Prinsip Dasar Dalam Mengelola Perkebunan Kelapa Sawit

Sebagai pimpinan dalam manajemen perkebunan, kita telah sering membaca dan mendengar istilah “kembali ke dasar” dalam pengelolaan perkebunan kelapa sawit. Untuk menyamakan pemahaman apakah yang dimaksud dengan “kembali ke dasar”, penulis ingin sharing atau berbagi pengalaman, mengenai Prinsip Dasar 3 B, yaitu Buah TBS, Biaya Produksi dan Bersihnya Kondisi Lapangan.

1. Buah TBS


Setiap menejer kebun diharapkan harus mencapai anggaran produksi setinggi-tingginya dengan standar panen dan pengontrolan kualitas buah TBS yang terpenuhi dengan baik.

Yang terpenting menejer kebun harus memastikan ketersediaan pemanen untuk seluruh areal tanaman, baik untuk areal pokok tinggi maupun areal pokok rendah. Pada satu sisi pimpinan kebun harus menyiapkan tenaga pemanen yang sudah terlatih dan di sisi lain harus merekrut pemanen baru untuk areal yang baru menghasilkan.
Kekurangan pemanen pada suatu bulan akan memperpanjang rotasi panen. Hal ini akan berpengaruh buruk terhadap kualitas buah TBS, terutama persentase buah lewat matang, buah kosong dan buah busuk menjadi terlalu tinggi. Akibatnya sortasi yang dilaksanakan di PMKS akan menjadi tinggi.

Oleh karena itu, kestabilan tenaga kerja di kebun sangat penting sesuai prinsip dasar dari kebijaksanaan pengelolaan karyawan dan kedisiplinan dengan cara yang benar. Seorang menejer kebun yang baik adalah bila dia mendapatkan rasa hormat yang dalam dan benar dari anak buahnya, sehingga dia dapat mengayomi bawahan dan mempertahankannya, sehingga karyawan tetap betah bekerja di kebun.

Pengutipan semua brondolan adalah tugas utama untuk semua pemanen, khususnya di areal pokok tinggi. Pastikan tidak ada satu pun brondolan tertinggal tidak dikutip. Masalah pengutipan brondolan yang banyak tertinggal di piringan akan timbul jika rotasi panen diperpanjang. Rotasi panen harus dijaga agar tidak melebihi 12 hari.

Kurangnya brondolan yang dikirim ke PMKS akan menurunkan rendemen atau OER dan juga berpengaruh terhadap harga TBS. Oleh karena itu, manajemen harus mengatur tenaga khusus untuk mengutip brondolan di blok-blok yang rotasinya lebih dari 18 hari.

Pengutipan brondolan dan pengangkutannya harus cepat dilaksanakan sehingga tidak akan menaikkan persentase Asam Lemak Bebas (ALB atau FFA) karena brondolan lama akan segera membusuk dan tidak segar lagi.

Pemeriksaan mutu panen dan pengontrolan kualitas buah TBS tergantung pada sistem pengecekan yang baik dan efektif, termasuk tingkat pengawasan atau supervisi. Asisten Divisi dan Mandor I di bawahnya harus sering berada di lapangan dengan berjalan kaki supaya bisa langsung menangani masalah - masalah yang dijumpai.

Mandor panen harus memanggil pemanen untuk memanen buah matang yang tertinggal di pokok, mengutip brondolan yang tertinggal di piringan dan pasar pikul serta membawa buah yang telah dipanen/brondolan yang tertinggal ke TPH.

Jika terdapat tangkai panjang, harus dipotong pendek kurang dari 3 (tiga) cm. Tukang muat buah harus diingatkan juga agar tidak meninggalkan brondolan di TPH.

Kehadiran menejer kebun di areal panen sangat penting dan utama. Jika supervisi dapat dijalankan dengan serius, pemanen cenderung lebih berdisiplin, terlebih jika pimpinannya sering berkunjung ke lapangan untuk mengadakan inspeksi harian, sekaligus memberikan arahan kepada Asisten Divisi agar kendaraan angkut buah dapat diatur dengan baik. Fokus diri pada pekerjaan dimaksud, agar tidak ada buah TBS dan brondolan tertinggal atau terlambat diangkut dan dikirim ke PMKS, sehingga buah restan dapat dikurangi atau ditiadakan.

Pruning adalah suatu pekerjaan yang harus dilaksanakan secara berhati-hati. Jika penunasan pelepah tidak dilakukan secara berkelanjutan, maka standar panen tidak akan tercapai dengan baik. Pokok dengan banyak pelepah bergelantungan atau sengkleh akan cenderung mengakibatkan buah matang tidak dipanen, sehingga bila suatu saat pemanenan harus dilaksanakan, akan diperoleh buah yang terlalu matang atau sudah membusuk.
Berhati-hati dalam supervisi pruning supaya jangan melakukan penunasan pelepah berlebihan (over pruning) pada pokok-pokok rendah dan jangan meninggalkan pelepah berlebihan (under pruning) pada pokok-pokok tinggi.

Di blok-blok yang telah menggunakan sistem ancak tetap, progresif pruning mungkin dapat diterapkan. Biasanya pemanen pada pokok tinggi akan mendapat gaji lebih daripada pemanen pada pokok rendah karena basis borong lebih mudah tercapai dan mendapat premi yang tinggi.

Pimpinan kebun harus diingatkan bahwa kebun bukan menjual TBS ke PMKS, akan tetapi menjual minyak kelapa sawit. Harga pembayaran Rp/ton TBS berdasarkan dari rendemen. Apabila rendemen > 20% OER (Netto 1), maka harga pembayaran TBS ke pihak kebun akan tinggi. Jika rendemen < 20%, harga pun turun. Dengan demikian kualitas TBS dan brondolan yang dikirim ke PMKS untuk diproses menjadi minyak kelapa sawit atau CPO harus terjamin.

2. Biaya Produksi

Seorang menejer kebun harus selalu memperhatikan biaya produksi. Pencapaian biaya yang rendah bertujuan supaya perusahaan memperoleh keuntungan yang tinggi melalui produktivitas yang tinggi dan kontrol biaya yang baik.

Satu aspek yang juga penting adalah monitoring kehadiran karyawan pada apel pagi dan kemauan karyawan bekerja keras sampai sore hari, lebih dari 7 (tujuh) jam sehari. Karyawan sering diberikan sosialisasi dan dimotivasi supaya mereka bisa mendapatkan gaji lebih besar melalui pembayaran premi dari meningkatnya
produktivitas.

Biaya akan meningkat jika pemanen dibayar berdasar HK walaupun basis borong tidak tercapai. Diingatkan bahwa menejer kebun yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap biaya produksi di kebunnya masing-masing.

Seorang menejer kebun harus mengetahui harga pasar CPO dan TBS pada bulan terakhir, yang dimaksudkan agar dapat menganalisa laporan account setiap bulan. Tanpa pemahaman account dan kontrol, mungkin pengeluaran biaya akan lebih dari anggaran dan berakibat biaya produksi akan sangat tinggi.

3. Bersihnya Kondisi Lapangan

Kondisi lapangan seluruh kebun bisa mencerminkan prestasi seorang menejer kebun, apakah menejer tersebut mengelola kebunnya dengan sungguh-sungguh. Sebenarnya prestasi menejer kebun maupun asisten divisi senantiasa “tertulis” di lapangan! Prestasi mereka dikatakan tidak bagus jika lapangan dalam kondisi yang buruk. Sebaliknya, mereka akan dipuji jika lapangan dijaga dalam kondisi bersih.

Pada kondisi lapangan yang bersih, pengutipan semua brondolan tidak akan bermasalah karena akses cukup baik dan visi pandangan yang tidak terganggu memberikan kemudahan dalam pengawasan, pengecekan dan pengontrolan.

Kebersihan piringan dan pasar pikul harus dijaga sebaik-baiknya, dengan tujuan brondolan yang dikutip akan bersih dari sampah.

Ketika karyawan dibayar “piece-rated” atau pekerjaan borongan, pastikan ada “time motion study” sebelum menentukan target atau bagian/pekerjaan yang hanya akan dikerjakan/diberikan.

Tujuan memberi target kerja tersebut bukan untuk mengurangi waktu kerja, tetapi bertujuan untuk meningkatkan produktivitas karyawan dalam 7 (tujuh) jam kerja sehari.

Semua jalan di lapangan harus ditimbun dengan laterit atau sirtu supaya bisa dilalui pada musim hujan, yang berguna untuk mengeluarkan dan mengangkut buah TBS dan brondolan langsung dari lapangan ke PMKS. Kekurangan titi panen telah menimbulkan satu masalah yaitu menyulitkan pemanen mengangkut dan menyusun buah TBS dan brondolan ke TPH yang ada di pinggir jalan. Pemasangan titi panen harus diperhatikan.

Pengaturan dan pelaksanaan grading dan pemadatan jalan (compacting) sangat penting agar jalan yang rusak dan berlobang dapat diperbaiki kembali, sehingga jalan dalam kondisi terpelihara. Jembatan yang runtuh dan gorong-gorong yang terbenam harus cepat diperbaiki dan dipasang. Cuci parit adalah pekerjaan yang penting terutama di parit pembuangan atau outlet supaya aliran air menjadi lebih lancar yang dapat mengurangi banjir pada musim hujan.

Menejer kebun dan asisten divisi akan bertanggung jawab dan mungkin akan mendapat teguran dari ED/GM/SEM atau tamu-tamu dari HO jika masih terdapat blok-blok dalam kondisi kotor dan buruk, karena hal tersebut akan dijadikan alasan oleh pemanen yang berakibat buah matang tidak dipanen, buah dipanen tidak diangkat ke TPH dan brondolan tidak dikutip.
Jangan berkompromi terhadap kualitas pekerjaan dan segala penyemprotan di lapangan. Jika kematian gulma tidak memuaskan, pastikan penyemprotan diulang. Gawangan mati tidak boleh dibiarkan karena gulma-gulma dan anak kayu akan tumbuh. Meracun anak kayu yang besar harus dilaksanakan sampai tuntas, khususnya di areal yang perlu direhab.

Semua gawangan hidup atau mati harus dibersihkan, namun rumput-rumput lunak seperti Axonopus dan Buffalo Grass harus dibiarkan tetap terpelihara.
Sering berjalan kaki di lapangan supaya dapat melihat segala masalah yang terjadi dan mengambil tindakan perbaikan dengan segera. Terapkan manajemen dengan contoh supaya ‘membuka mata’ dan dapat dipahami oleh staf, mandor dan karyawan. Jika masalah ingin diselesaikan, harus turun ke lapangan untuk mendiskusikannya agar solusi dapat dicari, bukan didiskusikan di kantor kebun.

Memang terdapat banyak tantangan ke depan dalam manajemen perkebunan di abad 21. Seorang menejer kebun pasti menggunakan pengalamannya dengan sebaik-baiknya dan menjadikan dirinya pimpinan yang berpengaruh kepada anak buahnya maupun bawahannya sehingga karyawan menjadi disiplin.

Kembali ke dasar dan bekerja sama sebagai teamwork supaya dapat menjaga kebersihan lapangan dan mencapai target produksi tanpa alasan dengan biaya yang rendah. Inilah harapan kita yang sudah kita nyatakan dalam “komitmen bersama-sama”, maka kita harus kompak dengan semangat baru yang tinggi.


Sumber : http://pakloh.blogspot.com