Peranan Ulat Api dan
Ulat Kantung
Ulat api dan ulat
kantung merupakan salah satu jenis ulat pemakan daun kelapa sawit yang paling
sering menimbulkan kerugian besar di perkebunan perkebunan kelapa sawit. Serangan
yang berat dari ulat api dapat menurunkan produksi sebesar 70% pada tahun
pertama pasca serangan dan dapat mencapai 90%. Ulat kantung merupakan salah
hama yang banyak kita jumpai menyerang pada tanaman kelapa sawit. Cirri khas
ulat kantung adalah hidup didalam sebuah bangunan mirip kantung yang berasal
dari potongan-potongan daun, tangkai bunga tanaman inang, disekitar daerah
serangan. Larva ulat kantung sangat aktif makan sambil membuat kantung dari
potongan daun yang agak kasar atau kasar. Selanjutnya larva bergerak dan makan dengan hanya mengeluarkan kepala
dan kaki depannya dari dalam lubang. Larva mula-mula berada pada permukaan atas
daun, tetapi setelah kantung semakin besar berpindah menggantung dibagian
permukaan bawah daun kelapa sawit.
Jenis-jenis ulat api yang
banyak ditemukan adalah Setothosea asigna, Setora nitens, Darna trina, Darna
diducta, dan Darna bradleyi. Jenis ulat api yang paling merupasak di Indonesia
adalah S. asigna, S. Nitens dan D. Trina. Sethosea asigna van eecke merupakan
salah satu jenis ulat api terpenting pada tanaman kelapa sawit di Indonesia. Ulat
api ini berpesan sebagai hama yang sering menyebabkan kerusakan berat serta
sangat merugikan. Stadia larva berlangsung selama 49-50 hari dan mampu
menghabiskan helaian daun kelapa sawit seluas 400 cm atau sekitar empat anak
daun kelapa sawit. Serangan larva S. Asigna di lapangan umumnya mengakibatkan
daun kelapa sawit habis dengan sangat cepat dan berbentuk lidi. Tanaman tidak
dapat berproduksi menghasilkan tandan selama 2 – 3 tahun jika serangan sudah
terjadi sangat berat. Umumnya gejala serangan dimulai dari daun bagian bawah
hingga akhirnya helaian daun berlubang habis dan yang tersisa hanya tulang daunnya.
Ulat ini sangat rakus, mampu menkonsumsi 300 – 500 cm daun sawit per hari. Tingkat
populasi 5 – 10 larva per pelepah
merupakan populasi kritis hama tersebut di lapangan dan harus segera
diambil tindakan pengendalian.
Metisa plana merupakan
salah satu jenis ulat kantung yang umumnya menyerang di perkebunan kelapa sawit
wilayah Sumatera Utara. Stadia larva M. palana terdiri atas 4-5 instar dan
berlangsung sekitar 50 hari, namun jumlah instar dapat meningkat dalam keadaan
buruk ketika larva gagal untuk mencapai ukuran ambang batas tertentu untuk
menjadi pupa. Pada waktu kepompong, kantungkelihatan halus permukaan luarnya,
berukuran panjang sekitar 15 mm dan menggantung seperti kait di permukaan dawah
daun. Stadia kepompong berlangsung 25 hari. Ngengat M. plana betina dapat
menghasilkan teluar sebanyak 100 – 300 butir selama hidupnya. Larva M Plana
biasanya menetas serentak dalam kantung pupa betina dalam waktu 18 hari dan
setelah 15 hari dalam kantung larva akan keluar baik secara serentak atau dalam
kelompok kecil. Keluarnya larva dari kantung tergentung pada cuaca, sinar
matahari dan angin.
Meskipun saat ini telah
diketahui beberapa cara pendalian hama ulat api, tetapi penggunaan insektisida
kimia sintetik masik perusakan cara yang umum dilakukan di perkebunan kelapasawit, terutama pada saat terjadi ledakan populasi. Cara tersebut sangat
efektif untuk mengurangi populasi hama, sehingga tanaman kelapa sawit dapat
terhindar dari kerusakan. Untuk mendapatkan hasil pengendalian ulat api dan
ulat kantung yang baik, maka sebelum jenis insektisida baru dianjurkan untuk
digunakan, terlebih dahulu dilakukan pengujian terhadap insektisida yang akan
digunakan yang diharapkan bersifat selektif terhadap hama sasarannya dan
pengaruh tidaknya fitotoksisitasnya terhadap kelapa sawit. Klorantraniliprol
merupakan salah satu bahan aktif dari insektisida kimia sintetik yang diduga
mempunyai efektivitas tinggi terhadap stadia larva dari serangga ordo
Lepidoptera.