Showing posts with label Hiburan. Show all posts
Showing posts with label Hiburan. Show all posts

Humor Pertanyaan Ngawur

Jam pertama, Pelajaran Ilmu Bumi Alam, Pak Guru sedang menerangkan keadaan cuaca, setelah itu dia bertanya kepada murid² di klas.


Guru: "Kenapa jemuran kering bisa basah???"

Nagaor : "Kena hujan."

Guru: "Salah"
Tanjen : "Terlambat mengangkat."
Guru: "Betoel... seratus!"
Jam pelajaran kedua, Guru Fisika masuk, Pak Guru  menerangkan tentang proses pembakaran sehingga terjadi carbon mono-oxide dan di-oxide, setelah pelajaran selesai guru bertanya:
Guru: "Kenapa roti di oven bisa hangus?"
Nagaor : "Adanya peristiwa pemanasan tinggi, sehingga O2 di dalam oven memuai akibatnya particles O2 yang panas pada menabrak roti sehingga rotinya mengalami trauma tumpul akibatnya rotinya memar
kehitaman...!"
Guru: "Salaaaahhhhhh!"
Yanjen : "Terlambat mengangkat!"
Guru: "Betul... betul !

Jam pelajaran ketiga, Guru Biologi yang masuk, menerangkan ttg proses pembuahan. Setelah selesai beliau bertanya kpd muridnya:
Guru: "Kenapa wanita hamil???"
Nagaor : "Krn terjadi zygote, yaitu pertemuan antara sperma dgn sel telur!"
Guru: "Salaaahhhhh!"
Tanjen : "Terlambat mengangkatnya!"
Guru: BENAARR !


Cerita dengan huruf awal " T "

Tatkala Temperatur Terik Terbakar Terus,
Tukang Tempe Tetap Tabah, "Tempe-tempe" , Teriaknya.
Ternyata Teriakan Tukang Tempe Tadi Terdengar Tukang Tahu, Terpaksa Teriakannya Tambah Tinggi, "Tahu...Tahu. ..Tahu... !" "Tempenya Terbaik, Tempenya Terenak, Tempenya Terkenal!!", Timpal Tukang Tempe .
 Tukang Tahu Tidak Terima,"Tempenya Tengik, Tempenya Tawar, Tempenya Terjelek.... !" Tukang Tempe Tertegun, Terhenyak, "Teplakkk... !" Tamparannya Tepat Terkena Tukang Tahu.


 Tapi Tukang Tahu Tidak Terkalahkan, Tendangannya Tepat Terkena Tulang Tungkai Tukang Tempe . Tukang Tempe Terjengkang Tumbang! Tapi Terus Tegak, Tatapannya Terhunus Tajam Terhadap Tukang Tahu.
 Tetapi, Tukang Tahu Tidak Terpengaruh Tatapan Tajam Tukang Tempe Tersebut, "Tidak Takut!!" Tantang Tukang Tahu.

 Tidak Ternyana Tangan Tukang Tempe Terkepal, Tinjunya Terarah, Terus Tonjokkannya Tepat Terkena Tukang Tahu, Tak Terelakkan! Tujuh Tempat Terkena Tinjunya, Tonjokan Terakhir Tepat Terkena Telak. Tukang Tahu Terjerembab.
 "Tolong.. Tolong.. Tolong..!", Teriaknya Terdengar Tinggi. Tetapi Tanpa Tunda Tempo, Tukang Tempe Teruskan Teriakannya, " Tempe .. Tempe .. Tempe ..!!" Tukang Tahu Tambah Teriak Tararahu.. Tararahu, Tandingin Tararempe.. Tararempe..

 Tape Teh...

Mengelola Isi Dompet

Sebuah dompet bisa berbicara banyak tentang kepribadian serta gaya hidup si empunya. Meskipun terkesan sepele, Anda tentunya ingin memberikan kesan yang baik dengan menjaga kerapian dan keteraturan isi dompet Anda. 


Berikut ini tips mengelola isi dompet


1. Langkah pertama yang perlu dilakukan mengorganisir isi dompet adalah mengeluarkan semua sampah yang tidak diperlukan, seperti tanda terima tagihan, struk belanja, struk transaksi ATM, dan lain sebagainya. Simpan kertas-kertas yang penting dan buang ke dalam tong sampah kertas-kertas lain yang tidak diperlukan. 


2. Keluarkan semua kartu yang Anda miliki dari dalam dompet, mulai dari kartu kredit, kartu ATM, KTP, SIM, kartu asuransi, kartu keanggotaan lain, kemudian tentukan kartu mana saja yang dibutuhkan dan harus Anda bawa ke mana pun pergi. Sisanya bisa Anda simpan di rumah. Simpan kartu-kartu penting yang sering digunakan di tempat yang paling mudah diakses pada dompet. 

3. Untuk kartu nama, ambil beberapa yang benar-benar dibutuhkan untuk disimpan di dalam dompet. Sedangkan sisanya bisa Anda taruh dalam album khusus untuk menyimpan kartu nama. 

4. Jangan menaruh benda apa pun selain kartu identitas pada slot khusus kartu identitas di dompet Anda. Jika masih ada slot kosong yang tersisa, tempat itu bisa digunakan untuk menyimpan foto. 

5. Hitung selalu jumlah uang di dalam dompet Anda termasuk uang receh, untuk mempermudah Anda melakukan transaksi seperti membayar taksi, berbelanja dll 

6. Pisahkan uang logam dari uang kertas dengan menyimpannya di dalam dompet khusus uang logam. Dengan demikian, dompet tidak akan menggelembung dan berat. 

7. Pertimbangkan untuk membeli dompet baru yang memiliki lebih banyak slot jika Anda mempunyai banyak kartu yang harus dibawa. Oke...silahkan cek domper masing-masing.

Download MP3 Terpopuler tahun 2015

Download mp3 Indonesia dengan mengklik link judul lagu dibawah ini :

  • Lesti - Hanoman Obong.mp3
  • Lesti - Jera.mp3
  • Lesti - Kejam.mp3
  • Lesti - Masa Lalu.mp3
  • Lesti - Pacar Dunia Akhirat.mp3
  • Lesti - Payung Hitam.mp3
  • Lesti Dangdut Academy - Perpisahan.mp3
  • Lesti - Sumpah Benang Emas.mp3
  • Lesti - Zaenal.mp3
  • Lesti Feat Aty - Jatuh Bangun.mp3
  • Lesti feat Aty - Sabda Cinta.mp3
  • Lesti Feat Aty - Takut Sengsara.mp3
  • Lesti Feat Iyeth Bustami - Laila Canggung.mp3
  • Lesti Feat Rita Sugiarto - Mati Lampu.mp3
  • Lesti Feat Yunita Ababil - Trauma.mp3
  • Frans Feat. Lesti - Kerinduan.mp3
  • Title L Full JKT48 - Gingham Check
    Artist : JKT48 
  • Rossa - As One.mp3
  • Rossa - Bukan-Bukan.mp3
  • Rossa - Hati Tak Bertuan.mp3
  • Rossa - Hijrah Cinta.mp3
  • Rossa - Jatuh Cinta Setiap Hari.mp3
  • Rossa - Kamu Yang Kutunggu (feat Afgan).mp3
  • Rossa - Milyaran Abad.mp3
  • Rossa - Salahkah (With Hafiz).mp3
  • Rossa - Setia Menanti.mp3
  • Rossa - Sisakan Hatimu.mp3

  • DP BB Gambar Animasi Bergerak

    Dibawah ini adalah gambar bergerak yang bisa dijadikan DP pada BBM :















































    Kisah Inspiratif Orang Tua dan Anaknya

    Setelah sebelumnya mendapatkan kisah inspiratif mengenai seorang pembrondol yang menyekolahkan anaknnya hingga kuliah, kali ini aku mendapatkan kisah luar biasa lagi dari seorang mandor perawatan yang juga telah susah payah menyekolahkan anaknya.

    Kebetulan anaknya adalah adik kelasku juga di IPB. Walaupun tak seromantis kisah yang sebelumnya, tapi ada point penting dari kisah ini yang mungkin bisa membuka pikiran kita untuk bisa menjadi lebih baik.


    Karena bisa lulus di program beasiswa yang sama, kuliah ini tidaklah menjadi beban besar bagi orang tua. Kalau boleh jujur sebenarnya uang saku yang diberikan masih kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ditambah lagi dengan lumayan besar biaya hidup di Bogor jika dibandingkan dengan Medan sih. *kurang bersyukur sepertinya hehehe. Tapi begitulah kenyataannya, masih banyak mahasiswa yang minta bantuan ke orang tua untuk bisa memberikan tambahan uang saku.
    Beliau sempat bertanya mengenai kelakuan anaknya di kampus apakah baik atau tidak. Aku yang kebingungan hanya bisa menjawab pastinya dia lebih dewasa pak dan sudah tau mana yang baik dan mana yang buruk, soalnya jika aku bilang tidak baik nantinya bisa berabe urusannya dan kalau kubilang baik nanti dikira muji-muji anaknya hehehe. Berhubung aku tidak tau pasti maka kusampaikan saja seperti itu hehehe.

    “Kalau dia mudah-mudahan lebih dewasa pak dibandingkan dengan adik-adiknya yang lain”.

    “Baguslah pak kalau begitu, jadinya kan bapak tidak usah terlalu mikiri keadaannya di Bogor”.

    “Iya pak mudah-mudahan bisa membantu adik-adiknya lah nanti jika sudah sukses. Soalnya pak, pernah saya bertanya kepada dia apakah dia punya uang atau tidak, dia bilangnya uangnya masih ada, eh rupanya setelah itu dia langsung menghubungi adeknya untuk minjam uang karena dia segan untuk ngerepotin saya pak, tapi adiknya menyampaikan kepada saya walaupun tanpa sepengetahuan dia pak, makanya sekarang saya selalu ngirimin dia uang walaupun dia bilang kalau uangnya masih ada, karena gitu kenyataannya pak kadang dia lebih memilih kelaparan daripada ngerepotin orang tuanya, iya kita sebagai orang tua tidak tega lah melihat dia seperti itu”, cerita bapak itu dengan logat bataknya hehehe.

    Maklum disini kebanyakan orang-orang batak yang bahasanya masih sangat kental.

    Begitu singkat cerita Bapak itu tapi begitu banyak makna yang tersirat dalam perbincangan kami. Pertama, sebagai orang tua bagaimana pun keadaannya dia tetap lebih mengutamakan keadaan anaknya walaupun si anak tidak mau merepotkan mereka. Terkadang banyak orang tua yang cerewet kepada anaknya tapi walaupun begitu cerewetnya mereka tidak sebanding dengan besarnya kasih sayang mereka. Aku mengetahui keadaan keuangan orang tuanya mungkin bisa dikatakan pas-pasan, tapi dia tidak peduli dengan keadaan keuangan yang pas-pasan itu asal bukan anaknya yang sampai tidak makan disana gara-gara ingin menghemat uang yang ia punya. Mungkin saja jatah makan orang tuanya yang tiga kali sehari diporsir olehnya menjadi dua kali dan jatah makan satunya disisihkannya untuk uang pesawat anaknya ketika ingin pulang ke kampung halaman. Bagitulah besarnya pengorbanan orang tua untuk harapannya di masa depan yaitu kesuksesan anaknya.

    Kedua, sebagai seorang anak sudah seharusnya kita mengerti keadaan orang tua. Aku  salut dengan anak tersebut yang bisa kukatakan sudah cukup dewasa. Memang sudah saatnya kita mandiri dan tidak merepotkan orang tua lagi. Tindakan dia benar-benar  kuacungkan jempol hehehe. Mau sampai kapan kita merepotkan kedua orang tua kita, setidaknya secara perlahan kita harus bisa mengurangi intensitas uang yang diberikan beliau untuk kita. Apalagi jika kita lebih sering menghabiskan uang yang mereka peroleh dengan keringat hanya untuk kepuasan sementara tanpa ada hasilnya. Memang pasti sulit, tapi mari perlahan dan secara bertahap untuk tidak merepotkan mereka lagi. Aku sudah merasakan capeknya kerja dibawah terik matahari, pergi pagi-pagi lalu pulang sorenya hanya untuk anak tercinta tapi apa balasan dari kita? Jujur jika aku terus-terusan seperti itu mungkin hanya bisa mengeluh apalagi gaji tidak sebanding dengan keringat yang keluar. Mereka hanya ingin kita sukses, maka daripada itu ayok berkomitmen untuk bisa sukses dan mulai belajar lebih dewasa.

    Untuk saat ini mungkin beliau yang selalu mengirim kita uang saku, tapi tahun depan kita sudah harus bisa mengurangi intensitas uang yang mereka kirim, lalu tahun berikutnya kita sudah tidak bergantung dengan uang kiriman mereka bahkan mungkin sudah bisa mengatakan untuk tidak usah mengirimkan uang saku lagi, dan tahun berikutnya lagi sudah kita lah yang mengirim mereka uang bukan mereka yang memberikan kita uang. Subhanallah Allahu Akbar!!

    Tetap semangat teman-teman, semoga kita bisa membuat mereka tersenyum dengan apa yang telah kita lakukan.

    Sumber : http://juliusguoyou.blogspot.com

    Apapun Kulakukan Demi siBuah Hati

    Perantauanku saat ini setelah kota Bogor adalah Riau. Disinilah aku berdiri sekarang untuk 5 bulan ke depan. Kebun Rama-rama insyaAllah akan menjadi sebuah tempat yang takkan kulupa karena akan banyak memberikanku pelajaran baik di dunia sawit, sosial, ataupun yang lainnya.

    Kusingkirkan tingkah keanak-anakanku ditempat ini. Aku bukanlah dipanggil lagi adek, mas, bang atau apapun, saat ini semua orang memanggil diriku dengan sebutan Pak.
    “Aku masih muda bu, pak, masak sudah dipanggil Bapak hehehe”, gumamku dalam hati.

    Tapi beginilah kenyataannya hehehe aku sudah menjadi bapak-bapak disini hehehe.
    Tapi bukan itu yang ingin kuceritakan kali ini. Disini aku belajar bagaimana menjadi orang tua yang berjuang demi anaknya dan belajar bagaimana menjadi seorang anak agar tidak mengecawakan orang tua yang telah berjuang demiku.
    Sesuap nasi yang dimakan orang-orang disini semua bergantung dari perusahaan yang memperkerjakan mereka. Bangun pagi-pagi, ikut lingkaran pagi, berangkat ke kebun, kerja mati-matian demi memperjuangkan si “Rupiah”. Begitulah rutinitas setiap harinya yang mereka lakukan.

    Di kebun ini aku berjumpa dengan ayah sahabatku di kampus yang kebetulan satu jurusan denganku. Beliau bekerja sebagai karyawan disini tepatnya seorang pengutip brondolan kelapa sawit. Kulihat dia berjalan tanpa alas kaki mengelilingi kebun yang beratus-ratus hektar sambil mengutip brondolan sawit yang jatuh dan tercecer, berpakaian baju kampanye yang diberikan oleh salah satu partai politik serta celana yang juga seadanya. Kujabat tangannya sambil tersenyum seraya berkenalan dengannya dan menyampaikan kalau aku adalah teman anaknya di kampus. Beliaupun membalas senyumku dengan senyum terbaiknya walau harus menampakkan gigi-giginya yang perlahan mulai hilang.

    “Bapak itu dulunya adalah seorang pemanen namun sekarang karena sudah tua, beliau tidak mampu lagi memanen ditambah dengan semakin tingginya tanaman, oleh karena itu saat ini beliau hanya mampu mengutip brondolan”, celetus dari salah satu mandor yang menemaniku saat itu.

    “Sekarang anak bapak itu seangkatan dengan bapak kan di IPB?”, tanyanya.

    “Iya pak kebetulan kami seangkatan dan saya lumayan kenal dengannya”, jawabku.

    Mandor itu bercerita panjang mengenai cerita hidup seorang bapak tua yang mati-matian menyekolahkan anaknya hingga berkuliah saat ini walau hanya sebagai seorang pemanen dan pembrondol.

    “Ketika anaknya telah lulus di program wisuda yang diberikan Sinarmas ini, bapak itu merasa bahagia bercampur sedih. Senang karena dia berharap anaknya bisa sukses dan bisa menyekolahkan adik-adiknya, ada pula perasaan sedih karena di lain sisi dia tidak memiliki uang untuk memberangkatkan anaknya ke Bogor. Sebelum berangkat bapak itu sempat keliling kampung ini untuk minjam uang ke tetangga-tetangga untuk bisa memberangkat anaknya tapi tidak satu pun orang mau memberikan pinjaman dengan alasan masih sama-sama butuh uang tersebut. Pintu ke pintu tapi tak juga ada yang mau membantu. Saya sebenarnya begitu sedih tapi saya juga tak punya uang untuk membantunya. Akhirnya Bapak tersebut meminta tolong kepada saya untuk membantunya meminjamkan uang di bank karena sulitnya mencari pinjaman di kampung ini, tapi ketika saya tanyakan apakah bapak tersebut punya akte, surat nikah atau yang lainnya, beliau juga tidak punya. Saya sempat bingung bagaimana menolongnya. Benar-benar tidak tega melihat bapak tersebut. Akhirnya saya berusaha mencari bantuan untuk menggadaikan surat tanah orang untuk bisa minjam uang di bank, dan untungnya ada yang prihatin dan ikhlas membantu dan dengan syarat, biaya per bulan yang dikenakan oleh bank menjadi tanggungan bapak tersebut, dan bapak itu mengiyakannya” cerita bapak mandor tersebut.

    Apapun kulakukan demi suksesnya anakku walau keringat bercucuran darah nantinya, mungkin begitulah yang ada pada benak bapak tersebut. Dan mudah-mudahan anaknya bisa membalas kerja keras orang tua saat ini di masa depan.

    Beberapa hari setelahnya aku mengetahui bahwa setiap bulannya beliau hanya mendapatkan tidak lebih dari 2 juta, menghidupi keluarga dengan uang secukupnya mungkin juga kurang sebenarnya, fasilitas dari perusahaan pun kurasa kurang baginya. Aku teringat ketika anaknya sering telat membayar uang kosan, jarang ikut patungan jika ada sesuatu, ataupun ikut jalan-jalan. Perasaanku benar-benar terharu saat itu. Hatiku bertanya kenapa aku tidak peka terhadap kehidupan teman-temanku sendiri. Namun, yang bisa kulakukan adalah berdoa semoga usaha yang dilakukan bapaknya takkan bisa dan semoga anakknya bisa membalas kerja keras yang dilakukan orang tuanya.

    Dengan sepenggal kisah ini, bukan hanya dia, mungkin aku dan kita semua harus bisa membahagiakan semua orang yang telah berjuang demi kita terutama orang tua kita. Tetap syukuri hidupmu saat ini, jangan cepat puas dengan segalanya, tetap berusaha demi kehidupan yang lebih baik untukmu dan untuk semuanya karena pahitnya hidup yang kita alami mungkin lebih pahit lagi kisah hidup orang di luar sana atau bahkan sahabat kita sendiri. Semoga kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin..

    Sumber : http://juliusguoyou.blogspot.com

    Tangisan Seorang Buruh Sawit


    Nak, maafkan mama yang telah memaksamu ikut bekerja

    mengumpulkan brondolan di perkebunan kelapa sawit ini.
    Nak, usiamu masih muda, baru enam tahun
    tapi kau terpaksa memikul beban seberat ini
    atas keterpaksaan hidup yang tak kita inginkan.
    Nak, papamu telah pergi ke tempat yang tak kita tahu
    berhentilah menangis dan hapus air matamu

    sudah begitu banyak air mata mengalir dihisap sawit ini.
    Nak, mari kita berteduh sambil menikmati nasi sayur
    tak usah dulu ingat utang kita pada majikan
    untuk membeli beras yang semakin mahal harganya.
    Nak, mari kita bekerja keras lagi
    mengumpulkan brondolan-brondolan itu
    sebelum kita pulang ke gubuk kontrakan.
    Nak, besok kita akan tetap ke kebun sawit
    karena tahun ini kau tak bisa sekolah
    mungkin selamanya kau tak bisa sekolah
    sebab daun sawit tak bisa disulap jadi uang.
    Nak, kau akan tetap menjadi buruh lepas
    mengikuti jejak mamamu yang kurus ini
    membayar utang-utang kita yang makin menumpuk.

    Ditulis oleh : Jhon Rivel, di http://fiksi.kompasiana.com/puisi

    PUISI Bapak B.J. Habibie UNTUK ISTRINYA, Ibu AINUN


    Sebenarnya ini bukan tentang kematianmu, bukan itu. ..
    Karena, aku tahu bahwa semua yang ada pasti menjadi tiada pada akhirnya, ...

    dan kematian adalah sesuatu yang pasti ...
    dan kali ini adalah giliranmu untuk pergi, aku sangat tahu itu ....
    Tapi yang membuatku tersentak sedemikian hebat, ..
    adalah kenyataan bahwa kematian benar-benar dapat memutuskan kebahagiaan dalam diri seseorang, sekejap saja, lalu rasanya mampu membuatku menjadi nelangsa setengah mati, hatiku seperti tak di tempatnya, dan tubuhku serasa kosong melompong, hilang isi ....


    Kau tahu sayang, rasanya seperti angin yang tiba-tiba hilang berganti kemarau gersang ...
    Pada airmata yang jatuh kali ini, aku selipkan salam perpisahan panjang, ..
    pada kesetiaan yang telah kau ukir, pada kenangan pahit manis selama kau ada, ...
    aku bukan hendak mengeluh, tapi rasanya terlalu sebentar kau disini ...
    Mereka mengira aku lah kekasih yang baik bagimu sayang, ..
    tanpa mereka sadari, bahwa kaulah yang menjadikan aku kekasih yang baik ..
    mana mungkin aku setia padahal memang kecenderunganku adalah mendua, tapi kau ajarkan aku kesetiaan, sehingga aku setia, kau ajarkan aku arti cinta, sehingga aku mampu mencintaimu seperti ini ...
    Selamat jalan, ..
    Kau dari-Nya, dan kembali pada-Nya, ...
    kau dulu tiada untukku, dan sekarang kembali tiada ...
    selamat jalan sayang, ..
    cahaya mataku, penyejuk jiwaku, ...
    selamat jalan, ...
    calon bidadari surgaku ...

    - Bapak B.J. Habibie -