Tanaman kelapa sawit
yang ditanam pada derah-daerah yang berbatasan langsung dengan hutan tak lepas
dari adanya gangguan hama. Hama-hama yang paling banyak menimbulkan kerusakan
pada daerah ini adalah hama vertebrata, termasuk babi hutan dan landak. Babi
hutan dan landak merupakan dua jenis hama vertebrata yang sampai saat ini masih
sulit untuk dikendalikan secara alami karena keterbatasan musuh alaminya.
Masing-masing daerah pengembangannya kelapa sawit memiliki tingkat serangan
hama yang berbeda-beda.
Selama ini, babi hutan
mampu hidup dalam berbagai kondisi dan hidup secara berkelompok antara 20 – 30
ekor, sedangkan landak hidup berkelompok 3-5 ekor tetapi biasanya berpasangan
dan berdarang dalam lubang-bubang tanah, atau dalam lubang yang digali di dekat
perakaran kayuan hutan. Kedua hewan ini aktif mencari pakan pada waktu malam
hari. Gejala serangan babi hutan ditandai dengan tercabut atau terbongkarnya
tanaman kelapa sawit dengan ekas umbut yang dimakan, sedangkan hama landak
merusak tanaman kelapa sawit muda dengan cara mengerat pangkal batang dan
memakan jaringan umbut kelapa sawit tersebut. Apabila bagian tanaman kelapa
sawit yang terserang sangat berat dapat mengakibatkan kematian tanaman.
Pembangunan perkebunan kelapa sawit dengan kondisi demikian menjadi terhambat
dan sering mengalami kegagalan.
Sedikitnya musuh alami
bagi hama-hama vertebrata ini dan semakin sempitnya habitat hidup mereka
mengakibatkan perkembangan populasi kedua hama ini lebih banyak pada
daerah-daerah pengembangan kelapa sawit. Dengan waktu aktif hama dalam merusak
tanaman kelapa sawit pada malam hari akan menyulitkan bagi manusia untuk melihat dan mengendalikan hama
ini. Waktu siang hari hama-hama ini cenderung bersembunyi. Pengendalian babi
hutan dan landak selama ini dengan perburuan, berbagai pagar individu dan pagar
beraliran listrik.