Bibit adalah salah satu factor penentu keberhasilan
dalam usaha perkebunan kelapa sawit. Bibit yang baik hanya akan diperoleh jika
penggunaan benih unggul dari sumber yang resmi ditangani dengan baik sesuai
dengan standar pembibitan kelapa sawit. Dahulunya pembibitan kelapa sawit
dilakukan dengan cara menanam lansung ditanah pada areal pembibitan (field
nursery), namun cara ini memiliki banyak kelemahan diataranya masalah
persaingan bibit dengan gulma, banyaknya pupuk yang hilang akibat tercuci, dan
banyak lagi kelemahan lainnya. Dewasa ini pembibitan kelapa sawit telah banyak
mengalami kemajuan yang sangat berarti.
Pada saat ini dikenal 2(dua) system pembibitan kelapa sawit, yaitu 1. Pembibitan satu tahap(single stage) dan 2. Pembibitan dua tahap ( double stage). Pada pembibitan satu tahap benih ditanam langsung di polibeg besar. Pada pembibitan dua tahap benih ditanam di polibeg kecil selama 3 bulan atau disebut dengan istilah pembibitan awal (pre Nursery), kemudian bibit dipindah ke polibeg besar atau disebut dengan istilah pembibitan utama (Main Nursery). Sistem pembibitan double stage merupakan pembibitan yang banyak dilakukan oleh para pekebun kelapa sawit saat ini.
Sebelum
melakukan pembibitan sebaiknya dilakukan beberapa persiapan, diantaranya
penyiapan lokasi pembibitan, administrasi pembibitan, dan pembangunan
insfrastruktur sebagai daya dukung pembibitan.
Pemilihan lokasi pembibitan menjadi salah satu hal
terpenting untuk kemudahan dalam pelaksanaan pembibitan. Pemilihan lokasi
pembibitan secara umum harus memenuhi beberapa criteria sebagai berikut :
- Areal pembibitan diusahakan merupakan areal yang rata (datar) tidak tergenang atau banjir saat musim hujan.
- Lokasi pembibitan harus dekat dengan sumber air (sungai) sehingga bibit dapat memperoleh air selama dipembibitan.
- Diusahakan lokasi pembibitan tidak jauh dari rencana areal penanaman, hal ini selain untuk meminimalkan biaya pengangkutan, juga untuk memperkecil resiko kerusakan bibit akibat pengangkutan.
- Lokasi pembibitan mudah dijangkau sehingga mudah melakukan pengawasan.
- Dan lokasi pembibitan harus bebas dari gangguan ternak, dan hama penyakit tanaman kelapa sawit, terutama penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma sp ).
Selain
pemilihan lokasi yang tepat, pembangunan infrstukrut seperti tangki air,
pemasangan pipa air serta penyebarannya yang tepat juga menjadi factor penting
dalam kegiatan pembibitan tanaman kelapa sawit.
PERSIAPAN
PEMBIBITAN AWAL
Pemilihan polibeg
Secara umum ukuran standar polibeg yang digunakan
pada pembibitan tahap awal (Pre Nursery) adalah : lebar 150 cm, tinggi 22 cm,
dan tebal kira-kira 0,1 mm. selain itu
sebaiknya dipilih polibeg berwarna hitam agar perakaran dapat berkembang secara
optimal.
Pengisian Polibeg
Untuk mengisi polibeg sebaiknya dipilih tanah yang
gembur (biasanya giunakan top soil) yang tentu saja bebas dari bibit penyakit.
Sebelum diisi tanah sebaiknya polibeg dibalik (bagian dalam menjadi bagian
luas) agar polibeg dapat berdiri tegak setelah diisi tanah.
Pembuatan Bedengan
Bedengan dibuat dengan ukuran 1,2 m x 8 m dibatasi
degan kayu atau papak kecil sebagai penampang agar susunan polibeg tegak. Agar
air penyiraman tidak menggenang dibedengan maka biasanya permukaan bedengan
dibuat lebih tinggi dari permukaan tanah
di sekitarnya. Sebelum penyusunan polibeg di bedengan sebaiknya dilakukan
penyemprotan insektisida/ nematisida agar bendengan menjadi stril dari hama
penyakit.
Pembuatan naungan bibitan
Naungan pada pembibitan awal ( pre Nursery) sangat
diperlukan untuk mengatur masuknya cahaya matahari sesuai dengan kebutuhan
tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan baik. Naungan dibuat dengan
ketinggian + 2,5 meter dengan lebar umumnya disesuaikan dengan banyaknya
bedengan yang dinaungi (umumnya 2-3 bedengan). Atap naungan dapat dibuat dari
kelapa sawit atau daun alang-alang yang diikat sedemikian rupa, sementara tiang
naungan dapat dibuat dari kayu atau bamboo. Agar sinar matahari cukup bagi
tanaman maka perlu dilakukan pengurangan naungan sejalan dengan pertambahan
umur bibit. Untuk itu setelah bibit berumur 2,5 bulan, dilakukan pengurangan
naungan sebanyak 1 pelepah setiap 2 minggu.
Penanganan Bibit Kembar
Pemanfaatan bibit kembar (multi embrio) sangat
penting, karena dapat menghemat biaya yang cukup besar. Berdasarkan hasil
mengamatan yang dilakukan dapat dikatan bahwa secara umum pertumbuhan bibit
hasil pemisahan bibit kembar mempunyai pertumbuhan yang lebih kecil daripada
benih tunggal. Secara genetis bibit yang berasal dari benih multi embrio dapat
dipergunakan sebagai bahan tanaman jika factor lainnya, terutama keragaan
pertumbuhannya secara fenotipe, dapat memenuhi syarat untuk ditanam.
Pertumbuhan bibit asal benih multiembrio mempunyai
keragaan lebih kecil di PN dibandingkan bibit yang berasal dari embrio tunggal
karena terkait dengan persediaan cadangan makanan untuk pertumbuhannya.
Pertumbuhan bibit ini juga lebih lambat ketika di MN karena adanya factor
stagnasi ketika pindah dari PN ke MN.
Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit asal benih multi
embrio dilakukan pemupukan extra, untuk pembibita awal dosis pupuk yang
dianjurkan adalah pembrian pupuk urea atau pupuk majemuk dengan konsentrasi
masing-masing 0,1 – 0,2% dan 0,15 – 0,30% dengan waktu aplikasi sekali setiap
minggu.
Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan petani
dalam menangani benih multi embrio adalah tidak melakukan pemisahan terhadap
bibit yang berasal dari multi embrio hingga ditanam di lapangan atau membuang
salah satu bibit yang berasal dari benih multi embrio.