutan ke pabrik Tangkai buah dipotong dan seluruh kotoran tandan (tbs) di bersihkan sebelum pengangkutan Tingkat ekstraksi minyak >22% dan kandungan ABL Tingkat ekstraksi minyak >22% dan kandungan ABL <2%

PERSIAPAN PEMANENAN
1.      Persiapan Pemanenan
Pelaksanaan panen buah perlu memperhatikan : Kondisi areal, Penyediaan tenaga kerja pemotong buah , pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat alat kerja.
Seksi potong buah harus di susun sedemikian rupa sehingga blok yang akan dipanen setiap hari akan terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar), selain itu juga harus dihindari adanya potongan potongan ancak panen, agar satu seksi selesai pada satu hari.
Semua tenaga kerja panen harus sudah tiba diancak panen sedini dan sepagi mungkin, untuk meningkatkan produktifitas dan out put tenaga kerja pemanen. Pemanen harus menjaga peralatannya dalam keadaan baik, dan tajam.
2.      Pemanen
Pemanen mencari buah yang masak, dan melihat buah yang brondol di tanah. Jika pengambilan buah tidak dapat dilakukan tanpa memotong pelepah yang dibawahnya, maka pelepah ini harus dipotong terlebih dahulu dan dirumpuk,  di ini harus dipotong terlebih dahulu dan dirumpuk di gawangan. Potong buahnya, potong tangkai buah sependek mungkin.
Tunas yang dibuang harus seminimal mungkin dan seperlunya jika mungkin dengan mengikuti aturan dengan ketentuan meninggalkan 2 (dua) pelepah dibawah buah.
Pelepah yang ditunas harus disebar di gawangan, perhatikan untuk tidak menutup pasar pikul, piringan dan parit. Tidak ada buah masak yang tertinggal karena ini akan terlalu masak pada rotasi berikutnya. Ketika memotong pelepah pemanen harus memotong
rapat pada batang. Jangan memanen buah mentah karena akan mengakibatkan  kehilangan minyak dan kernel.  Semua brondolan harus dikutip, termasuk yang masuk ke ketiak pelepah kelapa.
 Usahakan jangan terlalu banyak memindahkan buah hasil pemanenan karena akan mengakibatkan kenaikan FFA. Gagang tangkai buah harus pendek, karena gagang panjang akan mengganggu pengangkutan dan menyerap banyak minyak pada fase proses awal menyerap banyak minyak pada fase proses awal pengolahan. Keluarkan brondolan dari buah buah busuk, atau terlalu masak dan janjang kosongnya jangan di bawa ke pabrik.
 Buah tidak tercampur pasir dan sampah terutama sewaktu mengutip brondolan, karena ini menyebabkan kerusakan pada mesin-mesin pabrik. Usahakan mencegah  keterlambatan pengiriman buah ke pabrik.
Buah diletakkan dengan bagian gagang dibawah, disusun 5 atau 10 baris, untuk memudahkan penghitungan dan pemeriksaan kematangan buah. Jika rotasi panen dapat dipertahankan akan mengurangi pengutipan brondolan.

3.      Kebutuhan Pemanen dan Pembrondol
Pada dasarnya jumlah pemanen dan pembrondol diperhitungkan 1 : 1, pada periode produksi rendah (low crop) jumlah pembrondol bisa lebih sedikit dari jumlah pemanen. Pemanen dan pembrondol agar diupayakan sebagai karyawan (SKU). Kebutuhan
Untuk perencanaan jumlah pemanen pada areal baru yang belum diketahui produktivitas pemanen secara rata-rata, maka dasar perkiraan kebutuhan pemanen dihitung :
Areal datar yang di panen dengan dodos – 0,04 hk/ha. Areal gambut/ bukit yang dipanen dengan dodos – 0,06 hk/ha
TATA LAKSANA PANEN/PRODUKSI
1.      Angka Kerapatan Panen
Manfaatnya : untuk mengatur kebutuhan tenaga pemanen yang menyediakan sarana transport. Pohon contoh: sebanyak 100 pohon per blok (16-25 ha). Diambil dari baris no .5,15,35,45 masing-masing sebanyak 20 pohon. Hitung tandan yang sudah bisa dipanen keesokan harinya, misalnya 24 tandan. Kerapatan panen (KP)= 24/100 = 0,24 atau 1 : 4 artinya dari setiap 4 pohon akan dipanen 1 tandan matang. Bila berat rata-rata 1 tandan = 12 kg. Maka prakiraan panen : 0,24 x 2.240 x 12 kg = 6.451 kg
Bila kapasitas (PN = Prestasi Normal) 1 orang tenaga panen = 800 kg diperlukan 8 orang pemanen. Truk/kendaraan sesuaikan dengan produksi tersebut.
2.      Rotasi Panen
Rotasi adalah: waktu yg di perlukan antara panen terahir dengan panen berikutnya pada tempat yg sama. Perkebunan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7 hari artinya satu areal harus dimasuki oleh pemanen tiap 7 hari Rotari panen di anggap baik bila buah tidak terlalu Rotasi panen di anggap baik bila buah tidak terlalu matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7 artinya dalam satu minggu terdapat 5 hari 2 hari untuk sisa pemeliharaan alat panen dan masing-masing ancak panen diulang 7 hari berikutnya.  Rotasi panen di afdelling/kebun diatur dan disesuaikan dengan hari kerja pabrik yakni sebagai berikut : 6/7 : 6 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin –Sabtu) (biasanya hanya pada waktu musim panen puncak 5/7 : 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin – Jumat)
3.      Kapveld
Kapveld yaitu luas areal panen harian, sebagai Contoh : (Untuk Senin-Kamis @ 170 ha atau 11 blok/hari sedangkan pada hari jumat panen hari pendek hanya 6 blok)
4.      Sistem panen
Untuk memudahkan pelaksanaan panen dan memastikan produktifitas panen yang tinggi mandor menentukan sistem ancak/petak. Satu ancak terdiri dari 2-4 baris tanaman yangg berdekatan tergantung pada kerapatan buah masak . Area panen harus di bagi menjadi 5-/6 bagian tergantung dari berapa hari kerja. Sistem pengancakan terdiri dari 3 sistem yaitu: pengancakan terdiri dari 3 sistem yaitu: · ancak giring murni · ancak giring tetap · ancak tetap
1.      Sistem ancak giring
Pada sistem ancak giring setiap pemanen melaksanakan panen pada ancak panen yang
ditetapkan setiap hari panen oleh mandor panen bagian areal panen selalu berubah di sesuaikan dengan kerapatan panen dan kehadiran tenaga kerja pemanen. Pada sistem ini apabila  suatu ancak  telah selesai  dipanen  pemanen  pindah ke  ancak  berikutnya
ancak berikutnya bersafat tetap dan bersifat tidak tetap sehingga dikenal dengan sistem ancak giring murni (tdk tetap) dan sistem giring tetap. Pada sistem ini pemanen secara bersama-sama  memanen di I blok. Setelah selesai  pindah  ke  blok  lain.     Satu  orang
pemanen memanen tiap 2 baris (1 gawangan ). Kemudian berpindah kebaris yang belum dipanen, dan seterusnya sampai selesai 1 blok dan pindah ke blok lain.
Sistem ancak giring murni cocok untuk areal tanaman (tanaman muda) jumlah pemanen yang cukup banyak per mandor memudahkan transportasi buah dan kemungkinan ancak tertinggal kecil. Kelemahan dari sistem ancak giring murni adalah kurang tanggung
jawabnya pemanen terhadap kondisi ancak karena ancaknya selalu berubah dari waktu ke waktu sulit ancaknya selalu berubah dari waktu ke waktu sulit ditelusuri pemanen manan yang melakukan kesalahan, produkifitas pemanen rendah karena kehilangan waktu akibat pindah dari ancak 1 ke ancak lainnya. Sebagai perbaikan dari ancak giring murni ini di kembangkan sistem ancak giring tetap pada sistem ini pemanen pindah dari ancak 1 ke ancak lainnya dengan ancak yang tetap.
Ancak giring orang tetap : pemanen pertama mengambil gawangan pertama pada perpindahan berikutnya.  Ancak giring orang tidak tetap : gawangan pertama pada perpindahan berikutnya dikerjakan oleh siapa saja/pemanen yang terlebih dahulu selesai. Keuntungan sistem ancak giring : buah dapat segera diangkut ke pabrik dan kontrol oleh mandor lebih mudah. Secara skematis, sistem panen ancak giring dapat terlihat.
2.      Sistem ancak panen tetap
Pada sistem ini pemanen melaksanakan panen pada areal yang sama dikerjakan secara rutin bertanggung jawab menyelesaikan ancak sesuai dengan tanggung jawab yang telah ditentukan setiap hari tanpa ada yang tertinggal apabila pemanen tidak bekerja maka mandor harus mencari pekerja pengganti, sistem ini cocok di terapkan pada areal yg tofografi terbuka / cocok di terapkan pada areal yg tofografi terbuka / curam dan dengan tanam yang berbeda. Pada sistem ini pemanen di beri ancak dengan luasan tertentu dan tidak berpindah-pindah hal tsbt membantu di perolehnya TBS dengan kematangan yang optimal, rendeman minyak yang di hasilkan tinggi namun kelemahan sistem ini buah lebih lambat keluar sehingga lambat pula sampai ke pabrik. Sebagai
contoh Blok A = 16 ha, ada 50 baris dipanen oleh 5 orang. Orang ke I memanen baris 1-10, orang ke II baris ke 11 – 20 dan seterusnya.
3.      Organisasi Panen
Persiapan kebutuhan tenaga Dasar Luasan = Luas areal yang dipanen/kemampuan
pemanen. Pelaksan Ketentuan panen : pemanen diawasi oleh seorang mandor. Tiap mandor panen mengawasi 15-50 pemanen (luasan 50-60). Kebutuhan tenaga kerja
Pada dasarnya jumlah pemanen dan pembrondol yang di perlukan 1:1 pada daerah tertentu pembrondol lebih sedikit. Pemanen dan pembromdol ini hendaknya di perlukan sebagai pegawai tetap perusahaan karena bila di perlukan sebagai buruh tetap harian maka mandor akan sulit mendapatkan pemanen yang terampil dalam jumlah yang  sesuai untuk pemanen suatu luasan areal tertentu, sehingga tandan yang tidak dapat terpanen pada waktu yang tepat akan tidak dapat terpanen pada waktu yang tepat akn
menurun kualitasnya. Dalam menentukan kebutuhan tenaga kerja pemanen dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain : topografi, jenis alat angkut yg di gunakan, umur pekerja, norma kerja, sistem panen dan faktor lainnya.
Peralatan panen
Untuk peralatan panen kelapa sawit menggunakan alat sbb :
  1. Berumur < 7thn
  • Dodos dg lebar 10-12,5 cm
  • Kantong/ piring untuk pengutipan brondolan
  • Kapak kecil atau parang untuk memotong tangkai
TBS dan batu asah
  • Kereta dorong (lori)/ alat pikul/angkong
  • Jaring panen
  1. Berumur > 7 thn
  • Egrek
  • Kapak kecil dan batu asah
  • Kereta dorong (lori)/ alat pikul
  • Jaring panen
4.      Cara Panen
  • Pelepah yang menyangga (songgo) buah matang dipotong
  • Tandan matang dipotong tangkainya
  • Brondolan yang ada diketiak pelepah diambil/dikorek
  • Tandan dibawa ke jalan pikul, brondolan di piringan dikumpulkan
  • Pelepah disusun digawangan mati dan dipotong menjadi 3 bagian.
  • Setelah selesai pindah ke pohon berikutnya.
5.      Pengumpulan ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)
  • Buah diangkut dengan goni/pikulan atau kereta sorong ke TPH setelah selesai memanen 2 jam
  • TPH 1:6, 1 TPH tiap 6 gawangan
  • Tangkai tandan dipotong mepet atau berbentuk huruf V (cangkem/mulut kodok)
  • Tandan disusun tiap 10 tandan (tandan kecil) atau 5 (bila tandan besar)
  • Nomor pemanen ditulis pada tangkai tandan
6.      Prestasi Panen
Kapasitas Panen/Basis Tugas/Prestasi Normal : Jumlah kg tandan yang harus  diselesaikan dalam 1 hari kerja oleh tiap-tiap pemanen Basis Borong/Basis Premi : Jumlah kg TBS dalam basis tugas yang tidak dapat preminya/hanya upah standar
Besarnya kapasitas panen dan basis borong ditentukan oleh umur tanaman, keadaan buah (kerapatan panen), topografi areal, semakin sulit pelaksanaan panen basis borongnya diturunkan.
Contoh basis borong (BB)
Keterangan : pada umur 3-4 tahun dengan produksi 8 ton TBS/ha/thn dan berat rata-rata tandan 4 kg per pemanen harus memanen 250/4 = 62 tandan tiap hari untuk mencapai nilai minimum/basis borong. Untuk hasil panen yang lebih dari 62 tandan maka terhadap kelebihannya diberikan premi

Waktu yang harus berhenti melakukan Pemupukan

Kapan kah waktu harus berhenti melakukan pemupukan?

1. Bila 20 hari secara berturut turut tidak ada hujan ( terlalu kering )
2. Jumlah hari hujan lebih dari 20 hari/ bulan (terlalu basah/ banyak hujan)
3. Intensitas harian lebih dari 30 mm/ hari ( kelebihan hujan)
4. Tanah Jenuh air tergenang

# SumberPPKS


Inilah Standar Kematangan Buah Kelapa Sawit

Tingkat kematangan buah kelapa sawit mempunyai standar-standar tertentu. Hal ini harus diperhatikan dengan benar mengingat kuantitas dan kualitas CPO (Crude Palm Oil) sangat dipengaruhi oleh kematangan buah sebagai bahan bakunya. Oleh sebab itu, proses pemanenan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit harus menghasilkan TBS pada kematangan yang optimal. Sebaliknya buah mentah yang ikut terbawa dalam pemanenan ini cenderung akan merusak mutu CPO. Begitu pula jika buah sawit yang dipanen terlalu matang, maka bakal menghasilkan CPO yang mempunyai kandungan asam lemak bebas yang tinggi.
Setelah proses pemanenan selesai dilakukan, selanjutnya adalah mengangkut TBS kelapa sawit yang terkumpul ke PKS (Pabrik Kelapa Sawit). Alat angkut yang biasa digunakan yaitu truk dan lori. Sesampainya tiba di PKS, buah-buah sawit ini akan dipilah berdasarkan tingkat kematangannya.
standar-kematangan-buah-sawit.jpg
Di bawah ini pedoman standar kematangan buah kelapa sawit yang bisa Anda gunakan :

1. Buah Immature
Buah immature merupakan buah kelapa sawit yang masih keras dan berwarna hitam. Ciri utama dari buah ini yaitu berondolannya masih utuh dan tidak ada yang terlepas. Sebaiknya buah ini disingkirkan karena hanya mengandung minyak yang sedikit sekali.

2. Buah Mentah (Unripe Bunch)
Pada umumnya, suatu buah sawit bisa dikatakan masih mentah apabila berondolan yang sudah terlepas dari tangkai kurang dari 10 buah. Namun ketentuan ini kembali lagi tergantung pada standarisasi masing-masing PKS. Sedangkan untuk 10 buah sawit yang telah terjatuh dari tangkainya tadi bisa dikategorikan sebagai buah matang.

3. Buah Mengkal (Under Ripe Bunch)
Buah mengkal adalah buah yang hampir matang alias belum matang sempurna. Buah ini biasanya ditandai dari berondolan yang terpisah kurang dari 25 buah. Tetapi sekali lagi standar ini tergantung peraturan dari pihak PKS.

4. Buah Matang (Ripe Bunch)
Kriteria buah yang paling layak dipanen ialah buah yang sudah benar-benar masak. Ciri-ciri buah yang telah matang yakni terdapat sedikitnya 25 buah berondolan yang terlepas dari janjangannya. Pun sama, standar ini juga sebaiknya disesuaikan lagi dengan ketetapan dari pabrik kelapa sawit.

5. Buah Lewat Masak (Over Ripe Bunch)
Apabila berondolan yang terlepas sudah mencapai lebih dari 50% dan atau masih ada sisa berondolan sebanyak 10% maka buah tersebut bisa disebut sebagai buah lewat masak. Tanda lainnya dari buah yang telah lewat masak seperti masih ada buah sawit di janjang kosong, jumlah buah sawit yang tertinggal sedikit, dan tandan kelapa sawit tidak tampak seperti baru dipanen.

6. Buah Busuk (Rotten Bunch)
Buah busuk ditandai dari sebagian atau seluruh janjangannya telah lembek , warnanya menghitam, dan berjamur. Disarankan untuk tidak turut mengolah buah sawit yang busuk ini karena dapat merusak kualitas CPO serta mengakibatkan kandungan minyaknya turun drastis. Hal tersebut disebabkan buah ini sudah mengalami memar dan proses oksidasi.

Daftar Fraksi Panen Buah Kelapa Sawit

Apa sih fraksi panen kelapa sawit itu? Mengapa kita harus mempelajarinya? Apakah kegunaan dari pembagian buah kelapa sawit menjadi beberapa fraksi ini? Mari kita pelajari semua hal tersebut secara bersama-sama!
fraksi-buah-kelapa-sawit.jpg
Salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan waktu pemanenan TBS (Tandan Buah Segar) yaitu fraksi panen buah kelapa sawit. Ini merupakan pengelompokkan mutu berdasarkan tingkat kematangan buah kelapa sawit. Penggolongan fraksi buah kelapa sawit tersebut digunakan dalam ketetapan atau penentuan kriteria panen kelapa sawit yang tepat.
Berikut ini daftar fraksi buah kelapa sawit dari KLPSWT :

  • Fraksi 00 adalah golongan buah kelapa sawit yang masih mentah. Ciri-cirinya yaitu tidak ada buah yang terlepas dari TBS
  • Fraksi 0 adalah golongan buah kelapa sawit yang hampir matang. Tandanya yaitu ada sekitar 2-5 persen buah sawit yang membrondol, namun jumlahnya kurang dari 1/2 brondolan per 1 kg TBS
  • Fraksi 1 adalah golongan buah kelapa sawit yang mentah matang. Di fraksi ini, terdapat 5-25 persen buah sawit yang telah membrondol alias 1 persen brondolan dari 1 kg TBS
  • Fraksi 2 adalah golongan buah kelapa sawit yang kurang matang. Di mana 25-50 persen buah sawit tersebut sudah membrondol atau perbandingannya 2 persen brondolan dari 1 kg TBS
  • Fraksi 3 adalah golongan buah kelapa sawit yang matang. Tingkat kematangan brondolannya berkisar antara 50-75 persen, 3% brondolan/1 kg TBS
  • Fraksi 4 adalah golongan buah kelapa sawit yang lewat matang. Telah ada lebih dari 75 persen buah luar dan buah dalam yang membrondol, sekitar 45 brondolan tiap 1 kg TBS
  • Fraksi 5 adalah golongan buah kelapa sawit yang terlalu matang. Semuah buah luarnya sudah membrondol serta hampir seluruh buah dalamnya juga telah membrondol.

Pengetahuan akan fraksi buah kelapa sawit berfungsi untuk memperkirakan hasil panen TBS. Tidak hanya kuantitas saja, tetapi kualitas minyak kelapa sawit yang akan diperoleh pun bisa diketahui. Idealnya, proses pemanenan TBS dilakukan sebelum fraksi 5 atau buah tidak terlalu matang. Apabila pemetikan TBS dilaksanakan pada saat buah sawit sudah terlau matang maka akan menimbulkan kerugian-kerugian seperti :

  1. Pemborosan biaya untuk menyediakan tenaga yang bertugas mengumpulkan buah yang cukup banyak berjatuhan
  2. Risiko buah terserang hama dan penyakit lebih besar
  3. Kualitas minyaknya rendah karena mengandung ALB (Asam Lemak Bebas) sebagai akibat proses oksidasi dan hidrolis

Di sisi lain, proses pemanenan TBS yang dilakukan pada buah sawit mentah juga tidak bagus. Sebab buah yang masih berfraksi rendah ini mempunyai rendemen kelapa sawit yang juga masih terlalu rendah. Akibatnya, TBS mentah akan menghasilkan minyak yang sedikit dengan risiko kehilangan minyak yang tinggi.

Lantas kapankah waktu pemanenan kelapa sawit yang paling tepat? Waktu yang paling pas untuk memetik TBS yaitu pada saat buah kelapa sawit berada di dalam fraksi 2 dan fraksi 3. Pada fraksi 2, TBS kelapa sawit memiliki rendemen 23,21% dengan kandungan ALB 2,30%. Sedangkan TBS kelapa sawit yang ada di fraksi 3 mempunyai rendemen 23,86% dan kandungan ALB 2,71%.

5 Tugas Utama Mandor Perkebunan Kelapa Sawit

Apakah tugas-tugas dari mandor perkebunan kelapa sawit? Setiap perkebunan kelapa sawit selalu dikelola oleh beberapa pekerja yang memiliki tugas dan kewenangan tertentu. Salah satunya yaitu mandor yang merupakan pemegang kunci utama dalam menetukan keberhasilan pekerjaan di lapangan.
Adapun tugas dan tanggung jawab seorang mandor yang utama, antara lain :

  1. Menjalankan fungsi kontrol terhadap area perkebunan dengan luas yang berukuran 50-100 hektar
  2. Membantu asisten lapangan untuk mengontrol pekerjaan BHL (Buruh Harian Lepas)
  3. Membantu asisten lapangan membuat laporan data pemupukan
  4. Membantu asisten lapangan dalam melaporakan hasil panen buah kelapa sawit
  5. Menbuat laporan hasil pekerjaan harian yang tertuang dalam bentuk administrasi

tugas-mandor-kelapa-sawit.jpg
Tahukah Anda, terdapat 3 (tiga) jenis mandor yang ada di perkebunan kelapa sawit, yaitu :

  1. Mandor Alat : Mandor yang bertugas mengontrol peralatan perkebunan.
  2. Mandor Perawatan : Mandor yang bertugas mengontrol perawatan tanaman kelapa sawit
  3. Mandor Panen : Mandor yang bertugas mengontrol proses pemanenan TBS (Tandan Buah Segar) sawit.

Ketiga fungsi mandor di atas tidak harus dikerjakan oleh orang yang berbeda-beda. Namun jika memungkinkan seseorang yang sudah mempunyai kecakapan yang bagus dalam bidang permandoran bisa mengambil peran ketiganya sekaligus. Tujuannya agar jalannya pengelolaan lahan kelapa sawit menjadi lebih efektif dan efisien.

Karena peran serta seorang mandor yang teramat penting bagi perusahaan kelapa sawit dalam rangka mencapai target yang sudah ditentukan, maka alangkah baiknya bila mandor yang dipilih tersebut memiliki sikap-sikap yang dapat diteladani. Di antaranya yakni sanggup menjadi contoh yang baik, selalu berpenampilan rapi, dan mempunyai wibawa yang tinggi. Selain itu, seorang mandor perkebunan kelapa sawit yang bagus juga dituntut untuk memiliki kecakapan-kecakapan seperti :

  • Mampu mengatasi permasalahan yang timbul di lapangan dengan tuntas, terutama masalah yang tidak berkaitan dengan anggaran dan biaya.
  • Mampu melakukan analisa yang jitu dalam menilai dan menyelesaikan suatu masalah.
  • Mampu memahami tugas dan tanggung jawabnya serta melaksanakannya sesuai instruksi dari kepala divisi.
  • Mampu mengerjakan fungsi pengaturan tenaga kerja dengan tepat.

15 Tugas Pokok Manager Pabrik Kelapa Sawit

Apakah tugas-tugas seorang manager di pabrik kelapa sawit? Di dalam pekerjaan pabrik, salah satu peran yang memegang tugas yang penting sekali adalah pengatur. Peran untuk mengatur dan mengontrol jalannya proses di pabrik ini biasanya dimiliki penuh oleh manager. Manager adalah perangkat/level yang mengatur proses pekerjaan di pabrik. Mereka akan mengatur bagaimana aktivitas perkerja-perkerja di dalam pabrik agar lebih efektif dan efisien.
Dalam pekerjaannya, manager tidak harus selalu bersentuhan langsung dengan para pekerja, melainkan juga bisa melalui perantara mandor pabrik kelapa sawit. Oleh karena itu, pengaturan ini harus dilakukan secara profesional yaitu dengan memposisikan diri sesuai tugas dan tanggungjawabnya masing-masing. Misalnya, seorang manager harus menempatkan diri dengan posisi mengatur, mengontrol, dan mengarahkan langkah kerja, sedangkan seorang pekerja pabrik merupakan orang yang melaksanakan pekerjaan.
Dengan berlangsungnya sistem pengaturan yang baik oleh manager, maka manfaat-manfaat yang bisa dipetik antara lain :

  • Terjaganya kualitas pekerjaan sesuai dengan SOP (Standar Operasional Prosedur)
  • Semakin meningkatnya tingkat produktifitas pekerja pabrik
  • Terkontrolnya biaya pekerjaan sesuai standar anggaran yang telah ditentukan
  • Terjalinnya hubungan yang harmonis antara perusahaan dan pekerja

tugas-manager-pabrik-sawit.jpg
Lantas, apa sajakah tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh seorang manager pabrik kelapa sawit? Berikut ini 15 tugas pokoknya!

  1. Mengawasi dan merencanakan pekerjaan seluruh operasional pabrik kelapa sawit supaya berlangsung efektif dan efisien.
  2. Menilik pengembangan pabrik demi peningkatan daya produktifitasnya sehingga produktifitas unit perusahaan pun turut meningkat.
  3. Mencapai target produksi sesuai dengan standar perusahaan.
  4. Menuntut dan menilik seluruh aspek produksi yang ada di pabrik melalui semua tenaga kerja yang berada di bawah naungannya.
  5. Menyusun biaya operasional, baik bulanan maupun tahunan.
  6. Mengorganisir pekerjaan seluruh kegiatan agar bisa terselenggara secara sinergis, seksama, dan berhasil guna.
  7. Membina hubungan kerjasama yang baik dengan pihak-pihak eksternal.
  8. Merencanakan pola kegiatan operasional pabrik termasuk upaya pencegahan kecelakaan, kesehatan, keselamatan, dan dampak lingkungan.
  9. Mengusahakan tercapainya sasaran pengolahan kelapa sawit dengan memperhatikan mutu, efisiensi, hasil analisa laboratorium, hasil pengolahan air, hasil pengolahan limbah, dan biaya produksi.
  10. Membina kerjasama dengan bagian perawatan di lingkungan pabrik guna mendukung kelancaran proses produksi dan memperhatikan kualitas hasil produksi.
  11. Merencanakan jadwal pengolahan sesuai dengan estimasi buah yang akan diterima dari kebun.
  12. Melaksanakan pembinaan karyawan melalui pelatihan di tempat lokasi kerja dan tempat latihan khusus.
  13. Merencanakan jumlah penggunaan tenaga kerja yang dibutuhkan dalam proses produksi minyak kelapa sawit.
  14. Melakukan koordinasi dengan petugas perkebunan terutama mengenai pemanfaatan limbah pabrik, pemeriksaan mutu buah di loading ramp, dan penggunaan alat berat di dalam pabrik.
  15. Melakukan pemeriksaan terhadap mesin-mesin pengolahan di PKS secara rutin dan teratur.

Secuil Proses Persiapan Panen Kelapa Sawit

Bagaimana proses persiapan panen kelapa sawit dilaksanakan? Waktu panen adalah saat yang paling ditunggu-tunggu selama kita membudidayakan tanaman kelapa sawit. Pada masa ini, penanganannya harus dilakukan dengan benar serta menekan kesalahan panen semaksimal mungkin. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk mempersiapkan panen tersebut agar semuanya bisa berjalan dengan baik dan lancar.
persiapanan-panen-kelapa-sawit.jpg
Ada beberapa pekerjaan yang harus dilakukan dalam menyiapkan proses pemanenan kelapa sawit. Di antaranya yaitu penetapan seksi panen, penetapan luas hancak kerja kemandoran, penetapan luas hancak kerja pemanen, dan penyediaan alat penen. Selanjutnya penetapan luas hancak ini akan berpengaruh pada penetapan kebutuhan tenaga kerja dan ala-alat panen.
Sebelum proses pemanenan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit dimulai, para pekerja juga perlu melakukan kegiatan pemotongan TBS yang tidak layak setiap hari. Begitu pula dengan mandor panen yang juga harus melakukan persiapan-persiapan awal seperti mengabsen tenaga pemanen, mengecek kelengkapan peralatan, dan menyiapkan media transportasi untuk keperluan pengangkutan. Yang tidak kalah penting adalah penyesuaian antara kebutuhan tenaga kerja dan taksasi panen harian dalam rangka memaksimalkan penggunaan sumber daya yang tersedia.

Seksi Panen
Seksi panen merupakan pengelompokkan area panen menjadi blok-blok tertentu sebagai area kerja. Nantinya area kerja yang berisi tanaman-tanaman kelapa sawit yang menghasilkan tersebut harus diselesaikan oleh tenaga pemanen setiap hari. Di dalam setiap afdeling biasanya terdapat enam seksi panen yang penetapannya dilakukan berdasarkan rumus-rumus berikut ini :

  • Luas area produksi per seksi per rotasi panen (ha/seksi/rotasi)
  • Luas awal rata-rata per seksi : luas satu afdeling per enam seksi = a (ha)
  • Luas rata-rata per 5 jam kerja : (5 jam/7 jam) x a (ha) = b (ha)
  • Koefisien panambah luas are : ((a-b)/6) = c (ha)
  • Luas rata-rata seksi panen hari biasa : a (ha) + c (ha) = d (ha)
  • Luas rata-rata seksi panen hari Jumat : b (ha) + c (ha) = e (ha)

Semoga bermanfaat!

Penanganan Pasca Panen Kelapa Sawit

Apa saja pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan dalam penanganan pasca panen kelapa sawit? Kelapa sawit adalah tanaman yang termasuk keluarga Arecaceae dan merupakan sumber minyak nabati yang penting. Oleh karena itu, tidak sedikit para petani yang memilih membudidaykan tumbuhan bernama latin Elaeis guineensis Jacq ini. Bahkan Indonesia sendiri tercatat sebagai negara penghasil kelapa sawit terbesar di dunia karena mampu memproduksi lebih dari 31 juta ton per tahun.

Pohon kelapa sawit mulai menghasilkan bunga pada saat umurnya telah mencapai 2-3 tahun. Dalam kurun waktu 5-6 bulan sejak proses penyerbukan, bunga sawit tersebut bakal berkembang menjadi buah matang yang ditandai dari warna kulitnya merah kejinggaan. Buah yang terlalu matang secara otomatis akan terjatuh dari tangkainya. Peristiwa ini dinamakan membrondol. Pemanenan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit biasanya didasarkan pada kriteria seberapa banyak buah yang membrondol.
pasca-panen-kelapa-sawit.jpg
Setelah pemanenan TBS dilaksanakan, proses berikutnya adalah mengangkut buah-buah kelapa sawit ini ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil) dan PKS (Pabrik Kelapa Sawit) serta mengolahnya menjadi minyak kelapa sawit.

Pengangkutan TBS ke TPH dan PKS
Pada dasarnya, proses pengangkutan dilakukan dengan memindahkan TBS kelapa sawit dari lahan ke TPH untuk diperiksa dan dipilah-pilih. Kemudian TBS tersebut kembali diangkut menuju ke PKS untuk memasuki tahap pengolahan menjadi minyak sawit. Alat transportasi yang biasa digunakan untuk mengangkut TBS tersebut bisa berupa truk maupun lori.
Pertama, penyortiran dilakukan dengan memisah-misahkan antara buah yang masih terpasang di tandannya dan buah yang sudah terlepas. Kedua, hasil penyortiran tadi kemudian dikirimkan ke TPH untuk dikelompokkan masing-masing 5-10 TBS per baris. Ketiga, TBS tersebut harus segera diangkut ke PKS dan diolah maksimal dalam waktu 8 jam setelah dipetik untuk mencegah terbentuknya asam lemak bebas/free fat acid (ffa) dalam kadar yang cukup tinggi. Di pabrik, TBS ini akan diproses sedemikian rupa hingga berubah wujud menjadi minyak kelapa sawit yang siap pakai.

Pengolahan TBS Menjadi Minyak Sawit
Pengolahan TBS kelapa sawit yang telah dipanen paling lambat dikerjakan dalam waktu 8 jam setelah pemetikan. Semakin lama TBS tersebut disimpan, semakin banyak pula kandungan asam lemak bebas di dalamnya sehingga kualitasnya pun bakal menurun. Proses pengolahan sepenuhnya dilakukan di dalam pabrik dan diawasi oleh beberapa mandor pabrik dan diatur oleh seorang manager pabrik kelapa sawit. Tahap-tahapnya meliputi perebusan TBS, perontokkan buah, pelumatan buah, pengempaan minyak, dan pemurnian minyak.

Mula-mula TBS kelapa sawit yang telah diterima akan segera dipindahkan ke sterilizer untuk direbus selama 50-60 menit menggunakan air bertekanan 2,5-3 atm dan suhu 130 °C. Proses berikutnya, buah sawit dipisahkan dari tandannya dengan memakai bantuan mesin thresher. Buah-buah sawit selanjutnya dibawa ke mesin pelumatan, sedangkan tandan kosongnya dimanfaatkan sebagai bahan bakar atau pupuk kompos.

Pada tahap pelumatan, buah-buah kelapa sawit dipotong dan dicacah menggunakan mesin steam jacket bersuhu 85-90 °C yang dilengkapi pisau berputar. Kemudian hasil pelumatan ini akan melewati proses pengempaan untuk mengeluarkan minyak sawit. Pengerjaan tahap ini dilakukan dengan menekan dan memeras pulp sedemikian rupa memanfaatkan temperatur 95 °C. Metode ekstraksi minyak kelapa sawit lainnya yaitu dengan sentrifugasi, bahan pelarut, dan tekanan hidrolis.
Minyak kelapa sawit yang diperoleh dari rangkaian proses di atas umumnya masih dalam kondisi yang kotor dan mengandung 40-45% air. Maka dari itu, minyak tersebut harus melalui tahapan pemurnian terlebih dahulu sehingga mutunya bagus. Agar lebih lengkap dan detail, proses pemurnian minyak kelapa sawit ini akan kami uraikan secara rinci pada artikel mendatang. Ditunggu saja ya!

Cara Mengetahui Kecambah Sawit yang Palsu

Bagaimana cara mengetahui kecambah sawit yang palsu? Seiring dengan semakin pesatnya pertumbuhan industri kelapa sawit di dalam negeri, kebutuhan akan kecambah sawit sebagai benih tanaman pun kian bertambah. Oleh karena itu diperlukan upaya untuk menyediakan bibit sawit yang berkualitas unggul dalam jumlah yang besar.

Meningkatnya usaha pembudidayaan kelapa sawit khususnya di Indonesia juga dipicu oleh permintaan akan CPO (Crude Palm Oil) yang bertambah pesat, baik di pasar lokal maupun pasar global. Salah satu faktor yang mendorong peningkatan pasar ini adalah meluasnya penggunaan CPO untuk berbagai kebutuhan industri. Bahkan dalam beberapa kurun waktu terakhir ini, minyak sawit banyak dimanfaatkan dalam pembuatan biofuel, subtitusi, dan komplemen minyak diesel.
Tetapi sayangnya peningkatan kebutuhan akan bibit ini tidak diimbangi dengan ketersediaan kecambah kelapa sawit di dalam negeri. Kondisi tersebut lantas mendorong pemerintah untuk mengimpor benih sawit dari luar negeri seperti Malaysia, Papua Nugini, dan Kostarika. Masalah muncul ketika terdapat oknum yang ingin mencari untung sebanyak-banyaknya dengan memproduksi kecambah sawit secara asal-asalan tanpa memperhatikan kaedah yang benar. Alhasil, kecambah yang dihasilkan memiliki kualitas yang tak terkontrol dan jenisnya pun tidak dapat diketahui.
mengetahui-kecambah-sawit-asli.jpg
Kecambah kelapa sawit asli adalah kecambah yang dbuat melalui proses hibridasi menggunakan sumber benih yang sesuai dengan ketentuan. Sedangkan kecambah kelapa sawit palsu ialah kecambah yang diproduksi secara sembarangan tanpa memperhatikan ketentuan yang berlaku. Walaupun harganya cenderung lebih murah, pemakaian kecambah palsu yang mempunyai mutu tidak jelas ini akan mengakibatkan masa pertanaman lebih lambat, tingkat produktifitasnya rendah, dan proses pengolahannya tidak efesien. Jadi kesimpulannya penggunaan benih palsu pada akhirnya juga akan mengurangi pendapatan karena kualitasnya tidak jelas.
Lantas, bagaimana sih caranya untuk mengetahui kecambah kelapa sawit yang palsu? Berikut ini ciri-ciri benih palsu yang harus Anda perhatikan, antara lain :

  1. Tingkat ketebalan tempurungnya lebih tipis sebab diambil langsung dari kebun
  2. Tekstur permukaan biji akan terasa lebih kasar dan tampak kotor
  3. Prosentasi tingkat kematian kecambah juga lebih tinggi

Selain daripada karakteristik di atas, kecambah kelapa sawit yang palsu bisa dideteksi pula setelah benih tersebut tumbuh menjadi tanaman kelapa sawit. Di antaranya pertumbuhan tanaman terlihat kurang normal, pertumbuhannya pun tidak seragam, dan tingkat produktifitasnya rendah sekali. Buah kelapa sawit yang dihasilkan oleh kecambah palsu juga mempunyai tingkat rendemen minyak yang cukup rendah.