Showing posts with label pengendalian. Show all posts
Showing posts with label pengendalian. Show all posts

AWAS, HAMA BARU KELAPA SAWIT




Perkembangan Lahan dan Peralihan Status Hama

Perkembangan perkebunan kelapa sawit tiap tahunnya meningkat sangat pesat. Perkembangan lahan perkebunan biasanya dimulai dengan pembukaan lahan baru dari areal hutan sekunder atau lahan kosong menjadi lahan kelapa sawit. Konversi lahan dapat menimbulkan efek negated dalam budidaya perkebunan kelapa sawit. Salah satunya adalah perubahan status hama atau munculnya permalahan hama. Munculnya permasalahan ini disebabkan dari peralihan bahan makanan dari organism hama hutan menjadi hama kelapa sawit, selain itu peralihan ini juga akan meningkatkan status hama sekunder menjadi hama primer yang didukung dengan berkurangnya hama primer dan musuh alaminya.

Salah satu peralihan status hama yang telah dilaporkan terjadi dibeberapa perkebunan kelapa sawit di Riau adalah munculnya hama ulat kantung jenis baru. Ulat kantung ini bebeda dari ulat kantung yang biasa menyerang kelapa sawit, yaitu Metisa plana, Mahesena corbetti dan Pteroma pendula. Gejala serangan yang ditimbulkan oleh ulat kantung ini juga berbeda dengan ulat kantung yang biasa menyerang kelapa sawit.

Ulat kantung ini biasa  dijumpai pada tanaman akasia yang merupakan tanaman inang utamanya. Beralihnya fungsi lahan dari lahan hutan yang terdapat tanaman akasia menjadi perkebunan kelapa sawit menyebabkan terjadinya perubahan pola makan dari ulat kantung ini. Hama ini semakin meledak didukung oleh hilangnya pesaing dan musuh alaminya yang terdapat di habitat awalnya, serta melimpahnya sumber makanan yaitu daun kelapa sawit yang ditanam secara monokultur dalam areal yang sangat luas.


Clania, Jenis Ulat Kantung Baru Yang Menyerang Kelapa Sawit


Hasil identifikasi ulat kantung jenis baru adalah Clania tertia. Ulat kantung ini tergolong pemakan daun yang sangat rakus, mampu memakan daun sebesar + 4,789 cm/ hari. Luas areal makannya lebih besar dibandingkan dengan luas areal makan Metisa plana + 2,833 cm/hari dan Mahasena corbetti + 3,448 cm/ hari. Luas areal makan yang lebih luas dari Metisa plana dan Mahasena corbetti menegaskan bahwa Clania sebagai leaf defoliator yang rakus.

Gejala kerusakannya pada daun kelapa sawit yang terserang adalah daun sawit akan berlubang, mengering seperti terbakar dan milidi. Gejala  kerusakan pada daun kelapa sawit seperti terbakar merupakan ciri spesifik gejala serangan ulat kantung yang umum. Tetapi gejala serangan serangan Clania tertia pada daun kelapa sawit hanya menyisakan lidi. Seperti gejala umum serangan ulat api.

Berdasarkan pengamatan di lapangan dengan populasi yang sangat tinggi, kerusakan yang ditimbulkan dapat berakibat pada berkurangnya tajuk dan penurunan hasil panen semester selanjutnya. Hingga saat ini, Clania tertia telah menyebabkan kerusakan pada tanaman kelapa sawit seluas + 10.000 ha.

Monitoring dan Pengendalian

Monitoring
Metode monitoring populasi yang digunakan merupakan kombinasi dari metode Purba dan Desmier de Chenon dengan menggunakan pengamatan global perbulan, dan pengamatan efektif ketika populasi hama telah mencapai ambang populasi kritis. Ambang populasi kritis Clania sp. Adalah 5 – 10 ekor per pelepah.

Pengendalian
Pengendalian Fisik          
Pengendalian dengan pengutipan larva pada tanaman belum menghasilkan (TBM) dan pemasangan Light trap untuk memerangkap imago jantan untuk mencegah terjadinya kopulasi.

Pengendalian Kimiawi
Pengendalian ini dapat dilakukan dengan berbagai teknis, infuse akar dan penyemprotan untuk tanaman di bawah 7 tahun dan injeksi batang untuk tanaman di atas 7 tahun. Bahan aktif yang digunakan seperti Asefat dengan  dosis 10 gr/100ml/pookok, dan dimehipo dengan dosis 10-20ml/pokok.

PENGENDALIAN HAMA/ PENYAKIT DAN GULMA

Pengendalian hama

 Serangan hama yang sering terjadi pada pembibitan awal adalah Apogonia, sedangkan serangan penyakit yang sering dijumpai adalah penyakit bercak daun Culvularia. Hama di pembibitan awal dapat dikendalikan dengan menggunakan insektisida, sedangkan penyakit bercak daun dapat dikendalikan dengan menggunakan fungisida. Pencegahan serangan hama/ penyakit jika diperlukan dapat dilakukan dengan melakukan penyemprotan fungisida dan insektisida dengan rotasi 1-2 minggu sekali. Sedangkan pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual dengan rotasi 2 minggu sekali.

Serangan hama yang sering terjadi di PN adalah serangan Apogonia sp. Serangan hama yang menyebabkan munculnya lubang-lubang pada daun maupun sistematik seperti Servin 85 WP, Decis, atau merek-merek lainnya. Agar pengendalian hama lebih efektif maka sebaiknya dilakukan pada sore hari menjelang malam dengan dosis insektisida yang digunakan 0,1 – 0,2%/liter air/2 minggu.
Pengendalian Penyakit

Penyakit yang sering dijumpai pada pembibitan awal adalah penyakit bercak daun Curvularia, Helmintthosporium dan Actracnose. Penyakit bercak daun yang disebabkan oleh cendawan Culvularia sp, dapat dipicu oleh keadaan pembibitan yang terlalu lembab. Pengendalian dilakukan dengan Dithane M 45 atau Bayfidan 250 EC dengan dosis 0,2 %/liter air/ 2 minggu. Bibit yang terserang bercak daun berat harus segera dimusnahkan, sedangkan yang terserang ringan hingga sedang dapat dipisahkan (diisolasi) dan dirawat ditempat khusus agar tidak menular ke bibit sehat. Bagian bibit yang terserang dipotong kemudian dimusnahkan.

Penyakit-penyakit yang sering menyerang MN diantaranya adalah penyakit bercak daun Culvularia, Helminthosporium atau Antracnose. Serangan culvaria sering terjadi jika penyiraman bibit yang kita lakukan kurang baik atau pada kondisi temperature udara yang panas. Penyakit ini intensitasnya lebih tinggi terutama pada musim hujan dan pada tanaman yang lemah akibat kekurangan unsure hara atau akibat  transplanting shock. Penyakit ini menyebakan pertumbuhan bibit terhambat karena proses fotosintesis yang terganggu, dan pada tingkat yang berat menyebabkan kematian bibit.

Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh petani ketika melakukan pengendalian penyakit adalah lebih memprioritaskan penggunaan bahan kimia ( pestisida maupun fungisida) untuk mengendalikan hama dan penyakit, menggunakan dosis pestisida terlalu tinggi sehingga dikhawatirkan dapat merusak bibit serta tidak menggunakan perlengkapan memadai ketika menggunakan pestisida.


Pengendalian Gulma

Gulma menjadi tempat berkembangnya hama dan penyakit terutama belalang dan Apogonia sp (hama), penyakit bercak daun  Culvaria sp  dan menjadi pesaing bibit dalam menyerap unsure hara. Gulma  yang tumbuh di polibeg PN sebaiknya dibersihkan secara manual dengan rotasi dua minggu sekali. Beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh petani pada saat mengendalikan gulma di PN adaah membiarkan gulma tumbuh tanpa penyiapan yang teratur. Penggunaan herbisida untuk membasmi gulma menyebabkan bibit mengalami kerusakan terutama pada bagian daun.

Pengendalian gulma di MN dilakukan dengan membuang gulma yang ada dalam polibeg dan diareal antara polibeg. Pengendalian di dalam polibeg dilakukan dengan cara mencabut, sedangkan diluar polibeg dilakukan dengan cara menggaruk. Kesalahan-kesalahan yang sering dilakukan oleh petani ketika mengendalikan gulma di MN antara lain terlambat mengandalikan gulma sehingga menjadi inang hama dan penyakit seperti hama kumbang tanduk dan penyakit bercak daun, kurang hati-hati ketika membersihkan gulma di dalam polibeg sehingga berpotensi merusak akar bibit, mengendalikan gulma menggunakan herbisida kontak yang dapat merusak bibit terutama pada daun.

Pemeliharaan bibit dilakukan sebaik mungkin dengan melakukan penyiraman sesuai dengan kebutuhan tanaman dan pengendalian hama/ penyakit dengan tepat. Setelah bibit berumur 3 bulan maka bibit telah siap dipindahkan ke pembibitan utama ( Main Nursery).