Standar
panen yg digunakan antara satu perusahaan dan perusahaan lain kemungkinan
berbeda. Tandan buah matang harus mempuyai sedikitnya 1 brondolan di piringan
sebagai tanda buah tersebut siap di panen Pelepah yang ditunas dipotong
dan disusun rapi pada gawangan mati
Rotasi
panen di pertahankan pada interval 7-10 hari TBS dan brondolan disusun rapi di
TPH (tempat pemungutan hasil) untuk pengangkutan ke pabrik Tangkai buah
dipotong dan seluruh kotoran tandan (tbs) di bersihkan sebelum pengangkutan
Tingkat ekstraksi minyak >22% dan kandungan ABL Tingkat ekstraksi minyak
>22% dan kandungan ABL <2%
PERSIAPAN
PEMANENAN
1.
Persiapan Pemanenan
Pelaksanaan
panen buah perlu memperhatikan : Kondisi areal, Penyediaan tenaga kerja pemotong
buah , pembagian seksi potong buah, dan penyediaan alat alat kerja.
Seksi
potong buah harus di susun sedemikian rupa sehingga blok yang akan dipanen
setiap hari akan terkonsentrasi (tidak terpencar-pencar), selain itu juga harus
dihindari adanya potongan potongan ancak panen, agar satu seksi selesai pada
satu hari.
Semua
tenaga kerja panen harus sudah tiba diancak panen sedini dan sepagi mungkin,
untuk meningkatkan produktifitas dan out put tenaga kerja pemanen. Pemanen
harus menjaga peralatannya dalam keadaan baik, dan tajam.
2.
Pemanen
Pemanen
mencari buah yang masak, dan melihat buah yang brondol di tanah. Jika
pengambilan buah tidak dapat dilakukan tanpa memotong pelepah yang dibawahnya,
maka pelepah ini harus dipotong terlebih dahulu dan dirumpuk, di ini
harus dipotong terlebih dahulu dan dirumpuk di gawangan. Potong buahnya, potong
tangkai buah sependek mungkin.
Tunas
yang dibuang harus seminimal mungkin dan seperlunya jika mungkin dengan
mengikuti aturan dengan ketentuan meninggalkan 2 (dua) pelepah dibawah buah.
Pelepah
yang ditunas harus disebar di gawangan, perhatikan untuk tidak menutup pasar
pikul, piringan dan parit. Tidak ada buah masak yang tertinggal karena ini akan
terlalu masak pada rotasi berikutnya. Ketika memotong pelepah pemanen harus memotong
rapat
pada batang. Jangan memanen buah mentah karena akan mengakibatkan
kehilangan minyak dan kernel. Semua brondolan harus dikutip,
termasuk yang masuk ke ketiak pelepah kelapa.
Usahakan
jangan terlalu banyak memindahkan buah hasil pemanenan karena akan
mengakibatkan kenaikan FFA. Gagang tangkai buah harus pendek, karena gagang
panjang akan mengganggu pengangkutan dan menyerap banyak minyak pada fase
proses awal menyerap banyak minyak pada fase proses awal pengolahan. Keluarkan
brondolan dari buah buah busuk, atau terlalu masak dan janjang kosongnya jangan
di bawa ke pabrik.
Buah
tidak tercampur pasir dan sampah terutama sewaktu mengutip brondolan, karena
ini menyebabkan kerusakan pada mesin-mesin pabrik. Usahakan mencegah
keterlambatan pengiriman buah ke pabrik.
Buah
diletakkan dengan bagian gagang dibawah, disusun 5 atau 10 baris, untuk
memudahkan penghitungan dan pemeriksaan kematangan buah. Jika rotasi panen
dapat dipertahankan akan mengurangi pengutipan brondolan.
3.
Kebutuhan Pemanen dan Pembrondol
Pada
dasarnya jumlah pemanen dan pembrondol diperhitungkan 1 : 1, pada periode
produksi rendah (low crop) jumlah pembrondol bisa lebih sedikit dari jumlah
pemanen. Pemanen dan pembrondol agar diupayakan sebagai karyawan (SKU).
Kebutuhan
Untuk
perencanaan jumlah pemanen pada areal baru yang belum diketahui produktivitas
pemanen secara rata-rata, maka dasar perkiraan kebutuhan pemanen dihitung :
Areal
datar yang di panen dengan dodos – 0,04 hk/ha. Areal gambut/ bukit yang dipanen
dengan dodos – 0,06 hk/ha
TATA
LAKSANA PANEN/PRODUKSI
1.
Angka Kerapatan Panen
Manfaatnya
: untuk mengatur kebutuhan tenaga pemanen yang menyediakan sarana transport.
Pohon contoh: sebanyak 100 pohon per blok (16-25 ha). Diambil dari baris no
.5,15,35,45 masing-masing sebanyak 20 pohon. Hitung tandan yang sudah bisa
dipanen keesokan harinya, misalnya 24 tandan. Kerapatan panen (KP)= 24/100 =
0,24 atau 1 : 4 artinya dari setiap 4 pohon akan dipanen 1 tandan matang. Bila
berat rata-rata 1 tandan = 12 kg. Maka prakiraan panen : 0,24 x 2.240 x 12 kg =
6.451 kg
Bila
kapasitas (PN = Prestasi Normal) 1 orang tenaga panen = 800 kg diperlukan 8
orang pemanen. Truk/kendaraan sesuaikan dengan produksi tersebut.
2.
Rotasi Panen
Rotasi
adalah: waktu yg di perlukan antara panen terahir dengan panen berikutnya pada
tempat yg sama. Perkebunan kelapa sawit pada umumnya menggunakan rotasi panen 7
hari artinya satu areal harus dimasuki oleh pemanen tiap 7 hari Rotari panen di
anggap baik bila buah tidak terlalu Rotasi panen di anggap baik bila buah tidak
terlalu matang, yaitu dengan menggunakan sistem 5/7 artinya dalam satu minggu
terdapat 5 hari 2 hari untuk sisa pemeliharaan alat panen dan masing-masing
ancak panen diulang 7 hari berikutnya. Rotasi panen di afdelling/kebun
diatur dan disesuaikan dengan hari kerja pabrik yakni sebagai berikut : 6/7 : 6
hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin –Sabtu) (biasanya hanya pada waktu
musim panen puncak 5/7 : 5 hari memanen dengan rotasi 7 hari (Senin – Jumat)
3.
Kapveld
Kapveld
yaitu luas areal panen harian, sebagai Contoh : (Untuk Senin-Kamis @ 170 ha
atau 11 blok/hari sedangkan pada hari jumat panen hari pendek hanya 6 blok)
4.
Sistem panen
Untuk
memudahkan pelaksanaan panen dan memastikan produktifitas panen yang tinggi
mandor menentukan sistem ancak/petak. Satu ancak terdiri dari 2-4 baris tanaman
yangg berdekatan tergantung pada kerapatan buah masak . Area panen harus di
bagi menjadi 5-/6 bagian tergantung dari berapa hari kerja. Sistem pengancakan
terdiri dari 3 sistem yaitu: pengancakan terdiri dari 3 sistem yaitu: · ancak
giring murni · ancak giring tetap · ancak tetap
1.
Sistem ancak giring
Pada
sistem ancak giring setiap pemanen melaksanakan panen pada ancak panen yang
ditetapkan
setiap hari panen oleh mandor panen bagian areal panen selalu berubah di
sesuaikan dengan kerapatan panen dan kehadiran tenaga kerja pemanen. Pada
sistem ini apabila suatu ancak telah selesai dipanen
pemanen pindah ke ancak berikutnya
ancak
berikutnya bersafat tetap dan bersifat tidak tetap sehingga dikenal dengan
sistem ancak giring murni (tdk tetap) dan sistem giring tetap. Pada sistem ini
pemanen secara bersama-sama memanen di I blok. Setelah selesai pindah
ke blok lain. Satu orang
pemanen
memanen tiap 2 baris (1 gawangan ). Kemudian berpindah kebaris yang belum
dipanen, dan seterusnya sampai selesai 1 blok dan pindah ke blok lain.
Sistem
ancak giring murni cocok untuk areal tanaman (tanaman muda) jumlah pemanen yang
cukup banyak per mandor memudahkan transportasi buah dan kemungkinan ancak
tertinggal kecil. Kelemahan dari sistem ancak giring murni adalah kurang
tanggung
jawabnya
pemanen terhadap kondisi ancak karena ancaknya selalu berubah dari waktu ke
waktu sulit ancaknya selalu berubah dari waktu ke waktu sulit ditelusuri
pemanen manan yang melakukan kesalahan, produkifitas pemanen rendah karena
kehilangan waktu akibat pindah dari ancak 1 ke ancak lainnya. Sebagai perbaikan
dari ancak giring murni ini di kembangkan sistem ancak giring tetap pada sistem
ini pemanen pindah dari ancak 1 ke ancak lainnya dengan ancak yang tetap.
Ancak
giring orang tetap : pemanen pertama mengambil gawangan pertama pada
perpindahan berikutnya. Ancak giring orang tidak tetap : gawangan pertama
pada perpindahan berikutnya dikerjakan oleh siapa saja/pemanen yang terlebih
dahulu selesai. Keuntungan sistem ancak giring : buah dapat segera diangkut ke
pabrik dan kontrol oleh mandor lebih mudah. Secara skematis, sistem panen ancak
giring dapat terlihat.
2.
Sistem ancak panen tetap
Pada
sistem ini pemanen melaksanakan panen pada areal yang sama dikerjakan secara
rutin bertanggung jawab menyelesaikan ancak sesuai dengan tanggung jawab yang
telah ditentukan setiap hari tanpa ada yang tertinggal apabila pemanen tidak
bekerja maka mandor harus mencari pekerja pengganti, sistem ini cocok di
terapkan pada areal yg tofografi terbuka / cocok di terapkan pada areal yg
tofografi terbuka / curam dan dengan tanam yang berbeda. Pada sistem ini
pemanen di beri ancak dengan luasan tertentu dan tidak berpindah-pindah hal
tsbt membantu di perolehnya TBS dengan kematangan yang optimal, rendeman minyak
yang di hasilkan tinggi namun kelemahan sistem ini buah lebih lambat keluar sehingga
lambat pula sampai ke pabrik. Sebagai
contoh
Blok A = 16 ha, ada 50 baris dipanen oleh 5 orang. Orang ke I memanen baris
1-10, orang ke II baris ke 11 – 20 dan seterusnya.
3.
Organisasi Panen
Persiapan
kebutuhan tenaga Dasar Luasan = Luas areal yang dipanen/kemampuan
pemanen.
Pelaksan Ketentuan panen : pemanen diawasi oleh seorang mandor. Tiap mandor
panen mengawasi 15-50 pemanen (luasan 50-60). Kebutuhan tenaga kerja
Pada
dasarnya jumlah pemanen dan pembrondol yang di perlukan 1:1 pada daerah
tertentu pembrondol lebih sedikit. Pemanen dan pembromdol ini hendaknya di
perlukan sebagai pegawai tetap perusahaan karena bila di perlukan sebagai buruh
tetap harian maka mandor akan sulit mendapatkan pemanen yang terampil dalam
jumlah yang sesuai untuk pemanen suatu luasan areal tertentu, sehingga
tandan yang tidak dapat terpanen pada waktu yang tepat akan tidak dapat
terpanen pada waktu yang tepat akn
menurun
kualitasnya. Dalam menentukan kebutuhan tenaga kerja pemanen dipengaruhi oleh
berbagai faktor antara lain : topografi, jenis alat angkut yg di gunakan, umur
pekerja, norma kerja, sistem panen dan faktor lainnya.
Peralatan
panen
Untuk
peralatan panen kelapa sawit menggunakan alat sbb :
- Berumur < 7thn
- Dodos dg lebar 10-12,5 cm
- Kantong/ piring untuk pengutipan
brondolan
- Kapak kecil atau parang untuk
memotong tangkai
TBS dan
batu asah
- Kereta dorong (lori)/ alat
pikul/angkong
- Jaring panen
- Berumur > 7 thn
- Egrek
- Kapak kecil dan batu asah
- Kereta dorong (lori)/ alat pikul
- Jaring panen
4.
Cara Panen
- Pelepah yang menyangga (songgo)
buah matang dipotong
- Tandan matang dipotong tangkainya
- Brondolan yang ada diketiak
pelepah diambil/dikorek
- Tandan dibawa ke jalan pikul, brondolan
di piringan dikumpulkan
- Pelepah disusun digawangan mati
dan dipotong menjadi 3 bagian.
- Setelah selesai pindah ke pohon
berikutnya.
5.
Pengumpulan ke TPH (Tempat Pengumpulan Hasil)
- Buah diangkut dengan goni/pikulan
atau kereta sorong ke TPH setelah selesai memanen 2 jam
- TPH 1:6, 1 TPH tiap 6 gawangan
- Tangkai tandan dipotong mepet atau
berbentuk huruf V (cangkem/mulut kodok)
- Tandan disusun tiap 10 tandan
(tandan kecil) atau 5 (bila tandan besar)
- Nomor pemanen ditulis pada tangkai
tandan
6.
Prestasi Panen
Kapasitas
Panen/Basis Tugas/Prestasi Normal : Jumlah kg tandan yang harus
diselesaikan dalam 1 hari kerja oleh tiap-tiap pemanen Basis Borong/Basis
Premi : Jumlah kg TBS dalam basis tugas yang tidak dapat preminya/hanya upah
standar
Besarnya
kapasitas panen dan basis borong ditentukan oleh umur tanaman, keadaan buah
(kerapatan panen), topografi areal, semakin sulit pelaksanaan panen basis
borongnya diturunkan.
Contoh
basis borong (BB)
Keterangan
: pada umur 3-4 tahun dengan produksi 8 ton TBS/ha/thn dan berat rata-rata
tandan 4 kg per pemanen harus memanen 250/4 = 62 tandan tiap hari untuk
mencapai nilai minimum/basis borong. Untuk hasil panen yang lebih dari 62
tandan maka terhadap kelebihannya diberikan premi